Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[10] Steal the Star

Runnin', runnin', runnin', runnin'

Runnin', runnin', runnin'

Ain't runnin' from myself no more

Together we'll win it all

(Runnin' (Lose It All)—Naughty Boy ft. Beyoncé)

oOo

Kejora duduk di bangku panjang di belakang seting rumah. Syuting sudah selesai sepuluh menit yang lalu. Para kru sedang membereskan perlengkapan. Lean mungkin sudah berganti baju, tapi Kejora masih membatu. Mama belum datang untuk menjemput pulang, sedangkan Mirna, Kejora memberinya libur. Sudah dua minggu dia belum libur.

Tangan Kejora memegangi ponsel dengan tatapan kosong. Ponselnya terus berbunyi. Tapi bukan itu yang dia tunggu. Seandainya, Kejora tidak bereaksi berlebih kemarin, apa chat yang ditunggunya tetap datang? Singa galak itu cuma tidak mau memuat artikel soal Kejora, kan? Sedangkan sikap baik Rigel ... dengan naifnya, Kejora harap itu tulus.

Kejora menata ulang pikirannya. Jadi, sebenarnya yang membuatnya marah adalah profilnya yang ditolak Intensitas atau dugaan bahwa Rigel telah memanipulasinya? Selama ini dia terbiasa dengan kepura-puraan teman-temannya. Kalau ditambah seorang Rigel, apa bedanya? Kenapa dia kecewa berlebihan?

"Ngelamunin apa, sih?" Lean menepuk bahu Kejora dan duduk di sebelahnya.

"Nggak ada." Kejora buru-buru mengantongi ponsel.

"Ganti baju gih," Lean menepuk puncak kepala Kejora. "Katanya wartawan udah nyebar di sekitaran sini supaya kita nggak lepas." Lean menyeringai. Terlihat sungguh menikmati situasi. "Kita nggak bisa menghindar lagi," dia berbisik tepat di sebelah Kejora, "... honey".

Wajah Kejora langsung pucat. "Lo aja yang urus, Bang. Gue tetep bakal bungkam."

"Kalau lo terus bungkam, mereka bakal terus nyinyirin lo."

"Yakin lo mau gue yang ngomong?" tantang Kejora. "Ini pilihan lo, Bang."

"Dan nyokap lo!"

Kejora menatap mata Lean dengan jengkel. Dia bangkit berdiri lalu masuk ke dalam rumah. Lebih baik sendiri daripada membahas masalah ini dengan Lean.

"Oh, iya, thanks, udah mau nemenin gue pulang kemarin." Lean melambaikan tangan.

Sayangnya, Kejora enggan membalas. Kejengkelannya makin memuncak. Kegemparan media hari ini justru karena Lean meminta Kejora menemaninya pulang ke Semarang. Kalau menolak, Lean mengancam akan melapor ke Mama soal dia memergoki Kejora pulang bersama cowok. Lean adalah satu di antara puluhan pemilik mobil yang disalip Rigel. Waktu dia membuka jendela untuk meneriakkan protes, yang didapatinya justru Kejora yang terantuk-antuk di boncengan belakang. Kejora akhirnya pulang diantar Lean. Cowok itu setuju untuk berpura-pura bahwa yang menjemput Kejora dari sekolah adalah Lean.

oOo

Ada yang salah dengan otak Rigel. Dia dan Kejora tidak bisa dibilang dekat. Mereka cuma sesekali berkirim pesan selama seminggu terakhir—Rigel tahu diri bahwa Kejora pacar orang. Lalu kenapa Rigel merasa kehilangan chat-chat yang tidak seberapa banyak itu?

Anehnya lagi, Rigel jadi kebingungan menghabiskan jam istirahat. Biasanya, dia menghabiskan waktu dengan redaktur Intensitas atau teman-teman sekelasnya. Sayang teman-teman kelas Bahasa sedang sibuk dengan persiapan Festival Bahasa. Rigel memilih menjaga jarak supaya porsi keterlibatannya tidak terlalu besar. Dia harus mengurus edisi terbaru Intensitas. Karena itu, belakangan Rigel bisa menghabiskan waktu dengan Kejora. Duduk di greenhouse selama jam istirahat. Tidak mengobrol, apalagi saling bercanda. Hanya membaca atau sibuk dengan tugas masing-masing.

Cuma beberapa hari dan Rigel kehilangan? Ah, otaknya pasti sedang bercanda. Cowok itu mengacak rambutnya. Pasti cuma rasa bersalah, ya kan? Dia tidak menyangka rasa bersalah efeknya sebesar ini. Terutama ketika memasuki hari libur. Seperti Minggu pagi ini.

Rigel kehabisan ide untuk mencari cara bertemu Kejora. Instagram dan Twitter-nya hanya berisi postingan endorse yang foto-nya entah diambil kapan. Saking putus asanya, Rigel memutuskan menonton infotaintment. Tidak peduli Caleya mencelanya habis-habisan.

"Lo ngatain Kejora kayak tante-tante. Lo sendiri tontonannya kayak ibu-ibu."

Diledek begitu Rigel pura-pura tidak mendengar. Berlagak fokus membaca koran pagi, padahal telinganya waspada pada televisi. Siapa tahu ada berita tentang Kejora di sana. Konyol memang. Bisa melihatnya lewat layar kaca saja sudah membuatnya lega.

"Aaaarrghhh!" Caleya menjerit dari arah dapur.

Rigel spontan terbangun dari posisi tiduran di sofa. "Ada apa, Kak?"

"Bimo sakit jiwa!"

Rigel langsung melotot. Melemparkan diri lagi ke sofa. Masalah klasik Caleya.

"Heran gue, dia nggak pernah baca kode etik wartawan apa? Ngejar berita yang nggak menghormati privasi, nggak memenuhi kepentingan umum, dan nggak berfaedah!"

"Lo ngomong apa, sih?" Rigel membalik koran.

"Kejora sama Lean ..."

Mendengar nama itu membuat tubuh Rigel menegang.

"Mereka ketangkap kamera liburan ke rumah orangtua Lean. Padahal Kejora sampai sekarang belum konfirmasi soal hubungan mereka. Tapi nggak tahu juga ya, kalau disengaja biar orang makin penasaran dan beritanya naik mulu. Biar rating sinetronnya bagus."

'Gue benci digosipin.' Kata-kata Kejora di perjumpaan terakhir mereka bergaung di kepala Rigel. Cowok itu terpaku. Lean dan Kejora liburan? Kenapa perasaannya jadi ... aneh?

"Nah, wartawan lagi kompakan buat nyebar di Persari supaya Kejora nggak bisa menghindar." Caleya bersungut-sungut. "Pada lebay ngurusin cinta monyet!" Caleya memperhatikan Rigel terbengong. "Heh bocah! Diajak ngomong malah ngelamun."

Buru-buru Rigel menggusah lamunan. "Lo ke sana?"

"Nggaklah! Gue nggak piket. Libur! Bodo amat sama Bimo."

"Kak, seragam pramuka lo masih disimpan?"

oOo

Rigel sengaja memarkir motornya jauh dari lokasi syuting Star's Fate, tapi masih di area Persari. Untungnya studio Persari merupakan kompleks terbuka. Tidak dipagar tinggi mengelilingi seluruh area yang berhektar-hektar itu. Tapi area yang sedang dipakai syuting jelas diawasi.

Motor Rigel terparkir di bangunan mirip sekolah yang dilengkapi dengan tanah lapang. Dia melepas jaket. Dibalik jaket, dia mengenakan seragam pramuka lengkap dengan setangan leher, badge TKU Bantara di pundak kanan dan kiri, tidak lupa tali kur dan peluit. Setelah memastikan semuanya beres, Rigel memasang topi, menyandang tongkat dan ransel di punggung. Jantungnya berdetak cepat. Dia tidak tahu apa yang dilakukannya benar, yang dia tahu, dia harus mencoba. Sambil melangkah, Rigel merapal doa apapun seingatnya.

Rigel berjalan kaki mendekati lokasi syuting Kejora. Setiap kali ada orang lewat dan memperhatikannya, Rigel akan berteriak lantang, "Salam Pramuka!"

Alih-alih bertanya lebih lanjut, orang-orang akan mengerutkan kening lalu pergi. Kecuali satu orang ini.

"Mau ke mana?" kata seorang pria berkumis lebat.

"Saya sedang mencari teman, Pak. Dia tersesat di sini. Kami sedang Persami, dia dengernya Persari. Kebanyakan nonton sinetron, Pak."

Dengan segala intrik, Rigel akhirnya berhasil membujuk pria berkumis itu untuk membiarkannya mencari rekannya yang hilang. Pria itu pergi karena diminta untuk menjaga lalu lintas jalan, supaya tidak ada motor atau mobil lewat selama pengambilan gambar. Rigel bisa merangsek mendekati area syuting Kejora. Benar informasi Caleya. Dia melihat beberapa orang menenteng kamera berjaga-jaga di sekitaran lokasi syuting Star's Fate. Rigel melewati gang sempit yang pernah ditunjukkan Mirna lalu menerobos masuk rumah.

Jantung Rigel berdebar. Cewek berwajah sayu itu ada di ruangan yang sama seperti waktu itu. Duduk meringkuk di lantai dengan kedua lutut ditekuk dan wajah bersembunyi di baliknya. Seorang diri. "Kejora!" panggil Rigel dengan suara berbisik. Dia mengulang tapi tidak dijawab. Rigel mendekat hati-hati. Tangannya gemetar waktu menyentuh bahu Kejora.

Kejora mendongak. Keduanya lalu sama-sama membeku. Kejora terkejut karena mendadak ada Rigel dihadapannya, Rigel tersentak mendapati Kejora dengan mata merah.

"Lo kenapa?" tanya Rigel cemas.

Kejora hanya menggeleng sambil membereskan matanya. "Kok lo di sini?"

Rigel langsung tersadar misinya. "Wartawan pada nyariin lo. Ikut gue, kalau lo masih nggak suka digosipin." Cowok itu lalu menyodorkan seragam pramuka milik Caleya.

Mata Kejora menatapi Rigel dengan bingung. Saking bingungnya, dia lupa sedang bermasalah dengan cowok ini. Kejora hanya mengharapkan sebuah pesan, tapi Rigel malah muncul di hadapannya.

"Kalau lo nggak mau, nggak apa-apa. Gue pergi sekarang," tambah Rigel angkuh.

Kejora menyambar baju itu. Tuhan memberi lebih dari yang harapannya. Dia cuma ingin sebuah pesan, tapi orang itu malah muncul dihadapannya. "Ini buat apa?"

"Lo belum pernah main film action, ya? Penyamaran! Kamuflase."

Tanpa bertanya-tanya lagi, Kejora masuk salah satu kamar dalam rumah itu dan berganti pakaian. Waktu keluar, Rigel menyodorkan tisu basah. "Buat apa?"

"Hapus make up lo, biar kayak anak sekolahan beneran." Kata 'biar nggak kayak tante-tante' yang sudah diujung lidah tertelan begitu saja. Matanya terpaku pada gerakan Kejora menghapus make up dan mengubah seratus delapan puluh derajat penampilan Kejora.

"Terus?"

Rigel tersentak dari lamunan. Makin tersentak waktu Kejora tersenyum melihatnya terpaku. Untuk menutupinya, dia menarik tangan Kejora keluar rumah. Menuntun setengah menyeret cewek itu melewati gang sempit dengan interuksi agar Kejora tidak berisik.

Sial! Pria berkumis itu lagi. Dari jauh dia berjalan mendekati mereka berdua.

Rigel berdehem. Wajah galaknya dibuat lebih angker berkali-kali lipat. "Kamu ini, pasang kuping baik-baik! Kegiatan Pramuka itu namanya Persami! Perkemahan Sabtu Minggu! Bukan Persari! Ini tempat syuting, nggak ada perkemahan di sini. Mau jadi artis kamu ke sini?" Rigel berkacak pinggang.

Kejora mengerjap-ngerjap kebingungan. Kalau di sinetron ada skenario yang bisa diikuti, Rigel penuh improvisasi. Tapi rasa-rasanya, akting marah-marah itu bakat alami Rigel.

"Dengar kamu?! Lain kali rajin datang! Jangan bolos melulu! Mengerti?"

"Sudah ketemu?" tanya si Kumis sambil melirik Kejora.

Sadar diamati, Kejora tertunduk dan Rigel mencari cara supaya wajah Kejora terhalangi.

"Sudah, Pak. Maaf sudah mengganggu ketertiban di sini." kata Rigel pada pria itu. Dia lalu beralih ke Kejora, "Sekarang kamu dihukum lari dari sini ke lapangan sana."

Kejora melemparkan tatapan tidak terima, tapi menurut karena tidak punya pilihan lain. Dia berlari menjauhi pria itu. Rigel mengejar di belakangnya. Makin jauh, makin terasa dada mereka berdebar hebat. Rasa sesak melesak. Kaki mereka mati rasa. Napas mereka putus-putus begitu sampai tujuan. Pandangan keduanya bertemu. Rigel menyerahkan helm.

"Mau ke mana?"

"Nyulik lo!" Ditariknya Kejora supaya bergegas naik.

oOo

Author :

Aku kehabisan stock lelucon :( (aslinya emang garing sih gue :v suka heran kalian bisa ketawa :D) Biar adil, dua orang ini harus saling berbagi derita. Apa komentar kalian soal part ini?

Aku kehabisan sambutan, ngoceh melulu. Ganti kalian dong yang ngocehin aku. Tulis di sini soal apapun. Curcol juga boleh ... Salam-salam buat gebetan juga boleh ... kritik tulisan boleh banget ...

Starstruck Syndrome update setiap Senin-Rabu-Jumat. Jangan lupa share sama temen, vote dan banjiri part ini dengan recehan supaya aku dapat inspirasi dari kalian. Paket buku BWM2 masih menanti kalian yang rajin vote dan komen.

Happy weekend everybody... siapa yang bolos gara-gara Harpitnas? Ngaku! Yang weekend galau, boleh curhat sama aku di @ayawidjaja di mana pun kalian berada.

Spoiler dikit, minggu depan Rigel  nyulik anak orang, so stay tune!

Love,

Aya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro