Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Come After 💐

🔱Καλή ανάγνωση🔱

Sebagai dewa termuda di jajaran Olympia, Hermes mengaku tidak banyak menyaksikan hal luar biasa bila dibanding saudaranya yang lain. Akan tetapi, penampakan dunia bawah saat ini adalah satu dari sekian hal paling mustahil yang pernah ada-yang mungkin tidak akan dipercayai Apollo dan Artemis berhubung dirinya adalah dewa pelindung para penipu dan pembohong. Jangan tanya mengapa, Hermes sendiri tidak mengerti. Mungkin bakat turunan dari Zeus yang pandai berkilah saat ketahuan selingkuh.

Hermes tidak menyangkal bila dirinya adalah seorang orator ulung yang fasih memutar-balikkan kata-kata. Namun, pemandangan langka yang disaksikannya sekarang bukan bualan semata. Selama mengemban tugas sebagai penghubung antara Dunia Atas dan Dunia Bawah, baru sekali ini Hermes mendapati alam kematian tersebut berhias cahaya.

Lekas, Hermes mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati lampion bergelantungan di langit-langit. Sinarnya temaram, tetapi cukup terang untuk menampakkan air sungai Akheron yang hitam pekat. Gelembung gas menyembul silih-berganti di antara riaknya yang bergejolak, meletup dan memampatkan udara dengan cairan beracun.

"Menjijikkan!" komentar Hermes setengah bergidik. Pernah terlintas di benak dewa pengantar roh tersebut bila Dunia Bawah akan sedikit lebih baik jika memiliki satu saja sumber cahaya. Akan tetapi, menyaksikan kerumunan roh yang mengerang kesakitan saat ditelan oleh pusaran air membuatnya berpikir ulang bila Underworld memang lebih pantas diselimuti kegelapan.

"Apa dunia sudah hampir kiamat?" Hermes berjalan masuk diliputi sejuta tanda tanya. Para arwah yang mengikut di belakangnya terlihat semakin gentar, bahkan ragu-ragu untuk melintasi gerbang.

Mata Hermes menyipit saat menemukan sesuatu bersinar terang di kejauhan. Telapak tangannya ditelungkupkan di atas dahi sesaat sebelum terbeliak. "Demi janggut Helios, itu perahu Kharon!"

"Kharon! Apa yang terjadi di sini?" Hermes berujar pada Kharon setelah tukang kayuh tersebut menepi. "Dan ... apa yang terjadi pada perahumu?" pungkasnya lagi sambil menilik perahu Kharon yang dihiasi suluh. Biasanya lelaki tersebut hanya membawa lentera dengan api yang nyaris redup.

Kharon mendesah panjang sebelum menjawab pertanyaan Hermes. "Ini perintah Yang Mulia Hades."

"Menghias perahu?" sahut Hermes sangsi.

"Tepatnya membuat penerangan yang cukup." Kharon menggantung lenteranya di tiang perahu lalu berujar lantang kepada para arwah. "Penyebrangan ditutup untuk sementara! Ini perintah langsung dari Yang Mulia Hades!"

Sebentar! Hermes masih mencerna situasi. Hades ingin membuat penerangan yang cukup di Dunia Bawah dan penyebrangan sungai Akheron ditutup. Semua ini baru pertama kali terjadi sepanjang sejarah. Apa jangan-jangan Chaos ingin mendaur ulang alam semesta dan menciptakan tatanan dunia baru? Tidak bisa! Hermes tidak ingin kehilangan profesinya yang bergengsi.

"Kenapa penyeberangan ini ditutup?"

"Entahlah. Aku hanya diberi perintah begitu." Kharon mengedikkan bahu.

Setiap pertanyaan yang dilontarkan Hermes selanjutnya-termasuk lampion yang bergelantungan di langit-langit-berujung pada gelengan pertanda ketidaktahuan.

Hermes menyelidik setiap gurat yang terbentuk di wajah Kharon, tetapi tidak ada tanda-tanda kebohongan yang ia dapati, selain kerutan berlebih di dahi dan kantung mata berlapis tujuh. Selagi Hermes memaksa otak berpikir, teriakan yang familiar di telinganya bergema dari Erobos.

"Hecate!" Hermes buru-buru menghujamkan tongkatnya ke tanah-mengakhiri tugasnya sebagai pengantar arwah, kemudian mengambil langkah seribu menuju sumber suara.

Kabut pekat yang merungkup Erobos masih sama ketika Hermes menerobos masuk. Hanya saja, hamburan cahaya membuat elemen serupa awan tersebut tampak berpendar dan menusuk pandangan. Samar-samar, di jalan masuk menuju hutan gelap, Hermes menjumpai Hecate sedang bersitegang dengan para nimfa sungai.

"Ini perintah dari Thanatos." Seorang nimfa angkat bicara pada Hecate.

"Kami akan dikutuk bila membantah," imbuh satu nimfa lain yang membawa tanglung.

"Jangan bicara omong kosong!" Hecate berkacak pinggang. "Aku baru tiba dan kalian sudah mengacak-acak hutanku dengan lampu-lampu ini!"

Mengerti perseteruan yang terjadi, Hermes bergegas melerai, sebelum Hecate menyihir sekawanan nimfa di sana menjadi makhluk melata paling mengerikan yang pernah tercipta. Hermes paham penolakan Hecate pada perintah Thanatos yang akan mencoreng citra Hutan Gelap di wilayahnya, tetapi roh alam yang dilindungi Apollo itu jelas tidak bersalah, mereka hanya melaksanakan tugas.

Tidak. Hermes tidak sedang membantu tugas Apollo. Sungguh, ia tidak peduli pada vokalis band Olympus tersebut. Hermes hanya membantu Hecate sebagai sesama rekan kerja pengantar arwah.

Hermes kemudian mengambil tempat di antara Hecate dan para nimfa sambil mengangkat Kerykeion. Masing-masing pihak yang pada awalnya berkeras mempertahankan argumen pada akhirnya mulai menurunkan ego. Sebagai jalan tengah, Hermes bersedia menemani Hecate untuk bertemu Thanatos. Sekalian mendengar penjelasan dari tangan kanan Hades tersebut untuk semua keganjilan yang terjadi.

"Ada yang tidak beres!" Hecate melipat tangan di depan dada sambil mengamati sekitar. Bersama Hermes, ia menyusuri hutan menuju kediaman Thanatos di dekat gua Hypnos.

"Kau yakin tidak terjadi hal aneh sebelumnya?" tanya Hermes di sebelah Hecate yang tiba-tiba saja dilanda rasa kantuk.

Hecate mengingat-ingat sebentar sebelum menelengkan kepala. "Semua berjalan seperti biasa. Aku mengurus roh yang tersesat dan tahu-tahu saja keadaan di sini sudah berubah drastis. Oh, Hermes! Awas!"

Pekikan Hecate membuat kelopak mata Hermes yang sedikit lagi mengatup sempurna kembali terbuka, tepat beberapa inci sebelum hidungnya beradu dengan batang pohon.

"Sial! Kenapa aku jadi mengantuk begini!" Hermes mengusap wajah. Seperti ada sesuatu yang mengusap-usap kelopak matanya. Hermes merasa berada dalam buaian lembut yang lebih nyaman daripada alunan musik Apollo.

"Itu Hypnos. Auranya bisa membuat orang mengantuk." Hecate memberi mantra perlindungan dan menunjuk ke arah sungai Lethe. "Ini adalah salah-satu pertahanan baris pertama dunia bawah untuk mencegah penyusup dari gerbang timur masuk ke zona inti kerjaan."

Hermes yang sudah terlepas dari pengaruh Hypnos melenggut. Dunia bawah memang dijaga super ketat. Bahkan ia yang diberi hak istimewa untuk keluar-masuk alam kematian tersebut hanya mampu mengantar arwah sebatas tepi sungai Akheron. Bila pun Hermes nekat dan menggunakan kesaktian sandal bersayapnya, niscaya ia akan disambut oleh anjing peliharaan Hades di hilir sungai. Cerberos, si anjing berkepala tiga yang kabarnya sangat tidak ramah pada orang baru.

"Hai, Hecate!"

Tiga orang wanita yang duduk di bibir gua Hypnos memanggil. Hermes yang ikut menoleh lantas meringis dalam hati. Mereka adalah Ker. Dewi kematian kejam yang senang mencabik-cabik jiwa. Arwah bekas eksekusi Ker tidak ada yang berpenampilan tidak memprihatinkan. Paling normal dengan pakaian compang-camping dan dipenuhi bekas cakaran di sekujur tubuh.

"Mengenakan helm, sandal, dan membawa tongkat." Seorang Ker mengamati Hermes dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Tubuh atletis dan wajah tampan," pungkas satu orang disebelahnya.

"Tidak salah lagi." Ker terakhir menyimpulkan. "Kau pasti Hermes."

Hermes tidak tersanjung, meski senang disebut tampan. "Psykhopompos," katanya untuk mempertegas keberadaan di sana. "Aku bertugas mengantar arwah manusia ke Dunia Bawah."

Sebagai dewa yang bekerja lintas domain, Hermes tahu harus berbaur dengan penghuni region. Paling tidak kehadirannya bisa diterima di sana.

"Untuk apa putra Zeus datang ke wilayah ini!"

Suara berat menggema dari dalam gua, bersamaan dengan sekelebat kabut hitam yang kemudian menyatu membentuk rupa tak jelas. Satu hal yang luput dari perhatian Hermes adalah chauvinisme penghuni dunia bawah yang sangat kental. Mereka sangat menjunjung tinggi domain mereka. Sekali pun secara teknis Zeus merupakan raja para dewa, mereka tunduk dan patuh hanya kepada Hades.

"Kami mencari Thanatos." Hecate menanggapi perkataan tak senang dari Moros.

"Thanatos?" Para Ker menatap Hecate dan Hermes lalu berujar bergantian.

"Ada apa?"

"Jangan bilang Thanatos salah mencabut jiwa!"

"Benar, dia terlalu linglung sejak jadi ketua panitia!"

"Panitia?" Hecate semakin tidak mengerti dengan keadaan dunianya. Thanatos mewakili aspek kematian yang berbeda dengan Ker dan mereka tidak pernah begitu dekat sampai membentuk kepanitiaan.

"Maaf, Hecate." Seorang Ker memasang tampang penuh sesal yang jatuhnya jadi semakin menyeramkan. "Kami tidak bermaksud tidak mengajakmu dalam kepanitiaan, tapi kau tidak ada di tempat waktu itu."

"Kami tidak tahu Thanatos masih butuh anggota atau tidak, tapi kami butuh bantuanmu untuk mendapatkan tanaman beracun." Satu Ker lagi dengan cepat menambahkan. Ia berbisik pada suadaranya sebelum menatap Hermes. "Kau juga bisa ikut sebagai pengantar undangan dan penjemput tamu."

Hermes menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi. Bila Thanatos bersaudara membentuk panita Dewan Kematian Manusia, Hermes ingin turut serta. Lumayan untuk menambah pamornya dan menyaingi Apollo sebagai dewa multitalenta.

"Kalian bisa berbicara dengan Thanatos nanti. Dia sedang mendampingi Yang Mulia Hades melawan raksasa di gunung Etna." Ker yang berdiri di tengah-tengah suadaranya mengelus dagu. "Mungkin kembali bersamaan dengan Helios saat gerbang timur terbuka."

"Tunggu!" Hermes menyela. "Barusan kau bilang apa?"

"Mungkin Thanatos kembali bersamaan dengan Helios."

"Bukan! Sebelum itu!"

"Yang Mulia Hades melawan raksasa di gunung Etna."

"Melawan raksasa di gunung Etna?"

Hermes dan Hecate saling berpandangan dengan mulut terbuka. Hermes tahu jelas sejarahnya. Raksasa Typhon yang dikurung di bawah gunung Etna sangatlah kuat. Bahkan pernah memotong urat nadi Zeus.

"Lokasi gunung Etna berada tak jauh dari Sisilia."

Beradu tatap selama sepersekian detik, Hermes dan Hecate sama-sama berseru.

"Persephone!"

💐💐💐

Semua terlalu mengejutkan bagi Persephone. Raksasa yang tiba-tiba muncul dari gunung Etna, kemunculan pria bersayap hitam yang bersimpuh di hadapannya, sampai pertarungan Aidēs melawan para naga.

Perasaan Persephone berkecamuk menyadari wilayah Sisilia hancur dalam sekejap mata. Tungkainya yang masih gemetaran dipaksa untuk melangkah, tetapi raksasa yang habis terpukul mundur kembali bangkit dan membebaskan ular-ular di kakinya.

"Aidēs ...! Awas ...!" Persephone menjeritkan nama samaran Hades ketika ular yang menyemburkan bisa mulai menyerang.

Hades mendesis geram. Typhon memang raksasa yang keras kepala, pantas Zeus sempat kewalahan menghadapinya. Mendengar teriakan Persephone yang ketakutan, Hades segera merapatkan helm besinya dan melesat secepat kilat. Tubuhnya yang tak kasat mata bebas berkelit, menebas ular-ular Typhon dengan mudah.

Kehilangan jejak Hades, Typhon menggerung marah. Ular-ularnya yang tersisa dikerahkan menuju Persephone. Typhon mengakui dewa yang berhadapan dengannya kali ini sebanding dengan Zeus. Pergerakannya bahkan tidak terbaca.

Thanatos yang bersiaga lantas membentangkan sayap, melindungi Persephone dari luapan bisa. Atas izin Hades, Thanatos bisa menggunakan kekuatannya untuk menyerap arwah demi melindungi calon ratu dunia bawah. Thanatos sudah lama menantikan momen di mana ia bebas menarik roh makhluk hidup sesuai kehendaknya, tanpa terpaku pada batas usia yang ditakdirkan oleh Morai. Tentu saja, untuk raksasa yang mengancam keselamatan calon ratu domainnya, sentuhan lembut Thanatos sebagai pembawa kematian damai tidak berlaku.

Di belakang Thanatos, Persephone menatap ngeri ular-ular yang terkepar kehilangan roh. Persephone pernah mendengar tentang ini sebelumnya. Perihal eksistensi seorang dewa kematian yang bertugas mencabut nyawa.

Thanatos berbalik, sedikit berharap Persephone kagum dengan aksinya, tetapi yang ia dapati justru wajah pucat dari sang dewi.

"Ka-kau ... malaikat maut?" Persephone mengambil langkah mundur.

"Malaikat?" Thanatos terkesiap. Baru kali ini ada yang memanggilnya malaikat. Apa ini sebuah pujian? Thanatos mendadak salah tingkah.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu."

"Ratu?" Nyali Persephone semakin menciut. Apa malaikat maut ini hanya memberinya hiburan sebelum mati?

"To-tolong jangan ambil nyawaku!" Persephone menggeleng ketakutan. "Aku Persephone. Putri Demeter. Dalam lindungan Zeus, raja para dewa!"

"Yang Mulia, saya tidak bermaksud ..."

"Berhenti!" Persephone mencegah Thanatos mendekat. "Aku seorang dewi. Memang dewi minor, tetapi di dalam tubuhku mengalir Ichor. Kau tidak bisa mengambil nyawa seorang dewi."

Kening Thanatos bertaut tidak mengerti. Ia berusaha menenangkan Persephone, tetapi semakin melangkah maju, calon ratu Dunia Bawah tersebut justru memundurkan badan.

Persephone menatap gamang pada Thanatos yang tanpa ekspresi. Ia berhenti di satu titik dan berlari tunggang-langgang. Thanatos yang tidak ingin gagal di tugas perdananya pun memburu sehingga aksi kejar-mengejar terjadi.

"Aidēs, tolong ....!"

Hades yang sedang memasang kuda-kuda untuk menyerang Typhon berbalik ketika mendengar suara Persephone. Tangannya serta-merta direntangkan, menyambut sang dewi yang kelihatan panik.

"Persephone?" Hades menarik Persephone dalam dekapannya. "Kau terluka?"

Persephone menggeleng dan berlindung di balik tubuhnya yang berbalut jubah besi. "Malaikat maut itu ingin mencabut nyawaku!"

"Thanatos!" Hades mendelik pada Thanatos yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Tidak begitu, Yang Mulia!" Thanatos meringis. "Ini salah paham!"

Hades mendengkus lalu menunduk sedikit hingga pandangannya sejajar dengan Persephone. "Tenang saja, Persephone. Thanatos tidak akan bisa mencabut nyawamu sebelum dia berhasil mencabut nyawaku."

"Yang Mulia ...." desis Thanatos bersimpuh pasrah. "Itu tidak mungkin terjadi ...."

"Yang Mulia?" Persephone memandang Hades dan Thanatos bergantian. Namun belum sempat mengutarakan isi pikirannya, tanah kembali berguncang ketika Thypon bangkit. Raksasa tersebut semakin mengamuk dan menghancurkan badan gunung, membebaskan lebih banyak monster yang terpenjara.

"Merepotkan!" Hades berdecak. Ia harus mengakhiri serangan Typhon sebelum raksasa itu meluluh-lantahkan pulau Sisilia.

"Thanatos, habiskan monster-monster itu! Jangan biarkan mereka merusak alam!" Hades memberi titah pada Thanatos lalu menyapu wajah Persephone dan mendekap dewi kecilnya. "Kali ini pegangan yang erat."

Persephone belum sepenuhnya mengerti sampai Hades memanggil kuda hitam dengan kereta maut yang tempo hari membawanya terbang menembus awan. Pedati tersebut sekarang dilapisi baja. Kuda-kudanya pun di lengkapi dengan pelindung wajah dan tempurung dari besi yang menutupi bagian leher hingga punggung.

Sesaat sebelum kereta melaju menghindari lontaran batu yang dilemparkan Typhon, Persephone melingkarkan lengan di pundak Hades tanpa diminta. Terakhir kali mengabaikan permintaan tersebut, ia nyaris jungkir balik dari angkasa.

Sudut bibir Hades tertarik sedikit, memacu kudanya terbang lebih tinggi. Persephone dalam dekapannya sesekali menengadah, mengintip Hades yang bermandi keringat. Angin yang bertiup kencang terasa menampar wajah, tetapi telapak tangan Hades sigap menghalau untuknya.

Begitu hampir mencapai jantung Typhon, Hades menyadari pergerakan raksasa tersebut melambat. Matanya membulat ketika melihat Typon meraup udara dengan rakus, siap menyemburkan api. Hades menghentakkan kaki dan menarik tali kekang, tetapi beban keretanya yang melaju kenjang tidak sebanding dengan gaya tolak yang tercipta.

"Raksasa sialan!" umpat Hades ketika kereta perangnya membentur badan Typhon yang pejal. Hades berusaha memutar haluan. Namun, pedatinya justru terlontar ke pusaran api.

"Tidak!" Persephone menjerit ketika lidah api menyala tepat di depan matanya. Hades yang menyadari itu lekas membalikkan badan, melindungi Persephone dari kobaran api dengan baju zirah buatan Kiklops.

"Itu dia! Jantung Typhon!" Hades berseru ketika melihat celah di antara rongga dada Typhon yang membara. Matanya terpejam, mengumpulkan energi untuk membidik dari balik kepungan api. Sayangnya, mengimbangi badan kereta yang melaju tak tentu arah membuat fokusnya terpecah.

Persephone yang sedari tadi memperhatikan Hades pelan-pelan melepas pelukannya dan berpengangan di badan kereta. Aidēs telah melindunginya. Sekarang gilirannya untuk membantu.

Sementara itu, Hades masih mencari kesimbangan yang pas. Tangannya sudah terangkat untuk melempar Dwisula, tetapi kereta kembali hilang kendali dan meluncur ke bawah. Tubuh Hades menabrak badan pedati. Dwisulanya terlontar dan ia harus memilih antara meraih tali kekang untuk membawa kereta kembali mengudara atau mengambil senjatanya tersebut.

"Dapat!" Hades berhasil menangkap dwisulanya. Pijakannya sempat goyah dan Hades berpikir akan jatuh dilahap api. Namun, tahu-tahu keretanya terbang dengan stabil kembali.

"Aidēs, sekarang!" Persephone di balik kemudi berseru.

Hades sempat melongo sebentar sebelum mengaliri tongkatnya dengan energi masif. Setelah mendapatkan koordinat yang pas, dwisula tersebut di lontarkan. Dalam mode tempur, tongkat saktinya itu seribu kali lebih kuat. Hades terakhir kali menggunakan kemampuannya tersebut beribu tahun yang lalu, di masa-masa akhir Titanomakhia.

Typhon terbeliak. Gerakan tangannya tidak mampu mencegah dwisula Hades yang menghujam dengan kecepatan tinggi. Netra jelaganya beradu dengan mata hitam Hades. Saat itu pula Typhon terbeliak dan sadar bila dewa yang menantangnya adalah penguasa Dunia Bawah. Putra Kronos dan Rhea. Saudara tertua Zeus.

Erangan menulikan telinga terdengar ketika dwisula Hades berhasil menghancurkan jantung Typhon. Raksasa tersebut terhuyung sebelum rebah dan mengguncang bumi. Hades dan Persephone berhasil mendarat dan berbalik, menyaksikan Typhon terbakar menjadi debu.

"Kita berhasil!" Persephone tanpa sadar memeluk Hades.

Hades tergemap, tetapi lantas membalas dengan senang hati. Keduanya saling berpelukan sampai gema suara Typhon memantul seriing dengan tubuhnya yang habis dihempas angin.

"Terkutuklah kau wahai Hades! Terkutuklah kalian pada Olympia!"

"Ha-Hades?" Persephone mengurai pelukannya. Mata birunya menatap Hades dalam-dalam. Ingatannya berputar, melakukan reka ulang semua kejadian luar biasa yang baru saja terjadi.

Detik berikutnya Persephone terpaku. Harusnya ia bisa tahu dengan mudah bila Aidēs bukanlah dewa minor. Jelas sekali lelaki tersebut punya kekuatan dewata mulia raya. Namun, benarkah ia Hades? Satu dari tiga penguasa dunia selain Zeus dan Poseidon yang pernah diceritakan ibunya?

"Persephone ...." panggil Hades lembut. Ia tahu Persephone sangat terkejut dengan identitasnya.

"A-Aidēs ...." Persephone tergagap. "Be-benarkah itu?"

Hades menarik napas dalam-dalam sebelum mengangguk. "Aidēs adalah julukanku yang lain."

"Ja-jadi ... kau adalah ...."

"Ya. Itu aku." Hades tersenyum tipis. "Aku Hades. Raja Dunia Bawah. Penguasa alam kematian."

Persephone membekap mulut, mengulang semua kata-katanya pada Aidēs di awal pertemuan mereka.

Kau yang tidak menjawab pertanyaanku!

Kembali ke tempat asalmu atau kau akan dimasukkan ke penjara Tartaros oleh ayahanda Zeus!

Jantung Persephone nyaris berhenti berdetak. Demi Gaia, ia mengancam hukuman penjara Tartaros pada dewa pemilik dunia bawah!

TBC
🔱🔱🔱

📜Author Note📜

Hayo, Persephone sudah tahu siapa Aidēs sebenarnya. Kena mental nggak, tuh?
😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro