Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 7

2 Tahun Sebelumnya

Saskia adalah pendengar yang baik. Kebiasaannya mendengarkan cerita orang lain tanpa suka menyela atau berkomentar frontal, membuat beberapa teman perempuannya senang mengajak Saskia bicara atau sekadar curhat.

Padahal Saskia sendiri tergolong gadis yang tertutup tentang privasinya. Namun, karena kebanyakan gadis memang hanya ingin didengarkan, maka karakter Saskia menjadi favorit mereka saat ingin mencurahkan isi hati. Tanpa perlu merasa khawatir akan dicela atau tak diacuhkan.

Seperti saat ini, ketika Lulu—teman sebangkunya—terus saja mencerocos sepanjang perjalanan dari kantin hingga mereka mencapai kelas, Saskia hanya tersenyum kecil samabil terus mendengarkan. Sesekali dia mengangguk untuk menanggapi celotehan Lulu yang sedang mengeluhkan kelakuan gebetannya.

"Wow! Pas banget, nih. Gue lagi bete begini malah dikasih yang seger-seger."

Saskia yang tengah asyik menyedot teh botol miliknya, langsung merasa heran ketika mendengar celetukan Lulu yang tidak ada kaitannya dengan isi curhatannya beberapa saat lalu.

"Jarang-jarang ngelihat si Ario mampir ke kelas kita. Lumayanlah buat cuci mata dan menghibur hati yang sedang galau."

Bisikan pelan Lulu seketika membuat Saskia berhenti berjalan. Dia menatap lurus ke koridor depan kelasnya yang masih berjarak beberapa meter dari tempat mereka berdiri.

Di dekat pintu kelasnya, tampak Ario dan beberapa cowok teman sekelas Saskia tengah asyik mengobrol dengan santai.

Saskia mengernyit. Lulu benar. Jarang sekali mendapati Ario main di sekitaran kelas IPS, mengingat cowok itu berada di jurusan IPA. Ada apa gerangan?

Saat pertanyaan itu muncul di dalam kepalanya, Saskia langsung menggeleng pelan seraya mendengkus. Bukan urusannya. Kenapa dia harus repot memikirkannya? Bukan masalah baginya kalau cowok itu muncul di sekitarnya. Toh, mereka memang berada di sekolah yang sama.

Lulu sudah lebih dulu memasuki kelas dan bergabung bersama teman-temannya untuk bergosip sekaligus memandangi Ario dari dalam kelas mereka. Saskia juga sudah kembali berjalan santai. Tidak merasa perlu kembali menatap ke arah kelompok kecil cowok di dekat pintu kelasnya.

"Nah, ini orangnya!"

Saskia langsung berhenti tepat di pintu kelas, ketika Dio—salah seorang teman sekelasnya, berseru sambil menatap ke arahnya. Saskia sadar diri. Sudah pasti dirinya yang dimaksud, rerlebih tidak ada sosok lain di sekitar sana selain dia dan para cowok tersebut.

"Sas, dicari Ario, nih!"

Dio berjalan mendekati pintu. Tangannya melambai pada Ario sebagai salam perpisahan sekaligus tanda bahwa tugasnya menemani cowok itu menunggui Saskia sudah selesai.

Saskia mundur menjauhi pintu ketika teman-temannya yang lain mengikuti Dio untuk memasuki kelas sembari mengerling jail padanya. Sayangnya hanya dibalas Saskia dengan raut datar.

"Udah! Jangan pada heboh. Wajar cowok cakep nyamperin cewek cantik. Yang perlu dipertanyakan itu kalau si Ario sampai nyariin lo, Lu."

Ario tersenyum geli ketika mendengar suara candaan Dio dari dalam kelas. Apalagi saat mendengar teriakan murka Lulu yang mengumpati Dio karena mengejeknya.

Meski sempat teralihkan dengan kehebohan di dalam kelas, tapi Ario tetap berdiri santai sambil bersandar pada pembatas balkon di depan kelas Saskia. Dia memerhatikan gadis itu hingga tatapannya berbalas.

Saskia berjalan pelan mendekatinya dengan alis terangkat, seakan mempertanyakan penyebab Ario mencarinya.

"Gue pengin ngomong sebentar. Boleh?" tanya Ario ketika Saskia sudah berdiri di depannya.

Saskia membalas tatapan Ario tanpa perlu merasa gentar. Tidak terpengaruh ketika cowok itu menatapnya intens dengan senyum tipis yang mungkin bagi teman-teman perempuannya sangatlah menawan. Sayangnya, terlihat biasa saja untuk Saskia.

Secara terang-terangan Saskia juga mencermati sikap dan tatapan Ario saat ini. Karakter yang berbeda dengan sosok Ario yang ditemuinya dua hari lalu di kamar Yasmin.

"Lima menit lagi bel masuk."

Saskia sengaja menatap jam di pergelangan tangannya. Tanda bahwa dia menolak secara langsung atas ajakan Ario.

"Dio bilang habis ini Pak Adi nggak bisa masuk. Ngomong sama gue bentaran nggak bakal bikin lo telat nyelesain tugas, kan?"

Saskia diam saja. Sudah jelas Ario memaksanya. Entah mengapa, tiba-tiba Saskia merasa terganggu ketika harus terus-terusan melihat senyum tenang Ario saat ini.

"Di sini?"

Saskia memutuskan meladeni Ario. Lebih cepat lebih baik. Soal esai dari Pak Adi lumayan banyak. Jangan sampai Saskia tidak berhasil menyelesaikannya sampai batas waktu hanya karena terlalu lama berurusan dengan Ario.

Ario menggeleng untuk menjawab pertanyaan Saskia. Dia berjalan menjauhi kelas, meminta Saskia mengikutinya ke ujung koridor.

Kebetulan sekali kelas Saskia berada pada lantai dua gedung sekolah dan di koridor paling ujung adalah lab bahasa yang tengah kosong, hingga sangat kondusif bagi Ario untuk berbicara secara pribadi dengan Saskia di depan ruangan tersebut.

Ario berdeham pelan ketika kembali berhadapan dengan Saskia. Sejenak dia menyadari bahwa respons Saskia ketika berhadapan dengannya memang agak berbeda dibandingkan gadis lain.

Dia langsung teringat pada Yasmin ketika melihat cara Saskia menatapnya saat ini.

Memang tidak sama, tapi sorot berani sekaligus tenang milik keduanya hampir serupa. Bedanya, terselip kilat nakal di balik ketenangan mata Yasmin. Sedangkan Saskia, entahlah, gadis itu menatap Ario dengan sorot lurus tanpa bisa ditebak maksud di baliknya.

Sesuatu yang sudah jelas membuat Ario agak canggung. Menggoyang kepercayaan dirinya sebelum ini saat berniat menemui gadis itu.

"Jadi, mau ngomong apa?"

Pertanyaan Saskia menyadarkan Ario dari keasyikannya menyelami mata bulat Saksia. Dia kembali berdeham pelan, tanpa melepas tatapan matanya dari gadis tersebut.

"Kejadian Sabtu kemarin," ucap Ario dengan nada hati-hati sembari meneliti raut wajah Saskia. "Gue nggak minta lo untuk enggak berpikiran macam-macam karena memang begitu kenyataannya."

"Kenapa?" tanya Saskia, spontan. Hal yang berikutnya langung disesalinya. Dia mengernyit karena bingung sendiri. Kenapa tiba-tiba dia jadi ingin tahu seperti ini? Sangat bukan dirinya.

"Sori, maksud gue, itu bukan urusan gue. Jadi, lo nggak perlu khawatir."

Saskia langsung meralat pertanyaannya. Dia kembali menatap Ario dengan sorot lurus tanpa ekspresi. Badan mungilnya bukan tandingan tubuh tinggi Ario. Jadi, dia harus mendongak ketika menatap cowok tersebut.

"Gue nggak mikir apa pun tentang hubungan kalian, apalagi ngelaporin sana-sini. Toh, bukan urusan gue."

Ario mengangkat alis ketika mendengar perkataan Saskia. Ternyata bukan hanya sikap tenang gadis ini yang membuat Ario agak terkesima.

Namun, respons santai Saskia benar-benar tidak mencerminkan sikap para gadis yang selama ini berkeliaran di sekitar Ario; terlalu ingin tahu, suka memperbesar masalah, dan hobi bergosip.

Ario menarik ujung bibir. Tiba-tiba merasa agak konyol ketika memaksakan diri menemui Saskia. Padahal gadis itu tampak tidak peduli dengan kejadian dua hari lalu di kamar Yasmin. Bahkan Saskia langsung paham maksud hatinya, tanpa perlu Ario menjabarkan secara panjang lebar.

"Syukur, deh, kalau gitu."

Ario menyugar rambutnya dengan gestur relaks. Tidak lagi bersikap serius seperti sebelumnya. Entah mengapa perkataan dan tanggapan tenang Saskia membuat suasana hatinya terasa nyaman.

"Gue cuma nggak suka kalau kabar nggak penting sampai nyebar ke mana-mana. Nggak enak juga sama Mama Fera," lanjut Ario sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Lagian, Yasmin lagi asyik-asyiknya sama cowok barunya. Dia bisa ngamuk kalau kesenangannya terganggu dengan skandal yang ngelibatin gue."

Saskia mengerjap pelan ketika mendengar perkataan santai Ario. Ada yang janggal di kepalanya. Dia kembali menatap Ario dengan agak mengernyit, berusaha meneliti isi kepala cowok itu.

Sesuatu yang dilakukan Saskia tanpa sadar. Entah mengapa rasa penasarannya muncul tanpa tahu diri.

Untuk kali ini, Ario merasa berhasil membaca balik isi kepala Saskia. Dia tersenyum tipis sambil mengangkat bahunya dengan santai. "Bukan selingkuhan. Bukan pacar. Bukan siapa-siapa. Cuma have fun."

Ario menjawab dengan terbuka atas raut heran Saskia. Dia menyadari bahwa sikap tenang dan pembawaan diri yang tampak dewasa dari diri Saskia, membuat Ario tidak menemukan keraguan untuk jujur di depan gadis itu.

Perasaan nyaman itu semakin terasa.

Tiba-tiba saja Ario menyukai ide pertemuan ini.

Apalagi saat melihat mata bulat Saskia masih menatapnya dengan sorot heran yang tidak ditutupi. Tampak menggemaskan.

"Have fun?" ucap Saksia pelan. Sejenak matanya menerawang untuk menelaah arti kata tersebut.

Tak lama, Saskia mengangguk-angguk pelan. Seakan mulai mengerti bahwa ternyata seperti inilah karakter asli Ario.

Bagi pandangan orang banyak, Ario adalah sosok populer yang tampan, dewasa, tenang, baik, ramah, gentle, dan segala macam sikap lainnya yang difavoritkan para gadis di sekolah mereka.

Tanpa sadar Saskia tersenyum kecil. Matanya kembali pada bola mata Ario dengan sorot berani.

Cowok berengsek!

Dengan terang-terangan Saskia memperlihatkan isi kepalanya lewat tatapannya saat ini kepada Ario. Hal yang tentu saja membuat Ario sempat termangu ketika berhasil memahaminya.

Ketika Saskia menatapnya dengan sorot mencela, maka rasa terganggu itu muncul begitu saja. Entah bagaimana, Ario butuh gadis itu tahu yang sebenarnya. Dia ingin Saskia memahami kondisinya saat ini. Hingga tanpa sadar sikap defensif mulai mengendalikannya.

"Bagi Yasmin begitu, cuma have fun. Tapi enggak buat gue. Gue serius sama dia," ralat Ario dengan cepat. Berharap Saskia segera mengganti tatapan mencela di matanya setelah mengetahui isi hatinya.

"Gue cuma...."

Ario mengernyit jengkel ketika tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan kesialannya dalam menghadapi Yasmin.

"Gue lemah kalau ngadepin dia."

"Kenapa lo ngomong begini sama gue?" tanya Saskia. Dia merasa Ario mulai agak lepas kendali dan bersikap tidak jelas.

"Kenapa merasa perlu ngejelasin semua ini ke gue?"

Saskia mengulangi pertanyannya dalam bentuk lain ketika melihat sorot tanya di iris mata cokelat gelap Ario.

Ario tidak langsung menjawab. Dia semakin mengernyit ketika memahami maksud pertanyaan Saskia. "Gue nggak tahu," ucapnya dengan nada ragu.

Bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu, tapi entah mengapa keduanya masih betah berdiri berhadapan dengan pembicaraan yang bagi Saskia mulai terasa kacau dan tidak jelas.

Cowok ini mau apa sebenarnya?

"Kayaknya gue butuh lo," lanjut Ario, tampak mulai bersemangat secara tiba-tiba.

"Maksudnya?"

Saskia semakin terganggu dengan nada suara Ario saat ini. Setelah terdiam cukup lama dalam kebingungan, cowok itu malah mengatakan sesuatu yang sangat mencurigakan.

"Lo nggak keberatan kalau kita mulai temenan, kan?" pinta Ario dengan agak antusias.

Dia bahkan memajukan tubuhnya untuk lebih berdekatan dengan Saskia. Menatap gadis itu dengan ketertarikan yang semakin menjadi.

"Gue enak ngomong sama lo," lanjutnya dengan tidak tahu diri.

Saskia hanya diam menatap Ario yang masih menunggu responsnya. Dia mendesah pelan. Tanda kalau dia tidak menyukai situasi ini.

Cowok berengsek!

Pikirannya tidak berubah tentang Ario. Meski beberapa saat lalu Saskia sempat melihat sorot patah hati dan terluka saat cowok itu menyebut nama Yasmin.

Tanpa kata, Saskia berbalik dan meninggalkan Ario. Merasa tidak perlu memberi tanggapan apa pun. Mengabaikan cowok itu secara terang-terangan. Menganggap bahwa pembicaraan tadi sungguh merugikannya. Membuang waktu dan tidak jelas.

Sayangnya, tidak menurut Ario. Cowok itu memang tidak mencegah kepergian Saskia. Namun, matanya tidak lepas menatap punggung milik gadis mungil itu hingga menghilang di balik pintu kelasnya.

Ario terkekeh geli. Bau bayi? Ario yakin wewangian yang mengingatkannya pada bayi berasal dari tubuh Saskia. Bukannya terganggu, Ario malah merasa perlu untuk kembali membauinya.

Helaian rambut hitam sebahu milik Saskia juga tampak halus. Sempat membuat tangan Ario gatal ingin menyentuhnya.

Memang terdengar sinting, tapi Ario tidak mempermasalahkan.

Dia harus berdekatan dengan gadis itu. Entah bagaimana caranya. Apa pun tujuannya. Terserah! Yang jelas, Ario ingin berdekatan dan kembali bicara dengan Saskia.

[16.04.2022]

Cerita lengkap + ekstra, sudah tersedia di karyakarya

https://karyakarsa.com/LightKuro

Nama akun dan foto profil yang sama dengan di wattpad.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro