Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kesempatan Kedua

"Sebenarnya apa yang Tuhan berikan kepada kita itu lebih dari cukup, hanya saja standar yang manusia buat menjadikannya tidak pernah cukup."

-Ara-

***

Aku mendapat kejutan yang luar biasa hari ini. Seseorang yang aku pikir tidak akan menjengukku, detik ini telah berdiri di depanku bahkan beberapa menit lalu dia memelukku. Hal yang membuatku percaya semua ini hannyalah ilusi, tapi genggaman tangan ini nyata rasanya. Benarkah semua ini? Benarkan Galuh yang ada di hadapanku sekarang?

Kami terdiam beberapa saat. Dia duduk di kursi yang berada di samping kanan tempat tidurku dan aku menegakkan badan agar bisa melihatnya dengan jelas. Tapi rasa bersalah membuatku memilih menundukkan kepala bahkan menjauhi tatapannya.

"Maaf...," kataku dan Galuh bersamaan. Sontak kami langsung saling pandang.

"Biar aku dulu ya, Ra yang ngomong?" aku menganngguk untuk memberinya izin berbicara lebih dulu karena jujur aku tidak tahu apa yang harus aku ucapkan.

"Aku mau minta maaf, Ra. Aku udah keterlaluan...."

"Nggak, Luh. Aku yang punya salah sama kamu," ucapku sambil menahan air mata yang ingin tumpah.

"Enggak, Ra. Omongan aku beberapa hari lalu itu udah keterlaluan banget. Aku harusnya nggak ngomong kayak gitu," sahutnya penuh sesal dan air mata mengalir perlahan di pipinya. Aku yang awalnya menahan tangis, jadi ikut menangis juga.

"Tapi omonganmu bener, Luh. Aku terlalu nyaman melabeli diriku sebagai korban dan aku jadi percaya bahwa aku adalah orang yang paling menderita di dunia ini. Padahal semua orang punya penderitaannya masing-masing."

"Tapi Ra, nggak seharusnya aku nggunain itu buat nyakitin kamu. Aku kebawa emosi waktu itu dan pengen bikin kamu ngerasain sakit yang aku rasain. Berarti kan aku yang egois dan jahat di sini padahal setelah aku pikir-pikir lagi omonganmu sama Randu itu bener."

"Bener gimana, Luh?"

"Randu bilang ke aku, dia bakal jadi cowok yang jahat banget kalau ngebiarin aku bertahan dengan harapan yang sebenarnya udah enggak ada. Dia bilang juga dia emang udah jahat karena mutusin aku dengan alasan suka sama cewek lain, tapi dia akan lebih nggak tahu diri kalau ngebiarin aku bertahan di tempat yang salah. Lebih baik kalau dia ngelepasin aku dan ngebiarin aku mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya aku bisa miliki. Klise banget sih, tapi setelah dipikir-pikir nggak juga. Dia bener." Galuh menghapus pipinya yang dipenuhi bulir air mata, aku bisa merasakan sakit hati yang coba dia redam sekuat tenaga.

"Terus tentang omongan kamu, Ara. Kamu bener soalnya kalau misalnya Randu nggak jujur dan dia terus mencoba bertahan sama hubungan kami. Iya, aku bakal bahagia tapi Randu nggak bahagia. Rasa terpaksa dia lama-lama kan ketahuan juga dan jadinya kita bersama bukannya saling membahagiakan malah saling membebani dan bisa juga saling menyakiti. Jadi seperti ucapanmu mending berpisah tapi masing-masing bisa bahagia."

"Tapi tetep aja, Luh. Kamu terluka karena itu."

"Aku bohong kalau bilang aku nggak terluka. Sampai detik ini aja aku masih ngerasain sakitnya karena jujur aku masih cinta sama Randu. Tapi buat apa, Ra. Kayak omongan kamu setahun lalu setelah aku, kamu, dan Arsya bergadang nonton drakor secara marathon. Kamu bilang cinta itu tentang siapa memilih siapa dan siapa yang dipilih siapa. Nggak bisa dielak lagi Randu milih kamu, Ra."

"Tapi aku nggak milih dia dan aku masih sedih kalian harus pisah."

"Satu hal yang pasti aku udah nggak ada hak tentang itu. Itu udah jadi urusannya Randu."

"Tapi Luh, tetep aja...." Aku yang kehabisan kata hanya bisa melampiaskan rasa bersalahku lewat air yang mengalir deras dari kedua mataku.

"Ara, buat aku rasa sakit kehilangan Randu sebagai pacar tuh lebih kecil dibanding rasa sakit yang harus aku tanggung kalau kehilangan kamu sama Randu sebagai sahabatku. Geng hamlet itu udah jadi bagian dari hidupku. Aku lebih nggak siap buat kehilangan itu. Jadi kita baikan sekarang?" tanyanya sambil tersenyum padaku.

"Aku nggak pernah sekali pun marah sama kamu, Luh. Jadi...."

"Jadi kita baikan," sahutnya sebelum aku menyelesaikan perkataanku. Dia berdiri lalu memelukku. "Oh ya bentar," katanya setelah melepas pelukannya lalu berjalan menuju pintu. Pintu dibukanya dan tiga orang paling aku cintai di dunia ini masuk ke ruangan.

Arsya langsung berlari memelukku dan berkata, "kamu cepetan sehat ya, Ra. Aku kangen duduk sebelahan sama kamu. Bosen tahu sekolah cuma ngeliat wajah Randu mulu." Setelah Arsya melepas pelukannya Randu refleks memukulnya dan Arsya juga langsung membalasnya. Mereka memang tidak pernah berhenti bertingkah seperti kucing dan anjing. Aftab mendekatiku dia mengajakku high five dan aku menuruti keinginannya. Itulah cara kami menyapa seperti biasanya. Dan terakhir Randu memberikan semyumannya kepadaku, kami jadi bertukar senyuman secara kilat karena aku tak mau melukai hati Galuh lagi.

Randu dan Aftab menata kursi yang ada hingga mereka berempat bisa duduk melingkari tempat tidurku. Kami larut dalam perbincangan yang hangat tentang semua hal yang aku lewatkan. Obrolan sederhana bahkan tidak penting, tapi tawa yang tercipta membuat semua sangat bermakna. Aku merasa sangat bahagia karena masih bisa bertemu dengan si sok dewasa Aftab, si jahil Randu, si bawel Arsya, dan si ceplas-ceplos Galuh.

Benar kata Aftab, kami adalah bangunan tua yang memang nyaman dihuni, tapi pilar yang menegakkan telah termakan usia. Memang masih kuat berdiri, tapi tak lagi kokoh karena itu renovasi dibutuhkan. Jadilah bangunan itu harus diratakan. Bukan karena waktunya hancur, tapi waktunya dibangun lagi dari awal. Bentuknya masih sama hanya pondasinya dan kerangkanya lebih kokoh dari sebelumnya.

Dulu aku juga selalu mempertanyakan nasibku. Mengapa aku tak punya keluarga selengkap kebanyakan manusia? Apakah Tuhan lupa aku juga butuh keluarga? Detik ini aku jadi paham dan bersyukur sebab merekalah keluarga yang Tuhan berikan kepadaku. Keluarga kan tidak hanya tentang orangtua dan saudara atau pun ikatan darah, tapi juga bisa bermakna orang-orang yang memberikan rasa pulang. Dan mereka berempat adalah bangunan, tempat hatiku menemukan rasa pulang.

***

Ini pertama kalinya setelah tiga hari aku dipingit di kamar inapku, aku diperbolehkan berjalan-jalan di taman rumah sakit. Setelah merasa cukup mengelilingi taman, aku duduk di salah satu bangku yang ada karena perawat yang mengawasiku tidak juga menyuruhku kembali ke ruangan berarti aku masih punya waktu. Ku amati sekitar, udara pagi yang menyegarkan ditambah pemandangan dunia yang cerah sungguh membuatku tersenyum bebas. Bahagia rasanya bisa melihat langit secara langsung tanpa pelu dibatasi jendela.

Namun semua rasa syukur ini tiba-tiba berpindah haluan menjadi pilu saat sebuah ringtone ponsel menderingkan lagu pretty boy dari M2M. Sekilas aku terbawa arus waktu, aku jadi kembali ke momen di mana aku tertawa lepas dihadapan Kak Wira. Tawa yang melahirkan rindu beserta rasa kehilangan yang kental. Aku jadi menundukkan kepala karena tangis lagi-lagi tak bisa disela. Tapi tangisku terpaksa berhenti ketika seorang anak kecil laki-laki menghampiriku dan berdiri tepat di depanku. Rasa malu membuatku langsung menghapus semua air mata yang terlanjur jatuh.

"Mbak namanya Aksara?" tanyanya dengan tatapan polos yang menggemaskan hingga tanpa sadar senyum tersungging di wajahku begitu saja.

"Iya, Ada apa, Dek?" tanyaku sambil mengelus pipinya yang tembem.

"Ada mas-mas yang pengen ngasih ini ke Mbak," jawabnya sambil memberiku fruit tea rasa apel dengan sebuah surat tertempel di sana. Aku mengambil botol itu dan adek kecil tadi langsung berbalik lari meninggalkanku. Sontak aku langsung mengamati sekitar berharap menemukan siapa pemberi minuman ini. Tapi tidak ada satu pun sosok yang aku kenal. Karena penasaran, aku buka kertas surat itu dan aku baca isinya.

Dear Aksara,

Aku nggak tahu masih mau apa nggak kamu baca surat ini, tapi aku cuma pengen protes. Abisnya kamu udah keterlaluan ngasih rindu berformalin buatku. Awet sih, tapi nggak bisa dicerna. Nggak bisa juga dipotong-potong enzim dalam bentuk yang lebih sederhana. Rindu itu jadi terus utuh mengalir mengelilingi tubuhku. Padahal aku udah susah payah buat nelennya, tapi sekarang dia malah nggak bisa terurai. Tetap pada bentuk awalnya. Bahayakan dia nggak bisa dikeluarin jadinya dia menyumbat semua sistem dalam tubuhku karena itu aku minta kamu buat tanggung jawab. Karena cuma ada satu jalan biar aku bisa bertahan. Cara itu adalah kamu memberikan aku kesempatan kedua. Soalnya cuma di sampingmu, rindu ini nggak mematikanku sebaliknya dia malah menghidupkanku.

Your Wira yang makin jadi sableng tanpamu

Aku menutup kertas itu dan ada rasa kehilangan yang makin menjadi-jadi di benakku. Ku pandangi lagi sekitar, tetap sosok itu tak ditemukan. Aku ingin melihatnya, aku ingin memastikan apakah tubuhku bisa menuruti inginku untuk kembali bersamanya. Tapi dia tak ada, mataku tak juga bisa menangkapnya.

Benarkah rindu yang ditawarkan semesta hanya mengandung formalin, Kak Wira? Karena bagiku rindu itu mengandung arsenik yang bila aku telan maka kemudian aku langsung meninggal. Tapi menganggurkan rindu itu pada tempatnya juga membuatku makin tak keruan sebab hatiku jadi terasa hampa. Sama saja aku mati dalam kehidupanku. Lantas aku harus bagaimana, Kak Wira? Bersamamu atau tanpamu, keduanya aku tak bisa.

Seakan semesta sedang asyik mempermainkanku tiba-tiba saja lagu kiss me dari Sixpence None The Richer menggema dari salah satu tevisi di ruang tunggu pemeriksaan. Tanpa aba-aba bayangan tawaku bersama Kak Wira di suatu sore itu, terngiang lagi. Dan sukses membuat tangisku meliar entah bagaimana cara menjinakkannya.

***

Haloo semua, selamat hari libur....

Gimana part ini? Komen ya...

Jangan lupa juga untuk meninggalkan jejak dengan vote, komen dan share ya karena bayangan eliminasi masih menghantui jadi kalau kalian nggak mau digantung mohon selalu dukungannya.

Apakah Ara akan balikan dengan Wira? Atau traumanya bikin dia akhirnya melepaskan Wira? Tunggu kelanjutannya di hari Jumat ya. Semoga masih bisa lanjut di minggu-minggu depannya lagi. Aamin...

Semangat selalu untuk memperjuangkan yang kalian impikan. Semoga kita selalu diberi kelancaran dan kesuksesan. Aamiin...

P.S. I love you

Prilda Titi Saraswati

Find me:

WP: prildasaraswati

IG: @prildasaraswati

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro