Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Look Up 💐

🔱Καλή ανάγνωση🔱

Istana megah Zeus terletak di titik akropolis gunung Olympus, berdiri menjulang menembus gugusan awan di langit utara. Takhtanya yang berlapis emas beralasankan lantai marmer indah, dibangun diatas fondasi perunggu dengan pilar-pilar kokoh sebagai tiang penyanggah.

Hades berhenti tepat di depan Gerbang Awan, pintu masuk menuju istana Zeus. Tiga orang Horai yang menjaga hanya membagi pandangan satu sama lain sebelum membungkuk hormat dan mempersilakannya masuk. Hades tahu kehadiarannya akan mengejutkan seluruh penghuni gunung Olympus, tetapi situasi sudah semakin mendesak. Ia tidak bisa menunda niatnya untuk bertemu Zeus.

Alunan musik yang mengalun merdu menyapa telinga Hades ketika menginjakkan kaki di halaman istana tempat para Musai berkumpul. Mereka adalah dewi kesenian yang berjumlah sembilan orang. Masing-masing memimpin kelompok kecil untuk bernyanyi, menari, dan bersajak–menghibur para dewa.

"Berisik sekali!" Hades meringis, tidak terbiasa dengan kebisingan di depan matanya. Jeritan para arwah masih lebih akrab di telinga penguasa Alam Kematian tersebut ketimbang bunyi dawai lira dan desir suara Syrinx. Sejenak Hades tersenyum miris, menyadari Olympus memang bukan tempatnya yang cocok untuknya.

Beberapa pasang mata yang kebetulan menatap ke arah Hades terbeliak seketika. Para Musai kompak menghentikan permainan mereka, kecuali satu orang yang asyik memetik dawai dengan mata terpejam. Baru setelah mendapat sikutan dan menyadari kehadiran Hades, dewi minor tersebut membuka mata dan menundukkan kepala dalam-dalam.

Hades hanya membuang napas untuk reaksi yang ia terima. Orang-orang kerap kali berpikiran buruk tentangnya, bahwa sebagai raja dunia bawah, ia bisa menyeret siapa pun untuk dibuang ke Tartaros sesuka hati. Padahal kenyataan tidak demikian adanya. Hades tidak cukup keji untuk menjerumuskan jiwa-jiwa yang tidak bersalah ke lubang nereka. Semua dijalakan sesuai protokol. Hanya mereka yang hidup penuh dosa dan melakukan pelanggaran berat terhadap hukum dewa yang akan kekal abadi di Tartaros.

Dengan menulikan telinganya untuk segenap bisik-bisik dan gunjingan, Hades meneruskan melangkah dan masuk ke Aula Dewan yang menjadi pusat istana. Hall besar tersebut merupakan tempat di mana para Olympia bertakhta–dua belas dewa-dewi mayor yang memegang jabatan penting untuk kehidupan umat manusia.

Hades mengedarkan pandangan, mengitari ruangan luas tersebut. Tingkap melengkung terdapat di kedua sisi bangunan, menampakkan panorama bumi yang sesekali tertutup awan. Takhta agung milik raja dan ratu para dewa terletak di tribun bagian depan. Di sisi kanan, tujuh anak tangga yang terbuat dari marmer hitam mengarah pada singgasana Zeus. Sementara di sisi kiri tribun, tiga anak tangga kristal mengarah pada takhta Hera.

Di bagian tengah aula berderet masing-masing lima singgasana yang saling berhadapan. Barisan paling depan diisi oleh kursi kerajaan milik Poseidon, berhadapan dengan Demeter. Di sebelah Poseidon ada takhta Hepaesthus dan Ares, berseberangan dengan Athena dan Aphrodite. Deret selanjutnya diisi oleh singgasana saudara kembar Artemis dan Apollo. Artemis mengantarai posisi Aphrodite dan Hestia, sedangkan kursi Apollo berada di tengah Ares dan Hermes.

Sebagai bagian dari The Original Six yang berperang melawan Kronos pada masa Titanomakhia, pada mulanya Hades memiliki singgasana di sana. Namun, setelah wilayah kekuasaan terbagi dan ia sibuk mengurusi pemerintahan di alam kematian, Hades memilih untuk memindahkan takhtanya.

"Di mana Zeus?" ujar Hades pada dirinya sendiri. Aula Dewan memang tidak biasa penuh bila tidak ada rapat besar, tetapi Zeus selalu duduk di atas singgasananya, menikmati nektar dan ambrosia didampingi Hera.

Suara gaduh dari ruangan di belakang aula membuat Hades menoleh. Dari jendela tampak Zeus sedang berlari, disusul sebuah sandal yang melayang di udara, nyaris menimpuk kepalanya.

"Zeus?" Hades meninggikan sebelah alisnya.

Zeus yang sedang membungkuk untuk melindungi dirinya dari amukan Hera menahan langkah dan menengok ke dalam aula. Matanya berbinar seketika. "Hades!"

Hades mengambil langkah mundur saat Zeus menerjang ke arahnya. Saudaranya yang dipuja manusia seisi bumi itu tampak sangat kacau. Rambut belah tengahnya kusut dan mencuat ke mana-mana.

"Oh, Hades! Kebetulan sekali!"

"Apanya yang kebetulan!" Hades melepaskan tangan Zeus di pundaknya. Ia jarang menginjakkan kaki di Olympus. Dibanding kebetulan, kedatangannya lebih tepat disebut tiba-tiba.

"Aku butuh tumpangan."

"Sayang sekali, aku bukan pelayan pribadimu," sahut Hades datar.

"Aku tahu itu! " Zeus mendesis frustrasi. "Masalahnya Hera sedang marah dan aku tidak ingin menyantap Pegasus panggang untuk makan malam!"

"Itu masalahmu."

"Kau ingin bertemu denganku, bukan?" Zeus menarik tepi bibirnya. Ia tahu benar bagaimana saudaranya yang gila kerja itu  sangat disiplin. Hades terlalu sibuk mengurus domainnya untuk sekadar datang bertamu ke Olympus. Sesuatu yang membuatnya meninggalkan dunia bawah pastilah hal yang berisfat konsekuensial.

"Hera tidak mungkin memberikan kutukan padaku." Zeus menegaskan otoritasnya sebagai seorang raja. "Tetapi dia bisa mengamuk dan meruntuhkan pilar. Itu akan menghambat urusanmu di sini."

Hades mengorbitkan bola matanya. Kemampuan Zeus dalam berkilah memang tidak perlu diragukan lagi.

"Di mana kau meletakkan keretamu?" Zeus mengulurkan tangannya pada Hades, bersiap memulai teleportasi ketika derap langkah Hera bergema di sepanjang koridor.

Hades menyambut tangan Zeus tanpa menjawab sepatah kata pun. Dalam sekejap mata, mereka telah berpindah di atas kereta kudanya. Hades sejujurnya tidak ingin melibatkan diri dalam drama rumah tangga Zeus dan Hera yang pelik, tetapi Zeus ada benarnya juga. Ia tidak punya banyak waktu.

"Selamat ...." Zeus menyandarkan punggung di badan kereta ketika Hades memacu kuda-kudanya meninggalkan kawasan gunung Olympus.

"Kali ini apa?" Hades mengerling Zeus. "Kau berselingkuh dengan apa?"

"Dengan apa?" Zeus terkekeh.

"Kau melakukannya dalam berbagai wujud." Hades mengedikkan bahu, tidak begitu setuju dengan kebiasaan Zeus bermain wanita.

"Hades, itu hanya selingan." Zeus menepis udara dengan telapak tangannya. "Bagaimana pun, Hera tetap yang utama. Dia ratuku. Cintaku padanya sebesar dunia."

"Tidak peduli bagaimana besarnya cintamu, selama itu dibagi ke banyak wanita," Hades memandang lautan biru yang berkilau, "kau tidak akan bisa membahagiakan ratumu."

"Kau tidak mengerti, Hades." Zeus bersedekap. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya menginginkan wanita."

"Aku tahu. Aku merasakannya saat ini." Hades tanpa sadar menyentuh dadanya, membayangkan wajah Persephone. Matanya berbinar indah melebihi kilauan intan. Bibirnya ranum dan kelihatan lembut–meski Hades belum pernah merasakannya. Hades merasa terpesona pada setiap detail perasnya.

Mendapati Hades bungkam, Zeus akhirnya menegakkan punggung. Tidak ada gunanya mendebat raja Dunia Bawah yang tidak mengenal cinta. Zeus sendiri sudah lelah menyarankan Hades untuk sesekali menikmati hidup dan bersenang-senang. Padahal banyak nimfa di Dunia Bawah yang dapat memuaskan nafsunya sebagai lelaki.

"Jadi, apa yang membuatmu meninggalkan Dunia Bawah dan menemuiku?"

Pertanyaan Zeus membuyarkan lamunan Hades. Berdeham kecil, Hades kemudian mengutaran keresahannya tentang pergolakan para Titan di bawah gunung Etna.

"Perkara itu rupanya." Zeus mengurut pelipis. Ia sudah mendengar laporan dari para Kiklops yang menjaga perbatasan pulau Sisilia, tetapi mengingat Thypon pernah mengoyak urat nadinya sampai putus, Zeus tahu harus punya persiapan yang betul-betul matang. Belum lagi masalah internal di istana. Dalam waktu dekat ini, Zeus juga akan menggelar pesta perayaan untuk kuil Artemis.

"Dunia Atas adalah domainmu," tekan Hades. "Jangan biarkan masalah ini berlarut."

"Aku mengerti. Aku juga sedang memikirkan solusinya juga." Zeus menyatukan kepalan tangannya sebagai tumpuan untuk menyanggah dagu. "Sekarang sulit mempertemukan para Olympia. Kemunculan Thypon di masa lalu bahkan membuat seluruh penghuni Olympus melarikan diri."

"Kau punya alasan lebih masuk akal?" Hades berkacak pinggang. "Aku tahu kau sengaja mengulur waktu. Kau akan membiarkan monster itu berkeliaran karena ingin menguji keberanian para dewa dan melimpahkan tanggungjawab dewa pada mereka!"

Zeus terkesiap sebentar kemudian tertawa kering. Hades berhasil membaca gelagatnya. "Itulah yang dinamakan ujian."

"Situasi ini sangat mendesak, Zeus!" Hades mendesah panjang. "Raksasa di gunung Etna itu mengancam keselamatan seseorang!"

"Ayolah, Hades! Biarkan dewa-dewi berlatih dan menunjukkan bakatnya–sebentar!" Zeus menyela ucapannya sendiri. "Barusan kau bilang apa? Seseorang?"

"Se-seseorang dan juga kehidupan Dunia Bawah." Hades menambahkan dengan cepat, tetapi gugup dalam suaranya terlalu kentara.

Mata Zeus lantas memicing curiga. Bibirnya mengulas seringai penuh arti.

"Seseorang, ya?" Zeus menyikut lengan Hades. "Aku penasaran siapa yang membuatmu sedemikian khawatir sampai menomorduakan urusan Dunia Bawah."

"Apa maksudmu?"

Zeus mengangkat alisnya sebelah, tidak mengindahkan pertanyaan Hades. "Biar kutebak, dia seorang wanita?"

Hades berdeham, tenggorokannya mendadak terasa gatal. Perlahan, ia mengangguk kikuk.

Mata Zeus mendelik tak percaya, tetapi air muka serius yang ditunjukkan Hades membuat tergelak. "Hades! Kau serius?!"

"Apa aku kelihatan sedang bercanda?"

"Akhirnya, setelah ribuan tahun, kau bisa jatuh cinta juga!" Tawa Zeus semakin membahana. Ia menepuk keras punggung Hades. "Siapa dia? Dewi? Nimfa?"

"Dia ... seorang dewi."

Zeus membolakan mata. Hades jatuh cinta pada seorang dewi, bukan nimfa sebagai teman tidur semata.

"Aku akan menjadikannya ratuku."

"Ratu Dunia Bawah?" Zeus mengeraskan rahang. Ini akan jadi peristiwa besar dalam sejarah. "Siapa dia? Siapa dewi yang akan kau jadikan ratumu di Dunia Bawah?"

Kuriositas Zeus membuat bibir Hades menyunggingkan senyum tipis.

"Dia gadis yang sangat manis." Sorot mata Hades menghangat. "Seorang dewi dengan mahkota bunga yang mekar di kepalanya."

💐💐💐

"Tumbuhan Moly. Batang hijau, bunga seputih susu, akar tunggang berwarna hitam. Digunakan untuk menangkal pengaruh sihir."

Persephone duduk di beranda kastil, menulis morfologi tumbuhan Moly pada lembar herbarium yang terbuat dari serat kayu dan pelepah pohon. Setiap malam ketika sebagian besar tanaman tertidur lelap, Persephone meneliti herba-herba yang dapat dipergunakan sebagai ramuan obat. Persephone berharap herbariumnya bisa diterbitkan sebagai kitab resmi Olympus dan eksistensinya bisa diakui dunia.

Telunjuk Persephone menyusuri batang tumbuhan Moly yang diletakkan dalam penampang kaca. Matanya terpejam, merasakan aliran air pada celah-celah batangnya yang berongga. Persephone mengerahkan kekuatan, menarik plasma yang terkandung dalam tanaman tersebut hingga menjadi preparat kering.

"Selesai!" Persephone menatap puas awetan hasil karyanya. Preparat tersebut lalu direkatkan pada lembaran herbariumnya menggunakan getah. Persephone mendapatkan sekantong bibit tumbuhan Moly dari Hecate, tetapi ia hanya mengambil satu ruas saja sebagai sampel. Sisanya diberikan kepada Hermes.

Menepuk kedua tangannya dengan bangga, Persephone kemudian bersandar di kursi kayu yang disatukan oleh pilihan serabut akar. Pandangannya menyapu langit berhias bintang. Tiba-tiba saja ia teringat kejadian pagi tadi.

"Bagaimana pemandangan bumi dari angkasa di malam hari? Apa lautan akan bersinar memantulkan cahaya rembulan dan bintang?"

"Aidēs ...." Persephone bergumam lirih, tidak bisa melepas pikirannya dari pria asing yang membuatnya merasakan terbang di angkasa untuk pertama kali. Di satu sisi, pria tersebut terlihat penuh ancaman. Namun di sisi yang lain, Persephone bisa melihat ketulusan di matanya.

"Apa aku bisa bertemu dengannya lagi?" Persephone memejam. Kemungkinan besarnya tidak. Aidēs hanya kebetulan melintas di Sisilia karena ada keperluan.

"Persephone!"

Panggilan halus yang menyerukan namanya membuat Persephone membuka mata dan mengangkat kepala. Artemis dengan anak panah yang tersampir di punggungnya melambaikan tangan dari pekarangan.

"Artemis!" Persephone bersorak senang, menyambut Artemis yang berlari menghampirinya.

"Herbarium?" Artemis menengok hasil karya Persephone. "Bagus sekali, Persephone!"

"Terima kasih," tutur Persephone malu-malu, tidak bisa menyembunyikan wajah bahagia mendapat pujian dari Artemis. "Aku banyak dibantu Apollo."

Artemis melenggut. Apollo memang serba bisa melakukan sesuatu. Namun, ia tidak ingin membicarakan suadara kembarnya saat ini. Artemis masih berselisih paham dengannya. Apolo tidak setuju dengan rencananya membawa kabur Persephone dari Sisilia.

"Apa aku mengganggu?" Artemis menopang dagu dengan sebelah tangan. Diperhatikannya Persephone yang kembali fokus pada herbariumnya.

"Ah, tidak. Maaf, aku terlalu semangat." Persephone mengibaskan tangan. "Artemis, menurutmu herbariumku ini bisa dijadikan kitab resmi di Olympus?"

"Kitab resmi? Oh, ya! Tentu saja Persephone. Setelah herbarium itu jadi, cobalah mengajukannya pada ayahanda Zeus."

"Benarkah?"

Binar mata Persephone membuat Artemis tidak sampai hati meruntuhkan mimpinya. Artemis tahu selama ini Persephone menginginkan pengakuan agar Demeter tidak terus mengurungnya di Sisilia sebagai dewi minor yang tidak punya bakat.

"Ya, Persephone. Itu herbarium yang sangat bagus." Artemis melihat ke dalam kastil. "Ngomong-ngomong, ibumu tidak ada?"

Persephone menggeleng lemah. "Mama sibuk menjelang musim panen."

"Kalau begitu, boleh aku tinggal lebih lama?" Artemis merendahkan posisinya dan berbisik. "Aku malas mendengar ceramah."

"Dari ibunda Hera?" terka Persephone.

"Ya. Dia memaksaku menikah." Artemis mengerutkan hidung. "Tentu saja, karena dia tidak bisa memaksa Athena."

Persephone menatap Artemis heran. Tidak ada yang salah dengan menikah menurutnya. "Kenapa kau tidak ingin menikah?"

"Oh, Persephone! Siapa yang ingin hidupnya diatur seorang laki-laki yang sok berkuasa? Aku ingin bebas berburu dan melindungi alam." Artemis melenguh. "Ketika kau menikah, kau harus tunduk dan mengikuti suamimu. Bukankah itu merepotkan?"

"Mengikuti suami?"

"Ya. Mengikuti dan menuruti semua keinginannya."

Tunggu! Artemis baru menyadari sesuatu dari kalimatnya barusan. Selama ini Demeter berkuasa atas Persephone. Menikah akan membuatnya bebas. Dengan begitu, Hera tidak lagi mendesaknya untuk menikah. Sekarang tinggal mencari pria yang bisa membuat Persephone jatuh hati.

Artemis menilik Persephone yang bangkit untuk meramu nektar. Barangkali niatnya terkesan ingin memanfatkan Persephone, tetapi dewi bunga tersebut terlalu rapuh untuk dibiarkan hidup sendirian. Berbeda dengan dirinya yang mengagungkan kebebasan, pun dengan Athena yang tangguh, Persephone lebih membutuhkan seseorang yang bisa melindunginya. Akan tetapi, bagaimana Persephone bisa menaruh hati pada dewa lain bila terus terpenjara di Sisilia?

Artemis memutar otak. Apollo dan Hermes jelas sudah tercoret dari daftar. Artemis tahu bahwa sedikit-banyak, Apollo memperhatikan Persephone lebih dari perempuan lain, tetapi ia tidak ingin menambah runyam situasi di Aula Dewan bila dua dewa yang duduk bersebelahan dan tidak pernah akur itu semakin bersitegang karena memperebutkan Persephone.

"Itu dia!" Bola lampu imajiner menyala di kepala Artemis. Ia akan mengundang Persephone ke perayaan kastilnya di Olympus. Dengan begitu, Persephone akan berkenalan dengan banyak dewa dan mungkin akan jatuh hati pada salah-satu di antara mereka. Zeus dan Hera tidak akan bisa menolak permintaan dua orang yang saling mencintai.

"Ada apa?" tanya Persephone saat menuang nektar untuk Artemis yang senyum-senyum sendiri.

"Persephone, datanglah ke perayaan kastilku di Olympus!"

"Perayaan di Olympus?" Persephone membekap mulutnya. "Bolehkah? Maksudku, dewi minor–"

"Boleh!" potong Artemis. "Aku akan membuat undangan resmi. Ini perayaan penting!"

"Terima kasih, Artemis!" Persephone memeluk Artemis. Berkunjung ke istana Olympus adalah salah-satu impiannya, tetapi Demeter tidak pernah mengizinkan karena Persephone tidak punya alasan untuk berada di sana.

Artemis balas memeluk Persephone. Bila Apollo tidak ingin diajak bekerja sama, paling tidak ia bisa menggunakan caranya sendiri.

Sementara itu, di atas keretanya, Hades mengintip dari balik awan buatan Zeus. Keduanya memperhatikan gerak-gerik dua dewi yang saling bersenda gurau di pelataran kastil.

"Kau benar-benar menginginkannya?" Zeus mendesis. Jantungnya nyaris copot saat mengetahui siapa dewi yang berhasil menggoyahkan hati seorang raja alam kematian. Bila Zeus mendengarnya dari orang lain, mungkin sudah akan dipotong lidah orang tersebut lantaran menyebar berita bohong.

"Mengapa harus Persephone?" Zeus menjatuhkan tatapannya pada Persephone. Putri dari Demeter tersebut memang sangat jelita. Namun, Zeus tidak menyangka bila dari semua wanita di dunia, Hades akan memilih dewi musim semi yang jauh berkebalikan dengan dirinya sebagai penguasa dunia bawah. "Dari banyak dewi, kenapa harus gadis itu?"

"Karena hanya dia yang kuinginkan." Hades mengepalkan tangan. Tidak ingin menjatuhkan wibawanya di depan Zeus.

"Gadis itu terlalu ...." Zeus menghela napas. "Hades, kau dewa bagi orang mati. Sementara Persephone dewi yang menciptakan kehidupan. Kalian jelas berbeda."

"Lalu kenapa kau tidak mempermasalahkan siang dan malam? Bila keduanya jelas berbeda?"

Zeus membungkam. Berbeda dengan dirinya dan Poseidon, Hades tidak pernah mengumbar nafsu, bahkan untuk meniduri seorang nimfa yang hakikatnya memang untuk melayani dewa. Zeus tahu tidak punya alasan untuk mengingkari kehendak Hades kali ini.

"Baiklah. Kau bisa membawa Persephone ke Dunia Bawah. Kau bisa menjadikannya istri dan ratu." Zeus melipat tangan di depan dada. "Dengan satu syarat."

"Syarat?"

Zeus menyunggingkan senyuman misterius. Seringai halus yang sama ketika ia mengatur siasat untuk menumbangkan Kronos.

"Aku punya rencana."

🔱🔱🔱
TBC

🔱🔱🔱
TBC

Halo, pembaca tersayang. Jangan lupa follow akun Wattpad dan media sosialku. Terima kasih sudah mampir!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro