Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[17] Starry Day


How much you wanna risk?

I'm not looking for somebody

With some superhuman gifts

(The Chainsmokers & Coldplay – Something Just Like This)

oOo

Rigel sedang melipat tangan di pojok belakang auditorium. Gulungan naskah teater tersimpan di lipatan lengannya. Dia sedang melakukan pendalaman peran tapi otaknya tidak bisa fokus. Zinka ketua Festival Bahasa tahun ini mewajibkan setiap murid kelas Bahasa untuk tampil, minimal satu pertunjukan. Dinamai Festival Bahasa karena performers-nya adalah murid kelas Bahasa. Sedangkan konten acaranya beragam, seperti pentas seni pada umumnya.

Kemarin Rigel bisa lepas dari paksaan perform sebagai boyband, sekarang dia harus memilih penampilan lain. Pilihan termudah jelas bernyanyi atau membaca puisi. Tidak peduli bagaimana pun suara atau intonasinya, kharisma Rigel jelas mampu menyihir. Tapi Rigel tidak suka menjadi one man show. Jadi dia memilih bergabung mementaskan nukilan naskah The Lesson milik Eugene Ionesco. Hanya tiga orang pemain, jadi latihannya lebih praktis dan tidak menyita waktunya di Intensitas.

Rigel menyendiri untuk berkonsentrasi tapi otaknya dipenuhi, 'Gue punya waktu satu minggu, yang bisa gue pakai sesuka hati.' Kejora menyenangkan, tapi bagi Rigel dia hanya terkena starstruck syndrome. Selain itu, status Kejora sebagai artis dan 'cewek orang' juga mengganggu pikiran. Rigel mengerjap, kenapa dia jadi peduli dengan Kejora cewek siapa. Gue cuma kena starstruck syndrome, kan? Iya, kan?

Usaha Rigel untuk mengenyahkan Kejora dari pikiran benar-benar pupus. Sosok yang rambutnya melayang bahkan karena tiupan angin lembut itu melintas. Bukan imajinasi, tapi tepat di balik jendela kaca. Sial!

"Lo lagi, lo lagi. Syuting sana, kenapa sih, nongol mulu di sekolah?"

Kejora langsung mendelik. Auditorium memang luas, tapi ada lumayan banyak orang jadi dia berani menghadapi singa ini. "Gue salah mulu di mata lo. Syuting mulu dikatain sekolah di Persari. Masuk sekolah disuruh syuting. Mau lo apa?"

"Lo yang maunya apa? Auditorium mau dipakai Festival Bahasa, kalau mau bikin meet and great cari tempat lain sana!"

Jari Kejora mengepal. Boleh dijitak nggak? Sekali aja!

"Halo, Jora." Zinka tiba-tiba muncul sambil tersenyum. "Maaf ya, ini latihan tertutup. Ada yang bisa dibantu?"

"Untung ada Zinka." Kejora balas tersenyum. "Gue mau tanya siapa aja yang mau di-make up dan kebutuhannya apa aja."

"Oh, oke." Zinka mulai menghitung dengan jari. Ada yang perform sebagai boyband, girlband, stand up comedy, modern dance, tari klasik, parade puisi, pidato tiga bahasa, band, fashion carnaval juga cosplay. "Dan ... apalagi ya? Oh, iya. Tim teaternya Rigel."

Mata Kejora membulat. Bolak-balik menatap Zinka-Rigel bergantian. Bukan karena banyaknya yang harus didandani, tapi karena info terakhir. "Rigel main teater? Jadi apa?" Senyum jahil tersimpan di sudut bibir Kejora.

"Kucing terbang!" Rigel mulai sinis. Menyembunyikan kegugupan tampil.

"Pokoknya cocok bangetlah buat dia." Zinka tersenyum lebar. "Pasti bagus aktingnya."

"Gue harus tahu konsep keseluruhannya, Zin. Supaya bisa nyicil nyiapin make up-nya, properti, aksesoris juga." Kejora mulai mengkalkulasi. Dengan banyaknya daftar, dia harus menyiapkan waktu khusus. Bukan cuma mencomoti alat make up-nya di rumah. "Gue nonton latihannya full hari ini boleh? Cuma gue doang. Nggak bakal bocor keluar."

"NGGAK!" Rigel langsung menyahut. Tidak siap penampilannya ditonton Kejora. Tidak boleh! "Nanti aja lo lihat gladi bersihnya."

"Gladi bersih H-1. Kemepetan gue nyiapin alatnya!" kata Kejora serius, tanpa modus.

Zinka menatapi bergantian dua orang yang berdebat itu dengan resah.

"Lo kan, sibuk. Mana sempat nongkrongin orang latihan seharian?!"

"Iya, gue sibuk. Mana makin sore, jalan makin padat karena jam macet pulang kerja."

"Nah, itu lo tahu. Makanya—"

"Makanya pulangnya lo antar pakai motor ke lokasi syuting. Biar cepet." Kejora tersenyum tanpa dosa. "Gue kan udah bantu kalian, masa minta antar aja nggak bisa?"

Kesibukan Kejora terlibat Festival Bahasa dimulai. Rigel dengan alasan 'sekalian minta foto butiknya narsum', 'searah sama percetakan majalah', 'sekalian nganter kameranya Caleya yang ketinggalan', dan segudang 'searah-sekalian' lain, pasang badan kalau Kejora membutuhkan bantuan untuk menyiapkan properti. Bahkan kalau Zinka menawarkan orang lain untuk menemani Kejora, Rigel yang akan menghadangnya. Jadi siapa yang modus?

oOo

Rigel merasa hari ini akan menjadi hari yang berat. Bukan karena hari ini Festival Bahasa, tapi karena ini hari terakhir dari tujuh hari bebas Kejora. Mata Rigel tidak lepas mengawasi cewek itu. Kejora mengikat rambutnya tinggi. Anak rambut terlepas dari ikatan. Keringan menetes ke pelipis dan leher. Dia cuma mengenakan kaos putih dan rok selutut. Tanpa make up. Tapi kenapa dia yang paling bersinar?

"Kalian bersihin wajah masing-masing. Kalau udah selesai antri di depan gue satu-satu!" Kejora menunjuk kursi di depan kotak make up berlampu di hadapannya. Make up artist paling niat sepanjang sejarah Festival Bahasa SMA Wasesa digelar. Cewek itu merogoh kocek yang tidak sedikit. Beauty case-nya saja mencapai sepuluh juta. Rigel memang menemani—sebagai kuli angkut—tapi begitu ke kasir, Kejora meminta Rigel menyingkir. Takut kasirnya diterkam.

"Jora, ini bersihinnya pakai kapas, tisu, kanebo apa serbet?"

"Mau dong dibedakin biar gue seputih Taeyong, Jora!"

"Gue mau di-curly kayak member Twice, ya!"

"Bisa motongin rambut biar kayak Kim Jong Un nggak, Jora? Tapi Trump boleh juga."

"Jora, alis gue benerin dong biar nggak kayak Sinchan."

Dan sederet teriakan untuk Kejora. Cewek itu terus sibuk sejak pukul empat dini hari. Kejora dan tujuh orang lintas jurusan IPA-IPS menjadi special guest acara. Semua ikut ambil bagian di atas panggung sebagai additional player, kecuali Kejora. Cewek itu full bekerja di balik layar. Wajah sendu Kejora terlihat lebih serius dari biasanya. Tangannya terampil dan cekatan. Hanya sesekali tersenyum setiap kali selesai dengan satu wajah. Senyum bangga yang baru hari ini Rigel lihat. Senyum yang membuat Rigel sadar bahwa tujuh hari tidak cukup untuk mengenal Kejora. Starstruck syndrome gue stadium berapa, sih? Sial!

"Rig, lo ngapain masih duduk bengong di situ! Buruan antri make up!" Zinka meneriaki Rigel yang masih duduk santai memeluk naskah. "Lainnya langsung ganti kostum. Jangan ada yang mondar-mandir. Depan panggung clear area! Satu jam lagi kita tampil. Go! Go!"

Semua orang pergi dari ruang make up. Menyisakan Rigel dan Kejora. Cowok itu bangkit ogah-ogahan sambil menghampiri meja Kejora. Lalu duduk. Ada jeda beberapa detik di mana Kejora berhenti untuk mengambil napas dan Rigel menatapnya yang kelelahan. Hanya beberapa detik dan putaran jam seolah terhenti.

Keduanya bertukar kata 'hai' dengan canggung. Perut Rigel langsung jungkir balik waktu jemari Kejora menyentuh wajahnya.

"Gue kan cowok, kenapa kudu dandan, deh!" Rigel berusaha mengalihkan perhatian dari jantungnya yang meloncat-loncat.

"Profesor di naskah The Lesson usianya sekitar 50 tahun. Kalau nggak pakai make up karakter, lo merasa wajah lo setua itu?" Kejora bersungut-sungut. "Iya sih, doyan marah-marah bisa cepet tua," sindir Kejora sambil mengoleskan concealer dan fondation.

"Oh iya, gue lupa. Lo kan biasa didandanin kayak tante-tante. Jadi begini caranya?" Rigel tersenyum puas. "Tapi nggak dibedakin juga!" protesnya waktu wajahnya terasa aneh.

"Ini bukan bedak! Diem!"

Ternyata Kejora bisa galak kalau sedang serius. Rigel mengamati kerutan yang terbentuk di kening Kejora. Wajah Kejora hanya sejengkal darinya. Rigel bahkan bisa mendengar napasnya. Dia jadi takut Kejora mendengar debaran jantungnya yang menggila.

"Senyum!" perintah Kejora sambil mengacungkan kuas.

"Ogah! Genit banget lo minta disenyumin sama gue!"

Kejora langsung mendelik. "Jangan kepedean! Gue mau ngukir garis senyum buat bikin kerutan di wajah lo!" Dia mengambil penjepit bulu mata untuk mengancam Rigel. "Mau senyum apa mau gue jepit mulut pedes lo pakai ini?"

Rigel menarik bibir dan tersenyum paksa. Kejora membuat ilusi kerutan dengan shading, pensil alis dan eyeshadow. Saat bergerak membuat kerutan di dahi, tiba-tiba tangan Rigel menahan pergelangan Kejora. Tatapan mereka bertemu dan dunia berhenti berputar lagi. Kejora membeku, Rigel membisu.

"Kenapa?" tanya Kejora begitu sadar ada jeda yang aneh di antara mereka.

"Itu ... gue ... kelilipan. Iya, kelilipan!" Rigel meraih tisu di atas beauty case dan membiarkan Kejora menyelesaikan tugasnya.

Kejora mengempaskan napas. Tugasnya selesai. "Lo nggak jelek juga kalau udah tua."

Celetukan Kejora sukses membuat Rigel tersipu. Cowok itu langsung terbirit pergi untuk berganti baju. Kejora tertawa melihat Rigel salah tingkah.

Tujuh hari membuat Kejora terbiasa dengan sikap ketus Rigel. Tujuh hari membuat Kejora paham cara menghadapi Rigel. Tujuh hari membuat Kejora sadar, Rigel alergi pujian.

Dan tawa Kejora terus berderai saat Rigel tampil. Padahal The Lesson bukan naskah komedi. Tapi, mengingat peran Rigel membuat Kejora terus tergelak. Pantas semua orang setuju Rigel bisa berperan dengan baik. Perannya saja seorang PROFESOR PSIKOPAT!

Semoga masih ada hari di mana kita bisa bertemu seperti ini, Rig.

oOo

______________________

Sekilas Info

[1] Dasar tata rias wajah biasanya dibagi tiga:

1. Tata rias korektif (menyempurnakan dan mengubah penampilan fisik). Tata rias ini yang paling sering digunakan. Sering juga disebut make up cantik.

2. Tata rias fantasi (membentuk kesan wajah menjadi wujud khayalan tertentu). Biasanya ini dilakukan dengan merias bagian wajah, melukis di badan, menata rambut, dan sebagainya. Contohnya untuk membuat tokoh Mystique di film X-men atau riasan penduduk Capitol di Hunger Games.

3. Tata rias karakter (mengubah wajah seseorang mulai dari usia, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus yang melekat pada suatu tokoh atau karakter tertentu yang ingin diadaptasi). Biasanya digunakan memperkuat karakter tertentu yang ingin ditonjolkan.

______________________

Fun Fact about "Starstruck Syndrome"

Fakta bahwa Kejora benar memiliki beberapa orang anak asuh dari lingkungan tinggalnya dulu. Dia membiayai sekolah mereka yang kurang mampu.

Terimakasih buat yang udah meramaikan vote di IG @ayawidjaja . Ada sumbangan pertanyaan?

_______________________

Author :

Ada yang baca sambil ketakutan? Takut Kejora tiba-tiba diterkam waktu dandanin Rigel. Auto nggak jadi baper scene.

Gamin part ini?

Selamat hari senin, yang ujian semangat ya! Kalian pasti bisa! Jangan ngisengin @rigeldiorion sama @bintangbintangtakbermakna mulu di IG. Mending curhat ama authornya @ayawidjaja :P

Ada yang mau GIVEAWAY lagi nggak? Boleh, tapi ramaikan giveaway di part 13 dulu dan selesaikan misinya (uhuuuyyy). Hadiah-hadiah lebih seru menantimu, termasuk VOCUHER BUKU!

Join grup? Cek di part 13 juga ya. Ada para mimin-mimin baik yang siap melayani, Kejora--Rigel dkk, juga para member seru yang bakal menemani kalian.

Jangan lupa share, vote dan komen karena komen adalah sumber inspirasiku :D Yang rajin bakal berkesempatan dapetin paket buku BWM3 untuk 3 pemenang loh ...

Love,

Aya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro