Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

33. Zeus Decision 💐

🔱Καλή ανάγνωση🔱

.

.

.

Thanatos merasa ada yang tidak beres dengan Hades dan Persephone. Thanatos sangat tahu bagaimana Hades meratukan Persephone sejak pertama kali membawanya ke Dunia Bawah. Bukan, tepatnya saat mereka bertarung melawan Typhon di Sisilia.

Hubungan mereka pun terlihat semakin dekat hari demi hari. Thanatos tidak jarang harus menunggu waktu beberapa saat ketika ia hendak menghadap pada Hades karena menyaksikan raja dan ratu Dunia Bawah tersebut saling bercengkerama dengan mesra–kecuali kali terakhir saat ia menjumpai keduanya melakukan sesuatu yang lebih intim. Thanatos mengaku benar-benar kecolongan saat itu. Beruntung Hades tidak murka.

Akan tetapi, kali ini keduanya tampak berbeda. Hades duduk di singgasananya dengan gelisah. Matanya tertuju pada tumpukan berkas, tetapi pikirannya seolah tidak di sana. Persephone juga menunjukkan hal yang sama. Sang ratu yang sibuk dengan hadiah pernikahannya sesekali mengerling Hades dengan tatapan bingung.

"Apa ada hal yang salah dengan pesta kemarin?" Thanatos menggeleng. "Tidak! Yang Mulia Hades bahkan memuji kepantiaan yang kubentuk dan memberi kami otoritas tambahan sebagai penghargaan!"

"Thanatos, kau telah kembali," sapa tengkorak penjaga pintu ketika Thanatos tiba di depan ruang kerja Hades.

Thanatos mengangguk kecil pada si tengkorak yang masih mengenakan hiasan bunga. Setelah berpikir beberapa lama, barulah ia memutuskan untuk masuk.

"Yang Mulia Hades, mohon ampuni saya." Thanatos berlutut di depan singgasana Hades. "Tetapi Yang Mulia Ratu tidak ingin ditemani kali ini."

Hades yang sedang mencoret asal di atas kertas lantas menengok. Beberapa saat yang lalu, Persephone memang meminta izin kepadanya untuk membaca kitab pemberian Hera di halaman istana.

"Mengapa demikian, Thanatos?"

Thanatos meringis tertahan. Ia pun tidak mengerti dengan sikap Persephone. Thanatos sudah menawarkan berbagai cara–berbalik badan, menjauh lima langkah, sampai menjaga dari depan pintu. Namun, Persephone bersikeras menyuruhnya kembali.

"Saya pikir Yang Mulia Ratu ingin ditemani oleh Anda." Thanatos melipat bibir, berusaha memberi saran pada Hades ecara tidak langsung.

"Persephone menginginkan itu?" Hades meletakkan penanya. Sebenarnya tidak ada urusan pekerjaan yang mendesak saat ini. Persidangan arwah baru akan digelar kembali. Pelaksanaan tugas harian Dunia Bawah juga belum lama dimulai. Tidak ada komplain atau hal apa pun yang mengharuskannya bekerja.

"Sepertinya begitu." Thanatos berdeham.  Pertanyaan yang sedari tadi menyesaki kepalanya terlontar begitu saja. "Lagi pula, ini adalah hari pertama setelah Anda menikah. Bukankah seharusnya Yang Mulia menghabiskan waktu dengan Yang Mulia Ratu?"

Hades menegakkan punggung. Benar, ia pun menginginkan itu. Hades ingin menikmati momen berdua dengan Persephone lebih lama. Namun, ia  khawatir tidak bisa menahan diri dan Persephone merasa diperlakukan sebagai objek untuk memuaskan hasrat semata.

"Begitu kah, Thanatos?"

"Tentu saja, Yang Mulia. Anda adalah pasangan pengantin baru." Thanatos membuang pandangan ke sembarang arah dengan kedua tangan menguncup yang disatukan berulang kali. "Seharusnya Anda melakukan hal-hal romantis berdua ...."

Hades tersenyum samar begitu mengingat betapa indah paras Perseohone. Ia lantas membenarkan maksud Thanatos. Menghindari Persephone justru akan membuatnya merasa tidak dihargai.

Melihat Hades tersipu seorang diri membuat Thantatos menghela napas lega. Apa yang ia khawatirkan tidak terbukti.

"Baiklah." Hades bangkit dari singgasananya lalu bersiap keluar ruangan. "Kalau begitu, aku yang menjemput istriku."

Thanatos mengiyakan lalu mengiringi sang raja dari belakang. Diperhatikannya Hades yang menyentuh teralis penuh kembang warna-warni sambil bersenandung kecil. "Yang Mulia Hades bernyanyi!" pekiknya dalam hati

"Kau tahu Thanatos?" Hades melirik Thanatos di belakangnya. "Persephone melakukan ini ketika menumbuhkan bunga-bunga. Istriku bernyanyi dan berbagai jenis bunga akan tumbuh."

Thanatos mengangguk. "Benar, Yang Mulia. Ratu Persephone sangat pandai melakukannya."

"Dan hanya dia yang mampu melakukannya di dunia," sambung Hades bangga.

Sudut bibir Thanatos semakin tertarik. Perasaan cemas dalam hatnya sirna. Kekhawatiran Thanatos bermula ketika ia hendak kembali ke dalam istana dan mendengar pembicaraan sekelompok nimfa. Mereka mempertanyakan sikap Hades yang membiarkan Persephone sendirian setelah malam pertamanya.

"Thanatos, pergilah ke dasar bumi dan bawakan aku batu mulia yang paling indah." Di depan pintu, Hades berbalik sebentar pada Thanatos. "Turmalin, zamrud, safir, bawakan semua untukku. Pastikan kau mengambil yang terbaik dari masing-masing jenisnya."

Thanatos mengangguk siap. "Baik, Yang Mulia. Namun, untuk apa semua bebatuan itu?"

"Untuk dijadikan permata. Aku ingin  memberikan hadiah yang indah kepada istriku setiap hari."

💐💐💐

Sedari dulu Apollo tahu bila Persephone  memiliki garis takdir yang tidak biasa, tetapi ia sama sekali tidak menyangka jika semua ramalan aneh tentangnya berhubungan dengan ancaman kebangkitan Gaia.

Apollo telah mendengar semuanya dari Hermes. Sebagian manusia di bumi mulai menyembah Gaia sebab Demeter enggan menghidupkan tumbuhan sebagai aksi protesnya pada Zeus atas kehilangan Persephone. Sungguh sikap yang tidak bijaksana.

"Aku tidak bisa menyimpulkan ini kesalahan siapa."

Apollo melirik Hermes yang entah sejak kapan dan bagaimana, berakhir duduk bersama dengannya di pergola. Sebagai dewa pemberi nubuat, menyelami kedalaman pikirannya sendiri adalah cara Apollo untuk menemukan solusi. Namun, memiliki teman cerita rupanya tidak seburuk yang ia kira. Paling tidak, ia bisa mendengar sudut pandang praktis dari Hermes yang gegabah tapi sewaktu-waktu bisa berguna.

"Kesalahan siapa?" Apollo bergidik sebentar saat embusan napasnya berubah menjadi uap. Pertanyaan Hermes membuatnya tergelitik.

Hades. Semula Apollo ingin menyimpulkan begitu. Hades yang membawa Persephone dari Sisilia. Hades yang memulai segala perkara. Akan tetapi, setelah mengetahui kebenaran yang disembunyikan Demeter dan keputusan Persephone untuk tetap tinggal di Dunia Bawah sebagai istri Hades, Apollo sadar bahwa Persephone hanya menitih takdir yang sesungguhnya.

"Tidak ada gunanya mencari siapa yang salah." Apollo mendesah. "Apa yang telah lewat adalah bagian dari takdir yang dipilih masing-masing pihak. Kurasa sekarang aku bisa memahaminya."

"Paham apa?" Hermes ikut mengusap lengan. Temperatur ruangan di Olympus selalu terjaga berkat termostat terobosan Hepaethus yang terhubung dengan api suci sebagai sumber kalor, tetapi kali ini suhu terasa lebih dingin.

"Semuanya."

"Semuanya bagaimana?"

"Kau bisa tidak banyak tanya?" Apollo menghentakkan kepala, tetapi pada akhirnya tetap menjawab. "Takdir bukan hanya ketetapan, tetapi juga pilihan. Saat menerawang Dunia Bawah, kupikir Persephone terjebak di sana dan membutuhkan bantuan kita. Namun, yang sesungguhnya kulihat dalam visiunku adalah takdir yang ia pilih."

Hermes mengiyakan dalam diam. Ketika membantunya kabur dari Thanatos, Hecate menjelaskan semua yang telah terjadi. Persephone dengan kesadaran penuh memutuskan untuk tinggal bersama Hades. Meski sedikit menyakitkan, Hermes perlahan-lahan dapat memahami itu.

"Bukankah kita sedikit egois?" Ada tawa miris yang terselip dalam pertanyaan Apollo. "Persephone selama ini sendiri dan kesepian, tetapi kita hanya bisa datang sesuka hati tanpa memikirkan bahwa Persephone selalu menangis di balik pintu saat kita pergi."

Hermes menunduk dengan pandangan bersalah. "Kau benar. Aku selalu berjanji mengajaknya jalan-jalan karena tidak tega menolak permintaannya, meski tahu itu hampir tidak mungkin terjadi."

Apollo melenggut, tidak mencela Hermes kali ini. "Persephone menginginkan kebebasan dan hanya Hades yang mampu memberikan itu. Bahkan bila ayah tidak menutup Sisilia saat Typhon menyerang, mustahil bagi kita mengalahkan raksasa itu."

Hermes melirik Apollo yang menengadah dengan mata terpejam. Apollo benar. Bahkan gagasan mencari jalan untuk membawa kabur Persephone sebelum Typhon mengamuk–yang membuatnya menuding Apollo karena menyembunyikan visiunnya, terdengar tidak masuk akal. Sebab jika seandainya bisa, mereka sudah membawa Persephone keluar dari Sisilia sejak dulu. Namun, tidak seorang pun yang berani melangkahi kehendak Demeter.

"Bagaimana dengan Gaia? Kau ada solusi? Kurasa sekarang ayah mendengarmu."

"Tepatnya harus meminta maaf padaku." Apollo bangkit. Zeus mengusirnya dengan sangat tidak hormat dari Aula Dewan hari itu. Bila bukan karena Artemis, mungkin ia sudah dijatuhi hukuman tidak berperi-kedewataan.

"Soal Gaia, kita telah menemukan pangkal masalahnya. Pilihan untuk mempertahankan kekuasaan Olympia ada di tangan Hades dan Demeter. Satu-satunya cara adalah, satu di antara mereka harus mengalah," sambung Apollo.

"Itu dia yang jadi masalah sekarang! Siapa di antara mereka yang akan mengalah!" Hermes membuang muka, bertepatan saat matanya tertuju pada awan gelap yang menggelengak di bawah istana Olympus. "Apollo, lihat itu!"

Apollo memicingkan mata saat menatap ke bawah. Pusaran awan gelap menutup atmosfer. Udara beku yang berputar di sekelilingnya membuat titik air berubah menjadi serpihan kristal kasar. Dari kejauhan tampak seperti jarum-jarum es.

Hermes dan Apollo berpandangan dengan air muka tegang. Bila Olympus yang dijaga oleh api suci sampai mengalami anomali suhu, lantas bagaimana kehidupan di bumi?

💐💐💐

"Aku tidak bisa melakukan ini!" Persephone menutup buku dihadapannya dengan wajah semerah delima.

Sebagai hadiah, Hera memberikan untuknya sebuah kitab tentang "rahasia" pernikahan. Persephone sudah dibuat geli sejak membaca halaman pertama, tetapi mengingat Hades menolak sentuhannya, ia bertekad untuk terus belajar. Sayangnya, semakin banyak halaman tersingkap, semakin mendetail pula topik yang dibahas sampai bulu kuduknya meremang.

"Ayo, Persephone! Jangan lemah!" Persephone menepuk kedua pipinya. "Kau harus jadi istri dan ratu yang hebat!"

Persephone menarik napas dalam-dalam. Tangannya yang bergetar terulur, menarik penanda halaman dan melanjutkan bacaannya.

"Selanjutnya adalah berbagai cara untuk melakukan ...." Mata Persephone membola, menilik gambar-gambar yang terpampang nyata di depan matanya. "Oh, tidak! Apa-apaan ini! Memalukan sekali!"

Persephone kembali menutup bukunya dengan jantung berdebar tak keruan. Intimasi hubungan pernikahan yang dijelaskan secara gamblang membuat sekujur tubuhnya merinding. Merasa tidak berdaya, Persephone akhirnya merebahkan kepala di atas kitab tersebut. Berharap isinya bisa terserap tanpa harus dibaca.

"Apa ratuku butuh bahu untuk bersandar?"

Persephone yang baru setengah terpejam kembali membuka mata. "Ha-Hades!"

"Ya?" Hades mengambil tempat di sebelah Persephone yang menenggelamkan wajah di antara kedua lengan. "Hal apa yang membuatmu mengusir Thanatos dan menyendiri di sini, Persephone?" tanyanya sambil menyeka rambut Persephone dengan lembut.

Persephone bangkit dan mengerjap cepat. "Aku tidak bermaksud mengusir Thanatos. Aku hanya ... butuh privasi."

Hades mengerling buku pemberian Hera dan tersenyum. "Memang apa yang istriku sedang baca?"

"Itu ... kitab tentang rahasian pernikahan." Jemari Persephone saling bertautan. "Aku ingin belajar menjadi istri yang baik."

"Ah, begitu?" Hades mengangkat dagu Persephone dengan menggunakan telunjuk. "Jadi, sejauh mana istriku ini sudah mempelajarinya?"

Tatapan hangat Hades membuat Persephone merasa bersalah. Mendadak ia terlupa akan satu-satunya bait tentang nasihat pernikahan yang bisa dihapalnya di luar kepala. Ketika Hades menggeser tubuhnya mendekat, Persephone serta merta memberinya pelukan erat.

"Maafkan aku, Hades! Tapi aku tidak bisa belajar dari kitab itu!" Persephone menunjuk buku yang dibiarkannya tergeletak. "Aku sangat malu!"

Hades sedikit terkejut, tetapi berusaha memaklumi Persephone. Tidak mengherankan untuk kitab yang ditulis Hera. Hades yakin ada beragam konten sensual yang tidak pantas dibaca untuk Persephone yang baru menghabiskan malam pertama dengannya.

"Aku benar-benar ingin belajar, tetapi buku ini bahasanya sangat vulgar!" Persephone menatap Hades dengan sungguh-sungguh. "Dan lagi, gambarnya jauh berbeda dengan milikmu!"

Perkataan Persephone membuat Hades terpegun sebentar. Persephone yang juga terkejut dengan kata-kata spontan tersebut refleks membungkam mulut dengan kedua tangan. Detik berikutnya, Hades tergelak sampai suara tawanya membuat para nimfa yang sedang mengintip terkejut. Didekapnya Persephone dengan gemas. 

"Kau sungguh lucu, Persephone!" Hades mencium pipi Persephone yang merona, sewarna mahkota bunga di kepalanya. "Jadi, mana yang lebih kau suka, hm?"

Persephone menyembunyikan wajahnya dengan malu. "Ya-yang bukan di buku itu!"

Hades tertawa lagi. Tidak bisa menahan diri, ia menggigit kecil puncak hidung Persephone. "Aku menghargai usahamu, Persephone. Namun, kau tidak perlu memaksakan diri."

Persephone menggeleng. "Aku belum cukup mengerti dengan semua ini. Aku tidak ingin kau menolak sentuhanku lagi."

"Aku? Menolak sentuhanmu?" ulang Hades hampir tidak percaya. Rupanya Persephone masih memikirkan momen di kolam tadi. Pantas saja dewi kecilnya itu menjadi banyak diam. "Aku tidak bermaksud seperti itu, Persephone. Aku hanya khawatir harus membawamu kembali ke kamar bila kita meneruskannya."

Persephone mengerutkan bibir. "Memangnya kenapa bila demikian?"

Pertanyaan Persephone kali ini membuat Hades menghela napas. Wajah polos Persephone membuat Hades tidak sampai hati mengutarakan pertimbangannya. Hades kemudia mn teringat saran dari Thanatos  Meski mungkin tidak mengerti, Persephone hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu berdua dengannya.

"Bukan apa-apa. Itu sepenuhnya salahku. Aku pikir ada banyak hal yang perlu kuselesaikan setelah pernikahan kita, tetapi tidak ada sama sekali. Maafkan suamimu yang tidak peka ini." Hades mengecup pelan kening Persephone. "Ini adalah pernikahan kita, karena itu kau dan aku akan belajar satu sama lain seiring waktu. Aku berjanji."

Sorot mata Hades yang penuh pengertian membuat Persephone kembali menemukan kepercayaan dirinya. "Kalau begitu, apakah aku bisa belajar darimu saja? Aku akan menyimpan buku ini di lemari."

"Tentu saja." Hades terkikik geli lalu menunduk di telinga Persephone. "Namun, aku lebih suka praktik langsung dibanding teori. Jadi, mari kita kembali ke kamar sekarang."

Selepas berkata demikian, Hades bangkit untuk menempatkan lengannya di bawah pergelangan lutut Persephone. Tubuh istrinya tersebut diangkat dengan mudah. "Kau siap belajar, Persephone?"

"Ya! Aku akan belajar dengan semangat!"

Persephone membiarkan dirinya berada dekapan Hades. Saat hampir mencapai pintu utama, sekilas ia melihat sekelompok nimfa yang mengintip dari balik tembok. Mereka tampak tersipu malu, tetapi menunduk hormat saat ia dan Hades berlalu.

Kecuali satu. Seorang nimfa dengan rambut hijau kebiruan. Persephone mengingatnya dengan jelas. Nimfa yang menatap lurus sebelum membuang muka itu adalah nimfa yang acuh tak acuh padanya ketika ia ia mengajarkan cara menari.

"Apa dia tidak menyukaiku?" Persephone bertanya dalam hati. Namun ketika tiba di dalam istana dan Hades menghujani wajahnya dengan kecupan di sepanjang perjalanan menuju kamar pribadi mereka, Persephone tidak ingin mengkhawatirkan apa pun lagi.

Ia adalah  ratu Dunia Bawah, istri dari Hades. Satu-satunya sampai kapan pun. Persephone yakin itu.

💐💐💐

"Badai salju ini tidak kunjung mereda!" Zeus menghantam dinding parapet di balkon istananya dengan geram. Pemandangan bumi berselimut salju terlihat seperti gumpalan kapas. Sudah tiga hari badai salju terjadi akibat ulah Demeter. Manusia di bawah sana sudah pasti meringkuk kedinginan.

"Demeter memang keterlaluan!" Hera menghampiri Zeus lalu mengalungkan untuknya sebuah mantel berbulu. Demeter yang murka tidak hanya menciptakan kekeringan, tetapi juga badai salju. "Bagaimana mungkin dia melampiaskan emosinya pada umat manusia?"

Zeus menyentuh tangan Hera di pundaknya. Demeter melakukan itu sebab saudarinya itu tahu bila sebagai raja para dewa, ia tidak bisa mengabaikan permohonan manusia begitu saja. Belum lagi ada ancaman kebangkitan Gaia yang bisa meruntuhkan kejayaan Olympia.

"Masalah ini tidak bisa dibiarkan lebih lama!" Kerut di dahi Zeus kian bertambah bengitu menyaksikan tiupan angin yang membawa kristal salju. Demeter tidak mau berkompromi dan tidak bisa diajak bicara. Hati Dewi Kesuburan tersebut mungkin lebih dingin dari tumpukan salju yang diciptakannya.

"Bagaimana pun, kita harus mencegah kebangkitan Gaia. Hawa keberadaannya semakin kuat dan membangkitkan kekuatan banyak monster." Zeus memutar badan. "Masuklah, Hera. Kita bicarakan masalah ini dalam."

Hera berjalan di belakang Zeus dengan wajah penuh tanda tanya. "Jadi, apa rencanamu?"

"Tidak ada jalan lain. Hidup manusia bergantung pada kehidupan di bumi." Zeus berujar lirih, tampak tidak yakin dengan kata-katanya sendiri. "Aku akan berbicara dengan Hades dan meminta pengertiannya."

"Sebentar!" Hera menyela. "Maksudmu adalah ...."

"Ya, benar." Zeus mengepalkan tangan. Sungguh, ini keputusan yang sangat berat baginya. "Persephone harus kembali ke Sisilia."

🔱🔱🔱
TBC

Dear pembaca tersayang, terima kasih sudah baca sampai di sini. Jangan pelit vote dan komen, ya. Aku bakal senang dan semangat menerima pendapat, saran, dan kritik yang membangun. Supaya aku tahu juga bagaimana sudut pandang kalian sebagai pembaca.

*Chibi illustration belongs to me. Do not
use without credit and tagging*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro