Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Continence 💐

🔱Καλή ανάγνωση🔱

Sinar temaram rembulan menerobos masuk menembus jendela kamar Persephone. Seakan membagi cahaya lembut untuk menerangi sang dewi yang sedang mematut diri di cermin.

"Lily atau Viola?" Persephone mengelus dagunya yang melekuk sempurna. Manik biru dewi jelita tersebut bergulir bergantian, menilik dua jenis gaun yang dirajut dari kelopak bunga lily dan petala violet. Sebentar kemudian ia menggeleng. "Tidak! Ini terlalu sederhana. Pesta Artemis adalah acara spesial!" tukasnya membenarkan diri sendiri.

Persephone lalu meraih tumpukan jerami di sudut kamar. Batang-batang kering tersebut dianyam menjadi maneken setengah badan yang disanggah dengan kayu sebagai tiang kerangka.

Setelah manekennya tegak berdiri, Persephone membuka laci lemari, mengeluarkan beragam dedaunan, kelopak mawar, serta benang sari dan perhiasan bunga lainnya. Beralih pada laci berikutnya, Persephone mengeluarkan benang hasil pintal dari bulu ternak Apollo.

"Semua siap!" Persephone bersorak. Jemarinya bergerak dengan lincah menyusun tiap helai benang.

Persephone memulai dengan mengumpulkan kekuatannya di telapak tangan untuk memilin tiap serat agar saling menyatu. Kain licin mengilap yang telah jadi kemudian dibentuk beragam pola pada maneken jerami, diberi kelopak bunga mawar dan hiasan serbuk spora yang tumbuh menjadi akar rambat di sela-sela kain. Dalam sekejap mata, gaun indah Persephone telah jadi.

"Sempurna!" pekik Persephone girang ketika mencoba gaunnya. Tubuhnya berputar, bergoyang kanan dan kiri sebelum direbahkan di atas tempat tidur. Sinar rembulan menerpa wajah Persephone yang tersenyum bahagia, membayangkan kunjungan pertamanya di istana Olympus yang selama ini ia saksikan di balik lukisan Apollo saja.

Persephone bangkit, meringsut ke meja di dekat jendela. Tangannya bergetar ketika menyentuh amplop dengan stempel resmi Olympus yang siang tadi diberikan Artemis.

To : Persephone, Goddess of Springtime
-Center of Sisily Island

Persephone mengelus permukaan surat yang berserat kasar. Namanya terukir dengan tinta emas di sana. Dengan senang hati undangan tersebut diberi kecupan manis kemudian diletakkan di dada. Persephone benar-benar tidak sabar menunggu hari yang tertera dalam surat tersebut.

"Persephone ...."

Panggilan halus di ambang pintu menyentakkan Persephone. Gadis tersebut terlalu senang sampai-sampai tidak menyadari ibunya sudah kembali.

"Mama!" Persephone berdiri dan menghambur ke arah Demeter yang tersenyum.

"Oh, dewi kecilku yang manis!" Demeter balas memeluk Persephone. Tidak ada yang lebih berharga bagi Demeter selain putrinya. Bagi Demeter, Persephone adalah suar hidupnya. Persephone tidak boleh pergi dari sisinya. Persephone harus selalu bersamanya. Bahkan bila itu berarti ia harus mengasingkan Persephone seumur hidup.

"Mama, coba lihat gaunku!" Persephone memamerkan gaun barunya pada Demeter. "Cantik sekali, bukan?"

Demeter mengangkat alis tinggi-tinggi begitu menelisik penampilan Persephone. Putrinya yang menawan hati tersebut jauh lebih cerah dalam balutan gaun mawar yang menjuntai indah.

"Cantik sekali," puji Demeter menangkup wajah Persephone yang tersenyum. "Kau membuat koleksi gaun baru?"

Persephone menggeleng pelan. Ia meraih tangan Demeter lalu menunjukkan surat undangannya malu-malu. "Artemis mengundangku ke pesta perayaan kuilnya di Olympus!"

"Pesta perayaan di Olympus?" Sebuah kerutan terpatri di dahi Demeter yang tertekuk seketika. Genggaman tangan Persephone ditepisnya dengan segera. "Tidak boleh!"

"Mama ...." Persephone menggigit bibir. Matanya yang semula berbinar kini menyorot sendu, antara kecewa dan sedih.

"Tidak ada pesta, Persephone!" tegas Demeter pada Persephone yang mencibir menahan tangis.

"Tapi aku punya undangan, Mama ...." Persephone mencoba membela diri. "Ini undangan resmi dari Olympus. Aku harus memenuhi undangan Artemis."

"Tidak perlu! Kau tidak bisa meninggalkan kastil." Demeter bersikukuh, menulikan telinga untuk isakan Persephone. "Kau bahkan tidak bisa membuat kutukan, Persephone! Dunia luar terlalu berbahaya. Sisilia adalah satu-satunya tempat yang aman untukmu!"

"Olympus adalah rumah para dewa. Olympus bukan tempat yang berbahaya!"

"Persephone!" Suara Demeter meninggi.

Jauh dalam hati Demeter memarahi diri karena membentak putri kesayangannya, tetapi bantahan Persephone barusan terdengar seperti kecaman baginya. Dewi mungil yang ia lindungi sepenuh hati kini telah mendewasa dan mulai mencari jati diri. Demeter tidak menginginkan itu. Demeter tidak ingin memamerkan Persephone pada dunia yang bisa merebut sang putri darinya.

Persephone mempertahankan tatap matanya yang beradu dengan Demeter. Kelopak bunga di kepalanya berubah menjadi amber, sewarna dengan bara api yang menyala. Persephone tidak mengerti apa yang salah pada dirinya sehingga sang ibu bersikeras melarangnya keluar dari Sisilia, bahkan untuk berkunjung ke Olympus yang aman dan terlindungi.

"Apa yang akan kau tunjukkan di Olympus?" Demeter menahan suaranya yang bergetar, meyakinkan diri bila apa yang ia lakukan semata-mata demi kebaikan sang putri.

Kening Persephone bertaut, menegaskan air muka penuh tanda tanya yang tergambar di wajahnya.

"Artemis, Apollo, serta Hermes memiliki kuil dan disembah manusia. Tidak ada yang tidak mengenal Hepaesthus dan Aphrodite. Ares dan Athena tidak perlu disebut lagi." Demeter mendengkus. "Apa yang bisa kau lakukan dibanding mereka? Hanya menumbuhkan bunga-bunga?"

Napas Persephone tercekat. Perkataan Demeter tidak hanya menusuk hati, tetapi mengoyak kepercayaan dirinya yang memang tidak seberapa. Persephone tahu  tidak pantas disandingkan dengan dewa-dewi Olympia, tetapi ia berusaha keras agar paling tidak keberadaannya diakui dunia.

Keinginannya pun tidak muluk. Persephone tidak ingin mengemis izin tinggal di Olympus. Ia tidak akan meminta Zeus menyediakan singgasana di Aula Dewan, bahkan bila takhtanya akan jadi kursi yang paling sederhana. Persephone hanya ingin menyapa orang-orang sebagaimana dewa-dewi lain yang saling berbaur dan berteman.

"Apa itu alasannya?" Setitik air mata jatuh dari bendungan yang runtuh di pelupuk Persephone. "Apa Mama tidak mengizinkanku datang ke Olympus karena aku tidak punya kemampuan apa-apa? Mama malu karena itu?"

"Ya." Demeter membalikkan badan sembari memejam erat. Derap langkah Persephone yang keluar dari kastil membuatnya membuang napas. Ini sungguh berat, tetapi tidak ada pilihan lain. Persephone mungkin akan merajuk semalaman seperti biasanya, tetapi itu lebih baik dibanding ia tidak bisa melihat sang putri di kemudian hari.

Sementara itu, Persephone membanting pintu dan berlari tanpa tujuan. Dadanya terasa sesak. Air matanya yang menitik berubah menjadi deraian yang mengucur deras.

Persephone berhenti di tengah padang sunyi, tempatnya bertemu dengan Aidēs kemarin hari. Ia duduk di sana dan menumpahkan air mata seorang diri.

Dersik rerumputan yang terusik oleh angin sesekali menyela isakan tangis Persephone yang menyayat hati. Kelopak bunga mawar di gaun indahnya lamat-lamat menjadi layu dan mengering. Persephone tahu tidak akan pernah mengenakan gaun indah itu lagi. Mawar merah adalah bunga yang paling sulit ditumbuhkan. Mereka membutuhkan luapan perasaan cinta yang besar.

Rintik air mata Persephone berubah menjadi benih poplar ketika menyentuh tanah, tumbuh menjadi batang keras seiring dengan tangisannya yang kian menjadi. Di satu titik saat Persephone merasa sudah teramat lelah, ia jatuh tertidur di sana.

Persephone bergumam kecil sebelum larut dalam alam mimpi. Entah sejak kapan batang poplar menjadi tempat yang begitu nyaman untuk melelapkan diri, rasanya seperti didekap oleh lengan kokoh yang hangat. Persephone tahu, ia hanya bermimpi.

💐💐💐

Hades belum pernah merasa sedemikian resah sampai tidak bisa memusatkan perhatian pada pekerjaannya sebagai pemimpin Dunia Bawah. Penguasa alam kematian tersebut bergerak gelisah dalam duduknya. Sesekali ia menyanggah pelipis dengan punggung tangan, sesekali pula meringis dan berdecak sendiri.

Setumpuk berkas hasil persidangan arwah yang menunggu persetujuan dibiarkan menganggur begitu saja di atas meja. Hades sudah mengerahkan pikirannya untuk fokus bekerja, tetapi bayang-bayang wajah Persephone terus hadir di benaknya.

"Apa yang sedang dilakukan Persephone?"
Tanpa sadar Hades tersenyum, membayangkan wajah Persephone saat sedang menyemai bunga-bunga. Namun, senyuman tersebut lantas pudar ketika mengingat bagaimana dewi kecil tersebut bergidik ngeri saat mereka melintas di atas gunung Etna.

Hades menghela napas panjang. Zeus membisikkan padanya rencana yang sempurna. Hades mengakui kecerdikan saudaranya itu. Akan tetapi, menunggu sampai hari itu tiba rasanya terlalu lama. Sementara tiap detik dirinya disergap perasaan rindu pada wangi tubuh Persephone.

"Yang Mulia Hades ....." Thanatos di sebelah Hades berujar pelan. Kening dewa kematian yang senantiasa datar tanpa ekspresi itu kini menekuk dalam. Baru saja dengan mata kepalanya Thanatos menyaksikan Hades melamun dan mesem-mesem seorang diri.

Sulit bagi Thanatos memaknai mimik wajah yang ditunjukkan Hades, tetapi ia menyimpulkan bila sesuatu yang tidak biasa telah terjadi. Hades yang dingin–Thanatos bahkan jarang melihatnya menarik sudut bibir barang seinci–tiba-tiba saja tersenyum.

Hades mengerling pada Thanatos dengan alis terangkat. "Kenapa?"

Thanatos membasahi bibir. "Apa terjadi sesuatu di Dunia Atas?"

"Apa maksudmu?" Hades berdeham.

Thanatos meneguk sebentar, memikirkan baik-buruk dari apa yang akan ia utarakan. "Anda baru saja ... tersenyum."

Mata Hades kontan melotot. "Siapa yang tersenyum!"

"Ma-maaf Yang Mulia. Sepertinya penglihatan saya keliru." Thanatos terkesiap, ia membungkuk dalam-dalam kemudian bergegas kembali ke dunia manusia untuk menjalankan tugas sebagai pencabut nyawa.

Sepeninggal Thanatos, raja Dunia Bawah itu melangkah keluar kastil, memperhatikan sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihat gerak-geriknya. Ada yang memperhatikan pun sebenarnya tidak masalah. Domain tersebut berjalan atas kendalinya. Tidak ada satu pun penghuni Dunia Bawah yang berani menetang kehendak sang penguasa.

Namun, letak perkaranya bukan di situ. Hades hanya tidak ingin ada yang mengetahui ke mana gerangan dirinya akan pergi. Sebagaimana saran dari Zeus, rencana mereka tidak boleh diketahui oleh siapa pun.

Tidak ingin mengambil risiko, Hades memutar badan dan berjalan cepat ke dalam istana. Ia membuka sebuah peti dan mengeluarkan salah satu benda paling berharga yang ia miliki. Aidos kyneê, helm kegelapan. Penutup kepala dari logam yang dibuat para Kiklops pada masa Titanomakhia.

Hades mengenakan helmnya dan melesat ke dunia atas tanpa bisa terlihat oleh siapapun. Helm kegelapan membuat wujudnya berubah menjadi kabut asap yang tembus pandang. Ketika ia tiba di Sisilia, malam telah pekat dan kawanan nimfa yang biasanya bermain dengan Persephone di pinggir sungai sudah tidak terlihat lagi.

"Tidak ada pesta, Persephone!"

Hades tersentak begitu mendengar suara bentakan dari dalam kastil Persephone. Ia menajamkan telinga. Tidak salah lagi, itu pasti Demeter.

"Dunia luar terlalu berbahaya, Sisilia adalah satu-satunya tempat yang aman untukmu!"

Hades menyembunyikan diri di balik semak ketika pintu kastil terbuka. Tampak Persephone yang berlari sambil menutupi wajah.

Tangan Hades terkepal begitu menyadari dewi pujaan hatinya tersedu-sedan. Sejenak ia menatap ke dalam kastil, melemparkan tatapan tak suka pada Demeter yang bergidik mengelus tengkuk, baru kemudian menyusul Persephone.

"Persephone!" Hades menyusul sang dewi yang berhenti di tengah padang tempat mereka bertemu. Gadis tersebut menangis memeluk lutut.

Hades berjalan pelan dan duduk di sebelah Persephone dalam diam, tidak ingin mengusik dewi kecilnya. Hades sungguh jarang membagi empati, tetapi perasaannya ikut sesak melihat Persephone tersengguk-sengguk saat menarik napas pendek.

Pohon-pohon polar muncul dari jejak air mata Persephone yang jatuh ke tanah. Tanaman tersebut merambah dan terus tumbuh, mengelilingi kaki Hades sampai melingkupi satu padang.

Hades meraih tubuh Persephone yang terkulai di batang poplar. Tangan kekarnya bergerak menyeka air mata Persehone, menyapu kelopaknya yang sayu.

Deru napas Persephone yang semula sesenggukan perlahan melambat. Hades memeluknya erat. Dewi bunga tersebut kemudian terbuai dalam dekapan hangat sang penguasa Dunia Bawah sepanjang malam.

🔱🔱🔱
TBC

Terima kasih sudah baca, vote, dan komen. Semoga kalian betah di sini!
💐💐💐


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro