Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. The Filling and Toping: What's Wrong?

Aida langsung berlari ke meja kasir, ia tersenyum ramah lalu menanyakan pesanan pelanggan yang lama berdiam di depan kasir sambil menengadah menatap papan menu di balik Aida.

"Bisa saya bantu pilihkan, Bu?" Aida menawarkan, tidak jarang ada pelanggan yang kebingungan seperti ini.

"Saya keliatan tua banget ya? Sampai kamu tahu kalau saya udah ibu-ibu?"

Aida tersentak tapi cepat menguasai diri, gadis itu tersenyum manis lalu menangkupkan tangan di depan dada.

"Maaf, Bu. SOP kafe kami memang diharuskan menggunakan panggilan 'Ibu/Bapak'. Kalau ibu berkenan saya bisa memanggil dengan sebutan lain selama masih sopan," ujar Aida tanpa melunturkan senyumnya.

Wanita itu mendesah, ia menggeleng lalu menunduk meminta maaf, kemudian kembali terpaku lagi pada papan menu.

"Minuman yang cocok untuk anak muda apa, Dik?"

Aida menunjuk kertas menu yang ada di meja kasir. "Kita ada beberapa paket kue dan minuman, kalau ibu suka yang manis bisa coba sweethtooth, ada paket bittersweet, sweet and sour." Aida dengan telaten menunjukkan satu persatu menu yang tersedia.

Wanita itu mendesah lalu setuju untuk memesan ketiga paket yang tersedia, ia melangkah menuju salah satu meja yang dekat dengan kaca dan mulai melamun lagi.

"Harusnya dia lewat pintu VIP," ujar Kala yang tiba-tiba muncul di samping Aida. Untung saja Aida nggak latahan dan ngomong 'ayam-ayam', cuma refleks mau nabok Kala pakai papan menu aja.

"Terus gimana? Mau diusir terus suruh pindah ke sebelah?" Aida balik bertanya sambil menyerahkannya daftar pesanan pada Jamal, si tukang bikin minuman.

Kala menggeleng, pria itu berlalu menuju ruang VIP setelah memberikan beberapa arahan. Pandangan Aida dan Widya bertemu, Widya tampak mengepalkan tangan lalu menggosokkannya di mata sambil mengumumkan sesuatu.

"Nangis?" gumam Aida tidak yakin dan Widya mengangguk. Ridwan yang pindah berjaga di depan pintu keluar dan memeriksa sekitar.

Tempo hari ada remaja yang datang sambil menangis, setelah ditenangkan ternyata dia diikuti orang asing dan mencari bantuan di kafe. Akhirnya Ridwan yang sebenarnya pegawai magang tukang jagain pintu berubah jadi tukang ojek dadakan. Ridwan curiga tamunya barusan menangis karena kasus yang sama, tapi setelah memeriksa sekitar ia tidak menemukan orang aneh bahkan ia memeriksa rekaman CCTV dan terlihat wanita itu sempat jatuh bersimpuh saat turun dari mobil.

Ridwan mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu, sesaat kemudian ponsel pegawai yang lain berbunyi tanda ada pesan masuk.

Ridwan: Tadi jatuh di depan kafe udah nangis, nggak ada tanda-tanda penguntit. Ini mau ngambilin kotak P3K.

Aida mengirimkan tangkapan layar percakapannya dengan Kala, isinya untuk mengantarkan pelanggan tadi ke ruang VIP.

Widya: Berarti sekalian Aida yang obatin? Gue jaga kasir kalau gitu. Pesanan beliau nanti diambil orang VIP kan?

Widya menuju meja kasir sambil menyerahkan kotak P3K, Aida tersenyum mengucapkan terima kasih. Kala memang tidak banyak memberikan aturan untuk para pekerja, satu aturan yang dibuat Kala adalah pegawai lain dilarang untuk masuk ke ruang VIP tanpa perintahnya. Karyawan yang lain tidak terlalu peduli, toh selain kebijakan ini Kala tidak pernah membeda-bedakan karyawan terutama kalau berurusan dengan gaji.

Awal mula gosip Aida simpanan Pak Bos juga tercetus karena aturan ini, Ridwan percaya kalau ruang VIP sebenarnya adalah tempat romantis yang disiapkan Kala untuk kekasih tercintanya. Aida yakin Ridwan langsung pingsan kalau tahu isi ruang VIP sebenarnya.

"Ibu Anin, maaf kalau saya ikut campur tapi lutut ibu berdarah. Boleh saya obati di ruangan sebelah sana? Di sana areanya lebih privat jadi ibu lebih nyaman." Aida memapah wanita bernama Anin itu setelah mendapat persetujuan.

Aida membawa Anin menuju sofa yang ada di ujung ruangan, satu rahasia lain dari ruang VIP yaitu desain ruangannya berubah sesuai tamu yang datang. Kali ini penampakan ruang VIP lebih mirip ruang keluarga dengan tambahan meja bar.

Tiga orang pegawai datang mengantarkan pesanan, mereka meletakkannya di meja lalu pergi. Aida selesai mengoleskan obat merah, ia hendak pergi tapi Anin menangis terisak-isak.

"Seharian ini saya menghabiskan waktu untuk mencoba jadi anak muda, saya mencoba semua hal yang sedang ngetrend dengan harapan saya akan ketularan muda. Saya berpikir dengan begitu akan mendapatkan jawaban tapi saya malah merasa menjadi orang lain yang tidak saya kenali." Anin mulai mengeluarkan keluh kesahnya, Aida menyerahkan selembar tisu sambil mengusap-usap pundak Anin.

"Apa pentingnya 'muda' itu? Seberapa bernilainya sampai laki-laki yang saya nikahi 20 tahun lamanya mengikari janjinya untuk setia?" Anin mulai mengoceh lagi.

Aida menghela napas, baginya pekerjaan terberat di Naraya bukanlah menyajikan kopi dan yang lainnya tapi saat-saat ia harus menemani pelanggan seperti ini. Meski yang ia lakukan hanya duduk dan tersenyum tapi rasanya jauh lebih melelahkan daripada bolak-balik mengantarkan kopi.

"Dulu dia memilih saya karena katanya saya wanita paling pintar yang dia temui, dia yakin anak-anak kami akan tumbuh cerdas karena saya yang jadi ibunya. Dia bangga karena saya lulusan universitas negeri, dia senang karena saya menjadi wanita karir dan ibu yang sukses, dia menemani saya ke setiap acara penghargaan yang saya terima. Dia yang paling bahagia untuk setiap kesuksesan saya, lalu kenapa semua kecintaannya itu luntur karena saya sudah tua?"

"Saya merasa hidup saya sempurna, suami yang menjadi idaman, anak-anak yang sehat dan cerdas, karir saya cemerlang, bahkan saya sudah mendapatkan dua gelar profesor di jurusan yang berbeda. Apa semua nilai yang saya miliki jadi hilang karena saya berkeriput? Apa jejak pendidikan saya luntur seiring kendurnya kulit saya? Kenapa dia tega?"

Anin terus menangis, Aida masih mengusap pundak wanita itu sambil menyerahkan tisu. Butuh setengah jam sampai akhirnya Anin tenang. Kala datang membawa nampan, ada kue tart dan kue lemon di atasnya. Kala meletakkan bawaaanya di atas meja dan mulai memakannya.

"Menurutmu, lebih bagus kue tart yang cantik tapi isinya cuma krim tawar atau kue lemon yang lucu tapi ternyata terlalu asam?" Kala menanyakan pertanyaan yang sama.

"Bukannya mereka emang berbeda? Rasanya nggak adil membandingkan dua hal yang jelas beda, apalagi ini makanan. Sejak kecil kita diajarkan untuk menghargai makanan bukan?" Anin memberikan jawaban yang membuat Kala tersenyum.

"Kalau makanan aja nggak boleh dibandingkan, terus gimana manusia yang ciptaan Tuhan? Padahal kue dibuat manusia, kurang ajar banget dong yang berani bandingin ciptaan Tuhan?"  Kala menjawab sambil terus menikmati makanannya.

Aida tersentak karena kalimat tadi juga memiliki makna yang mendalam untuknya, Aida cepat-cepat mengigit bagian dalam bibirnya agar tidak menangis.

"Mau coba jalan-jalan sama anak muda? Mungkin kamu bisa menemukan jawaban yang kamu cari seharian ini?" Kala bangkit lalu menuju salah satu pintu.

Aida membantu Anin berdiri dan keduanya melangkah mengikuti Kala, angin lembut menerpa seluruh tubuh keduanya, pintu terbuka dan bercahaya terang sekali sebelum akhirnya menutup.

Jumlah kata 1059
20 Oktober 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro