[12] Bintang-Bintang Tak Bermakna
Who knows?
Is this the start of something wonderful and new?
Or one more dream that I cannot make true?
(City of Star—Ryan Gosling ft. Emma Stone)
oOo
Seorang penculik mengantar tawanan pulang. Seganas apapun Rigel, dia jelas merasa cemas jika harus berhadapan dengan orang tuanya. Bagaimana pun juga, dia tahu tata krama. Apalagi hari sudah berganti petang. Tapi kekhawatiran itu langsung lenyap begitu Rigel bertemu dengan Firnandi, Papa Kejora.
Pria itu bersikap hangat, bahkan menyilahkannya masuk dan mengobrol banyak hal. Ketiganya terlibat percakapan seru. Karakter Rigel yang sinis dalam menanggapi berbagai topik bahkan tidak mengganggu Firnandi. Mungkin karena pria itu kelewat senang Kejora menemukan teman di luar lingkaran selebriti.
Sampai kemudian, pintu ruang tamu terbuka dan Vanya muncul dari baliknya. Dengan wajah masam tanpa basa-basi, dia melangkah mendekati Kejora. Gadis itu membeku di tempatnya. Kulit putihnya pucat seketika. Vanya menarik tangan Kejora tanpa mengacuhkan sekeliling. "Ayo, kita pulang sekarang!"
Tanpa perlawanan berarti, Vanya dan Kejora pergi. Meninggalkan dua laki-laki di ruang tamu itu terdiam sunyi hingga akhirnya Rigel permisi.
Rigel ada di kamarnya, memikirkan peristiwa tadi. Tubuhnya melintang di atas dipan. Satu kakinya terangkat ke dinding sebelah tempat tidur. Otaknya sibuk memikirkan peristiwa tadi. Obrolan yang semakin sunyi setelah Kejora membahas nama, Papa Kejora yang hangat, lalu Mama Kejora yang menyeret cewek itu 'pulang'?
Tangan Rigel menggaruk kepalanya yang tidak gatal, serampangan. Apa dia harus menyesal sekarang karena tidak pernah update gosip? Dia tidak tahu apa-apa soal Kejora dan mendadak ingin tahu. Arrrggghhh! Apa urusan gue! Meski berkali-kali menyangkali, Rigel tidak bisa menahan diri juga untuk menyalakan laptop dan membuka browser.
Yang pertama diketikkannya adalah Kejora Astarea Nirmana. Kata Nirmana dicoret dari daftar pencarian Google. Selama ini dia memang lebih dikenal sebagai Kejora Astarea. Wikipedia juga tidak menyebut-nyebut soal latar belakang keluarga Kejora.
Jemari Rigel kembali mengetik kata 'Nirmana adalah ...' berharap dia menemukan silsilah nama keluarga atau apapun. Tapi konsentrasinya terpecah karena ponselnya terus berbunyi. Rigel menggeram sambil meraih ponsel. Cuma notifikasi Instagram. Bomb like dari sebuah akun padahal dia tidak mengunggah postingan baru. Jelas dia tidak mungkin mengunggah cerita atau foto bersama Kejora tadi siang—kenyataannya, mereka memang tidak berfoto—kecuali Rigel mau diterkam netizen sejagat raya. Akun itu mengirimkan tanda hati untuk semua foto Rigel. Sebuah akun bernama @bintangbintangtakbermakna.
Kening Rigel berkerut. Tidak ada PR membuat otaknya makin kurang kerjaan. Jadi dia mulai stalking akun tersebut. Tidak jelas siapa pemilik akun itu. Pengikutnya tidak banyak, tapi dia mengikuti banyak orang. Tidak ada satu pun postingan yang menunjukkan wajahnya. Tapi semua foto dan caption bernada sendu.
'Aku cuma ingin Mama bahagia. Nggak peduli apapun caranya.'
'Berangkat last flight, pulang first flight. Kenapa orang mendamba menjadi aku? Budak sang waktu.'
'Aku tidak keberatan harus mengenakan lebih banyak topeng.'
'Gimana nggak jago akting, kalau hidupku penuh drama.'
Akting? Mata Rigel menyipit. Lingkaran merah terbentuk di foto profil pemilik akun. Tanda bahwa kurang dari 24 jam lalu, pemiliknya mengunggah instastory. Rigel menimbang-nimbang untuk membuka atau tidak, mengingat jejak yang ditinggalkan dan pemilik akun bisa mengetahui kalau Rigel mencari tahu. Ah peduli setan!
Sebuah foto mie cup di tepi danau. Deg!
'Stalking gue ya? :P' Sebuah direct message masuk ke Intagram Rigel.
'Lo yang mulai duluan.' Cuma kalimat itu yang terpikir di otak Rigel.
'Thx for today'
Rigel mematung. Sibuk mengira-ngira apa benar dugaannya soal pemilik akun ini. Dia mencoba peruntungan dengan melempar pertanyaan ambigu. 'Apa arti Nirmana?'
'Nir : tidak/tanpa. Mana : makna. Nirmana : tidak bermakna'
Terkonfirmasi. Pemilik akun itu adalah Kejora Astarea Nirmana. Second account tempat Kejora berbagi sunyi, bercerita tentang mimpi, dan bagaimana dia terus bermain drama di hidupnya sendiri.
Otak Rigel tidak bisa memproses balasan yang tepat. Tapi mengingat peristiwa Kejora diseret paksa ibunya, cuma kata sok perhatian yang mampu terpikir oleh Rigel. 'Lo baik-baik aja?'
Tidak ada jawaban meski Rigel sudah memandangi ponselnya selama bermenit-menit. Lalu mata Rigel terpaku pada foto terakhir dalam postingan itu.
'Kamuflase hubungan. Kami tidak bersama. Aku tahu kebohongan itu dosa. Tolong maafkan aku. Memilih tidak pernah menjadi bagian hidupku.'
oOo
Bel tanda istirahat kedua berakhir akan segera berbunyi. Hujan yang turun sejam lalu belum berhenti. Rigel malas menerobos hujan untuk ke kantin atau ke basecamp Intensitas. Dia cuma berdiri di selasar kelas Bahasa, menatapi langit yang gelap, mencari inspirasi siapa yang akan mengisi rubrik profil Intensitas edisi mendatang. Sejujurnya, dia cuma menggertak waktu mengatakan pada Pak Nurdin bahwa dia sudah menyiapkan narasumber lain.
Lalu terdengar suara kecipak air karena langkah-langkah mendekat. Di tengah hujan deras itu, si pemilik langkah hanya berpayung tas ransel. Rok seragamnya terkena cipratan sepatu, membentuk titik-titik cokelat. Untung dia mengenakan jaket. Dia mengibas-ngibaskan tangan dan rambut. Tepat ketika sosok itu menurunkan ransel dari kepala, Rigel juga menoleh. Tatapan mereka bertemu.
"Ngapain lo ujan-ujanan ke kelas gue?" pertanyaan spontan Rigel langsung ketus.
"Siapa yang ke kelas lo? Kepedean!" Seperti biasa, keberanian menghadapi Rigel selalu muncul kalau Kejora sedang tidak sendiri. "Lo nggak lihat gue baru datang?" Kejora menepuk-nepuk tasnya. "Kelas Bahasa kan, paling dekat sama gerbang."
"Gue baru tahu SMA Wasesa buka kelas sore." Rigel menaikkan alis tidak mau kalah.
Kejora sadar dia disindir. Tapi tidak ada gunanya meladeni cowok ini. Tidak peduli apapun yang terjadi kemarin, Rigel tidak pernah berubah. Tetap galak, ketus, dan bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal bagi Kejora, pengakuan soal second account adalah sesuatu yang personal. Tidak seorang pun tahu tentang akun itu. Tidak siapapun. Kejora tahu, menyesali pengakuan kemarin tidak ada gunanya. Jadi dia memilih diam sambil berharap mulut singa galak di depannya tidak bocor ke mana-mana. Karena kalau tidak, runtuh pencitraan, bahkan karirnya.
"Bye!" Kejora balik badan. Dia ngotot ke sekolah karena ada ulangan Matematika, bukan untuk meladeni orang gila.
"Tunggu!" Rigel menarik ransel Kejora.
Cewek itu nyaris terjengkang karena kaget dan licinnya lantai setelah hujan. Sigap Rigel menahan tubuh oleng Kejora dengan dua tangan menyangga ransel yang menempel di punggung. Posisinya persis seperti sedang menahan lemari yang akan ambruk. Jauh dari kata mengesankan apalagi romantis di tengah gerimis. Meski begitu, teman-teman sekelas Rigel yang melihat tetap riuh.
"Apaan sih!" Kejora menegakkan badan. Risih melihat tatapan semua orang.
Rigel merogoh kantong celana lalu meletakkan sesuatu dalam genggaman tangan Kejora. Waktu cewek itu akan membuka genggaman, Rigel buru-buru melipat jemari Kejora lagi. "Jangan dilihatin doang. Dibuka, tapi NAN-TI!"
"Apaan ini?" Kejora masih coba-coba membuka genggaman tapi Rigel menahannya.
"Tagihan biaya operasional pengamanan dan pengawalan. Jangan dipikir kemarin gratis!" Rigel lalu balik badan karena bel sudah berbunyi.
Kejora mendengkus sambil memelototi cowok gila itu. Dia mengantongi benda itu dan berjalan cepat menuju kelas. Mengabaikan berpasang-pasang mata yang mengamatinya ingin tahu, juga sorakan-sorakan tidak penting.
"Wuih ... wuihhh ... Rigel mainnya sama Kejora."
"Kelas kakap, bro!"
"Pansos bray, biar masuk lambe-lambean."
Rigel tidak ambil pusing untuk meladeni. Dia cuma menjawab pertanyaan satu orang.
"Lo ngasih apaan tadi, Rig?"
"Kertas bekas gue beli gorengan," celetuk Rigel. Padahal dia tidak ke kantin, apalagi membeli gorengan.
oOo
_______________
Author :
Cek Instagram masing-masing, siapa tahu, diam-diam Kejora lewat @bintangbintangtakbermakna sudah jadi salah satu followers kalian atau bahkan tanpa sadar, kalian pernah saling berkomentar atau berbagi likes?
Ada yang punya second account untuk menunjukkan sisi hidup kalian yang lain atau sekedar buat stalking mantan sama gebetan nggak di sini? Ngaku!
Oh, iya. Aku juga berterimakasih banget buat kalian yang udah sampai bela-belain kepo apa itu Nirmana. Aseliiii... aku seneng banget kalian sampai antusias begitu. Dan semua jawaban benar! *tepuk tangan semuanyaaa . Biar kebayang, kukasih contohnya.
Contoh Nirmana 2D (dwimatra) :
Contoh Nirmana 3D (trimatra)
Satu lagi, kemarin banyak yang tanya soal grup chat pembaca SS. Kemarin aku udah voting di IG @ayawidjaja juga. Kalau yg di sini, apa komentar kalian soal itu? Yes/No? Join/nggak join?
Jangan lupa, sesuai janjiku Senin kemarin, untuk memperingati sebulan jadian kita bersama Rigel-Jora, aku udah nyiapin surprise yang bikin kalian seneng. GIVEAWAY masa nggak seneng? *ngomongin giveaway tapi muka lempeng*
Nah, siapa tahu bikin bahagia author bisa bikin hadiahnya bertambah, hidup berfaedah, dan pahala juga nambah, ayo share, vote dan komen sebanyak-banyaknya!
Love,
Aya yang bawel banget di part ini
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro