Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2

Sorenya, Shaga dan Kirio berada dipinggiran sungai. Karena besok keduanya akan pergi berpetualang kembali. Mereka merelakskan diri setelah kegaduhan tadi siang.

"Setelah ini kau akan kemana?" tanya Kirio kepada Shaga yang sedari tadi bermain lempar batu. "Entahlah, kau sendiri?" Shaga menatap Kirio yang sepertinya memikirkan sesuatu. "Mungkin aku akan ke ibukota."

Shaga yang tertarik setelah mendengar kata 'ibukota' tiba-tiba sudah duduk disamping Kirio. "Benarkah?!" Kirio yang tidak mengatisipasi hal tersebut pun terkejut tapi beruntung jantungnya masih aman. "Astaga kau ini!" Bukannya meminta maaf Shaga malah tertawa pelan. "Maaf-maaf, boleh aku ikut denganmu?" tanyanya dengan semangat.

Kirio hanya melihat Shaga sekilas, dirinya merasa ragu memperbolehkan Shaga bersamanya. "Apa kau yakin? Kita baru saja bertemu."

"Untuk apa aku bertanya jika aku tidak yakin? Lagipula mana ada orang yang rela melawan bandit dan menolong orang tidak dikenal sampai hampir mencapai batasan dirinya." Kirio hanya bisa menunduk malu atas pernyataan Shaga. Dia hanya secara tidak sengaja menemukan Agra. Jika Shaga tidak datang maka dia harus melawan bandit dan jika konsentrasinya buyar maka serigala hasil summonnya akan menghilang.

"Kalau begitu aku ikut juga ya," ucap Agra yang tiba-tiba merangkul keduanya dari belakang. Shaga dan Kiro yang terkejut merasa jantung mereka tidak ditempat lagi. "Kau ini, tidak bisakah permisi dulu atau apa?! Hampir copot ni jantung," ucap Kirio yang kesal karena sudah dikageti dua kali dalam waktu berdekatan.

"Maaf Kirio," ucap Agra sambil menyatukan tangannya. Melihat permintaan tulus dari Agra membuat ego Kirio luluh. "Baiklah aku maafkan dan ya, kalian boleh ikut."

Mendengar jawaban itu tentunya membuat Shaga dan Agra senang. Kirio juga senang karena dengan ini dia memiliki teman perjalanan tapi ada sesuatu yang menganjal dipikirannya. "Agra," panggilnya yang langsung direspon pemilik nama. "Kau bilang dikirim dari kerajaan bukan. Lalu kenapa kau menyerang kelompok bandit itu sendirian? Juga kenapa kau tidak kembali?"

Agra menghembuskan nafas dengan kasar dan duduk di samping Kirio. Terlihat dari wajahnya jika dia kesal. "Sebenarnya aku adalah tentara bayaran yang akan ikut tes masuk ksatria kerajaan. Tapi mereka tidak mau aku masuk dan akhirnya mereka mengirimku untuk menangkap para bandit itu sendirian dengan dalih itu perintah dari kerajaan!. Belum lagi aku baru mengetahui semua itu tadi!"

Kirio dan Shaga tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar penjelasan Agra yang dipenuhi kekesalan. Keduanya tidak bisa memilah kata dengan tepat jadi mereka memutuskan agar diam untuk sementara waktu.

"Kalau boleh tahu ... kenapa mereka tidak mau kau masuk?" tanya Shaga dengan hati-hati. Agra menatap Shaga sekilas lalu menghela nafas. "Mereka bilang aku bukan levelnya."

Shaga dan Kirio tidak mengerti apa yang dimaksudkan itu, tapi entah kenapa firasat mereka mengatakan kalau nanti mereka akan tahu.


***


Malamnya Shaga tidak bisa tidur dan memutuskan untuk membaca buku yang dibawanya. Dirinya bersyukur bahwa jubah yang dimilikinya itu bukan jubah biasa dan salah satu saku dibagian dalam jumlahnya memiliki ruang penyimpanan besar walau masih terbatas. Tetapi dirinya masih tidak tahu pemberian dari siapa jubah itu karena itu satu paket dengan barang-barang lainnya, salah satunya buku yang dia pegang.


Tok Tok Tok


Suara ketukan tertangkap di indra pendengarannya. Shaga memasukkan buku itu kembali ke jubahnya lalu membuka pintu. Namun tidak ada yang bisa ditemukannya, lorong didepan kamarnya kosong. Dia menutup pintu dan beralih untuk melihat jendela. Dan benar saja, ada seseorang dengan atasan putih dan celana hitam yang sedang dikeroyok 6 Skeleton hidup membawa bow.

Sejujurnya Shaga hampir tertawa melihat pertarungan itu. Karena orang berbaju putih itu bersenjatakan crossbow dan skeleton itu bersenjatakan bow. Namun kenapa para skeleton itu tidak menganggapnya orang itu sesamanya.

Menyingkirkan pikiran tersebut Shaga mengambil pedang miliknya yang diletakkan di meja dan langsung lompat dari jendela. Saat mendarat ditanah Shaga menemukan fakta lain bahwa dia tidak sendirian memiliki keinginan menyelamatkan orang itu. Dia tidak sengaja berjumpa Kirio yang sama-sama lompat dari jendela kamar, bahkan saat mereka akan maju mereka menemukan Agra yang bersembunyi di pohon untuk menentukan momentum.

"Oh wow, apakah kita memiliki pemikiran yang sama?" ucap Agra menatap Kirio dan Shaga. Kedua pemuda itu hanya bisa menjawab, "Mungkin."

Orang itu dengan sigap menghindari semua anak panah yang melayang ke arahnya bahkan sesekali menembak tapi sepertinya panah biasa masih kurang efektif jika tidak mengenai tulang dari Skeleton itu. Dia terus menghindari anak panah yang bertebangan itu sampai dia tidak sadar bahwa ada satu panah yang akan menancap di kepalanya, saat dia menyadarinya tiba-tiba panah itu menghilang. Rupanya panahnya tidak benar-benar menghilang tapi terbelah.

"Maaf telah mengacaukan pertarunganmu tapi sepertinya kau perlu bantuan." Orang itu menoleh dan terkejut saat menemukan Shaga yang tiba-tiba sudah ada disana. "Siapa ka-" orang itu menahan perkataannya mengingat masih ada Skeleton yang harus dibasmi dan dia membiarkan Shaga sesukanya.

Skeleton itu menembakkan anak panah lagi berkali-kali. Shaga dengan sigap mengayunkan pedangnya dan berhasil menahan semua anak panah tersebut entah ada yang terpotong atau tidak.

"Kirio!" teriak Shaga. Kirio yang mendengar teriakan itu mengarahkan segerombolan burung hitam bermata merah ke arah Skeleton-skeleton tersebut. Alhasil burung-burung itu mengerubungi keenam Skeleton tersebut hingga menutupi pandangan mereka.

Agra berjalan perlahan mendekati para Skeleton itu, sabitnya terangkat tinggi begitu pula dengan seringainya yang melebar. "Waktu untuk bersih-bersih," ucap Agra yang kemudian menebas keenam Skeleton tersebut tanpa ampun.

Setelah pembantaian singkat Agra mengambil beberapa anak panah yang jatuh saat keenam Skeleton itu dihancurkan. "Fiuh ... Untungnya mereka hanya tulang tanpa otak," ucap Kirio yang mengundang tawa dari Shaga dan Agra. "Ya, mudah sekali dikecohnya," balas Agra.

"Maaf, tapi bisa beri tahu aku kalian ini siapa?" tanya orang itu menghentikan tawa ketiga orang didepannya yang hampir melupakannya. "Kita belum kenalan ya," ucap Shaga dengan menggaruh belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Sepertinya begitu. Kalau sudah begini perkenalkan namaku Kirio."
"Aku Shaga."
"Dan aku Agra."
"Perkenalkan juga namaku Zeal, terimakasih atas bantuan kalian bertiga."

"Sama-sama," ucap mereka bertiga. Agra tersadar dia masih membawa anak panah hasil Skeleton dan langsung memberikannya ke Zeal . "Zeal ini untukmu, sepertinya akan lebih berguna jika kau yang pakai."

"Terimakasih Agra." Zeal menerima panah tersebut dan menyimpannya di Quiver miliknya. "Kalau boleh tahu kenapa kau keluar malam-malam?" tanya Shaga yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Zeal mengingat apa yang terjadi dan berkata, "Aku sebenarnya sedang berlatih agak jauh dari desa. Karena keasikkan aku lupa waktu." Alasan simpel Zeal diterima dengan baik oleh mereka bertiga karena mereka juga pernah mengalaminya.

Tidak lama terdengar suara geraman dari belakang. Saat mereka melihat asalnya, rupanya itu berasal dari beberapa Zombie yang berjalan ke arah mereka. Mau tidak mau mereka harus mengalahkan para Zombie itu atau mereka yang akan jadi santapan tengah malam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro