Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[5] First Step

Jane menguap lebar, masih ada dua jam sebelum jam pelajaran terakhir usai dan rasanya ia sudah ingin pulang untuk langsung merebahkan badan. Kelopak mata milik gadis manusia itu kian terasa berat. Semilir angin dingin yang menyapa kulit, tak lantas membuatnya jatuh terbuai dalam bunga tidur. Kendati demikian, Jane akui dia memang tak mampu mengenyahkan rasa kantuk.

Pengajar di depan sana, tengah mengetuk-ngetuk kapur ke papan tulis. Jemari masih sibuk menoreh tulisan-tulisan yang beberapa bulan lalu tidak Jane pahami. Sebagai seseorang yang tiba-tiba saja dipindahkan ke Devildom, dia jelas perlu menyesuaikan diri di sini. Menyesuaikan dengan orang-orang---atau iblis-iblisnya---menyesuaikan dengan kondisi alam mereka, gaya belajar, gaya bicara, gaya hidup, makanan, dan lain-lain. Culture shock? Mungkin Jane kerap mengalaminya. Tentu tanpa bantuan tujuh bersaudara, bahkan Lord Diavolo langsung, dia tidak akan bertahan sampai nyaris setahun di sini.

Setahun, ya? Gadis itu terpejam. Masa pertukaran pelajarnya hanya setahu, sesudah itu dia akan dikembalikan ke dunia manusia.

Terus Asmodeus bagaimana?

Pertanyaan itu terus mengganggu benak Jane seperti momok yang tak bisa dienyahkan. Satu pertanyaan yang membuatnya resah selama berbulan-bulan sampai tak bisa tidur. Kalau dia kembali nanti, Asmodeus bagaimana? Bukan Asmodeus saja, para saudara yang lain juga pasti akan sangat dia rindukan.

Jane membuang napas, menjatuhkan kepala ke atas lengan di meja belajar. Tangannya masuk ke kolong meja, mencari benda persegi bernama DDD yang tak lain adalah ponsel di dimensi ini. Tepat setelah Jane merasakan benda itu di genggamannya, sebuah getaran pelan membuat sang gadis cepat-cepat membuka kontak pesan.

Asmodeus :

Jane ❤️
[Pict.]
Apa kau sedang memikirkanku?
Aku rasa kau sedang memikirkanku, semua orang melakukannya.
Benar, kan?

Jane tersenyum tipis. Dia mengintip dari sela lengan, melihat gurunya tidak memberi perhatian pada murid-murid yang mulai merebahkan tidur untuk mendapatkan kenyamanan dan membiarkan kantuk menyerang. Jemari gadis itu bergerak lincah menulis pesan balasan, setelah sebelumnya menekan foto yang dikirim Asmodeus.

Tentu saja itu folo selfie. Memangnya apalagi?

Wajah pemuda yang menurutnya cantik itu terpampang memenuhi seluruh layar ponsel, tangan kanan Asmodeus menggenggam gelas tinggi yang wadahnya lebar. Di dalam gelas estetik tersebut, terdapat cairan berwarna ungu gelap bercampur kuning terang. Dari latar belakang tempat foto tersebut diambil, Jane menduga itu salah satu kafe di kota. Asmodeus pernah mengajaknya ke sana sekali. Jelas ini bukan foto baru, mengingat jam pelajaran masih tersisa.

Gadis itu turut mengambil foto wajahnya. Hanya separuh yang terlihat karena sengaja dibuat terhalangi oleh lengan.

Jane:
Aku ngantuk sekali ಥ‿ಥ
[Pict]
Mau pulang ....
[Crying sticker]

Asmodeus:
My poor baby 🥺🥺
Aku akan menjemputmu ke kelas nanti, bagaimana kalau pergi makan siang bersama?
[Pict]

Foto kali ini adalah wajah tersenyum Asmodeus yang masih mengenakan seragam RAD dari angel pengambilan gambar, Jane merasa bahwa foto itu baru saja diambil tadi.

Jane:
Aku hanya ingin pulang dan langsung tidur.
[Pict]

Jane mengirimkan gambar jempolnya.

Asmodeus:
Wah ♥️
Apa kau mau tidur di kamarku lagi? Aku akan dengan senang hati memelukmu sampai kau bangun
(っ˘з(˘⌣˘ )

Jane:
Kedengarannya bagus.
[Lovely sticker]

Asmodeus:
Yippie (*˘︶˘*).。*♡
Kalau begitu sekarang, aku akan memberikanmu penyemangat supaya tidak tertidur di kelas ❤️
[Asmodeus send 20 pictures]
[Asmodeus send 5 pictures]
[Asmodeus send 17 pictures]
[Asmodeus send 50 pictures]
Percayalah, fotoku akan memberikanmu banyak energi, Jane ♥️

Ponsel Jane tidak berhenti bergetar selama pesan spam dari Asmodeus masuk seperti banjir bandang. Meskipun gadis itu tidak suka ketika seseorang melalukan spamming, sepertinya dia memberi satu pengecualian untuk satu orang khusus. Tangan Jane menggulir galerinya yang kini dipenuhi gambar wajah Asmodeus. Bukan dia saja, ada beberapa gambar yang menyerupai meme sehingga cocok dijadikan BLACKMAIL ke beberapa saudara laki-laki kekasihnya itu. Sesekali Jane tertawa pelan, berusaha menahan suaranya sembari mencuri pandang ke arah depan. Bibirnya sampai sakit tersenyum melihat wajah-wajah tak asing yang kini memenuhi galeri, terutama foto-foto indah wajah Asmodeus sendiri.

Terakhir, Jane melihat fotonya yang tengah tertidur.

Dia tidak tahu kapan foto itu diambil atau darimana Asmodeus mendapatkannya. Dalam gambar berlatarkan dinding kamar gadis itu, wajahnya yang terlelap dengan seulas senyum kecil di atas buku pelajaran terpampang.

Jane:
Aku suka foto yang ini.
[Pict]

Jane mengirim kembali gambar wajah dirinya sendiri.

Asmodeus:
Dari semua gambar wajahku yang kukirim, kau menyukai yang itu, hm?

Rasanya Jane seperti bisa mendengar gumam protes khas Asmodeus.

Asmodeus:
Tapi, tidak apa. Aku juga suka foto itu ❤️
Sebenarnya aku punya lebih banyak lagi fotomu.
Semuanya aku jadikan satu dalam album khusus di DDD-ku. ( ˘ ³˘)♥

Jane:
Mau lihat ( ˶ ❛ ꁞ ❛ ˶ )

Asmodeus;
Of course, dear.
Kau bisa melihatnya sambil kita saling berpelukan (。•̀ᴗ-)✧

Kalau Jane pikir-pikir, dia dan Asmodeus benar-benar berbeda sekali. Terutama dari segi gaya hidup. Asmodeus menikmati keramaian, gemar menjadi pusat perhatian dan justru merasa bahwa dia memang dilahirkan untuk itu, Asmo juga senang tampil gemerlap, penuh gaya dan trendi, menghadiri pesta-pesta luar biasa, hangout bersama kenalan-kenalannya yang keren dengan ribuan pengikut di sosial media, dan lain-lain. Dunia malam beserta gemerlapnya seolah menjadi teman iblis berambut sampanye tersebut.

Di sisi lain, Jane adalah pribadi yang menyukai ketenangan dan kesendirian. Menikmati kedamaian dan lebih menghargai sepi. Dia lebih suka berada di kamarnya atau sekitar House of Lementation daripada apa pun. Tidak akan keluar, apabila tidak ada yang mengajaknya. Jane juga lebih suka berada di balik layar, tidak terlihat, dan bersikap diam-diam daripada menjadi pusat perhatian. Daripada pakaian bagus yang sedang panas, Jane lebih menyukai baju-baju sederhana dalam almari yang diambilnya suka-suka tanpa dilihat dulu.

Keduanya berbeda. Termasuk dalam hal-hal sepele seperti mengambil foto. Jane bahkan hanya punya kurang dari sepuluh, foto wajahnya sendiri. Lebih dari itu, isi kameranya adalah hal-hal random yang tidak tertata dalam album. Berbeda dengan galeri Asmodeus yang membuat siapa saja betah melihat koleksi gambar-gambarnya. Walau memang hampir seluruhnya adalah foto selfie atau foto pribadi laki-laki tersebut, Asmodeus sangat menghargai kecantikan dan keindahan sehingga dia benar-benar memperhatikan hal-hal sepele sekali pun.

Terkadang Jane berpikir, bahwa dia tidak akan bisa mengimbangi gaya hidup Asmodeus yang terbilang glamour. Jadi meskipun dia menyukai iblis tersebut dan Asmodeus tentu menunjukkan tanda-tanda yang sama melalui perilaku pun kata-kata, Jane tak lantas membalas perasaannya. Di luar dugaan, Asmodeus justru dengan senang hati menyamakan irama gaya hidupnya dengan milik Jane. Menikmati dan mencoba menyukai, apa yang gadisnya cintai. Memuji dan mengapresiasi, bahkan ke hal-hal kecil yang bahkan tidak pernah Jane sadari. Dia juga kerap mengambil posisi dalam kegemaran gadis itu, berusaha untuk menikmati hal yang sebelumnya tak pernah mampir ke benaknya sedikit pun.

Jane sangat menghargai perilaku Asmodeus yang seperti itu. Dia pun secara perlahan, berusaha untuk merapikan diri sehingga cukup layak untuk bersanding dengan sang kekasih. Tentu saja dengan bantuan Asmodeus, hal-hal yang tidak pernah gadis itu sentuh terasa mudah sekaligus menyenangkan.

Meskipun Asmodeus tidak pernah memintanya untuk mengubah diri demi laki-laki itu. Namunzetelah apa yang Asmodeus lakukan untuk bisa mendapatkan perhatian Jane hingga gadis itu jatuh hati sendiri, maka tidak mungkin Jane tidak membalasnya.

---

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro