29. Springhead 💐
🔱Καλή ανάγνωση🔱
Malam menjelang ketika Hades beranjak dari balkon istana. Zeus telah sepakat untuk menunda semua kematian dan reinkarnasi di muka bumi demi kelangsungan acara pernikahannya. Untuk hal itu pula, Hades menutup keempat gerbang Dunia Bawah dan mengerahkankan kekuatan ilahinya untuk meningkatkan basis pertahanan domain tersebut.
Begitu memastikan semuanya berjalan sempurna, Hades kembali ke ruang kerjanya di pusat istana. Hatinya terenyuh begitu mendapati Persephone sibuk melilitkan kain pada maneken tengkorak yang dirakit Thanatos menggunakan sisa-sisa kerangka manusia yang terkubur di Erebos. Kertas bergambar sketsa gaun pengantin tampak berhamburan di sekelilingnya.
Hades sebenarnya kurang puas dengan maneken cacat yang sama sekali tidak menginterpretasikan keindahan tubuh Persephone. Tulang panggulnya kurang sekian inci, lengannya pun tidak simetris sebab Thanatos tidak bisa menemukan pasangannya. Namun, Persephone tidak mempermasalahkan hal tersebut sama sekali.
Persephone yang sibuk mengitari maneken dengan wajah putus asa tidak menyadari kehadiran Hades. Gaun setengah jadi yang tergantung di maneken tersebut membuat Persephone mulai kehabisan cara. Persephone tidak pernah kekurangan apa pun untuk merancang gaun, tetapi meneken yang tidak simetris membuatnya kesulitan untuk membuat potongan yang pas. Jenis tumbuhan yang dapat hidup di Dunia Bawah pun tidak memiliki serat yang cukup elastis untuk disatukan menjadi pilinan benang.
Menyadari kegelisahan Persephone, dengan pelan Hades mendekatinya.
"Ada masalah apa, Persephone?" tutur Hades lembut. "Mengapa ratu yang kucintai ini kelihatan bersedih?"
"Yang Mulia Hades ...." Persephone berbalik putus asa. "Aku ingin terlihat cantik di hari pernikahan kita, tetapi gaun ini ... aku tidak bisa membuatnya sempurna."
Hades menyentuh puncak hidung Dewi Bunga tersebut. "Persephone, kau adalah wanita paling cantik di seluruh alam semesta, tak peduli apa yang kau kenakan."
"Aku hanya ingin menjadikan hari pernikahan kita istimewa, untukmu dan untuk kita berdua." Persephone memelankan suara.
"Aku mengerti itu, Dewiku. Namun, aku tidak ingin kau terbebani. Karena itu, percayakanlah urusan pernikahan kita pada penghuni Dunia Bawah." Hades tersenyum hangat. "Tunggu sebentar, aku telah menyiapkan sesuatu untukmu."
Persephone mengerutkan dahi begitu Hades memutar tubuhnya menghadap ke salah satu tembok di ruang kerjanya. Sebelah tangan Hades terangkat, mengalirkan kekuatan pada dinding istana yang bergerak mengikuti kehendaknya. Tulang-belulang berikut bebatuan yang menyusun dinding istana kemudian bergeser, menciptakan ceruk yang membentuk sebuah ruangan dihiasi kristal dan materi-materi khusus dari dunia bawah.
"Yang Mulia Hades, ruangan apa ini?" Persephone bergumam takjub.
"Ruang rias pengantin," jawab Hades. "Mulai sekarang kau bisa menyiapkan segala sesuatunya di sini."
Persephone masih menatap sekelilingnya dengan kagum saat Hades memerintahkan tengkorak penjaga pintu untuk mempersilakan para bawahannya masuk. Dari balik pintu yang terbuka, muncul ketiga Erinyes yang membawa kain sari dan sutra. Di belakangnya tiga dewi lain mengikuti. Mereka adalah Moirai, sang dewi takdir yang membawa gunting dan alat pemintal.
"Mereka adalah Erinyes dan Morai." Hades menepuk pundak Persephone. "Mereka akan membantumu menyiapkan gaun pengantin."
Morai dan Erinyes lantas memberi penghormatan dan mengangguk sopan.
"Perkenalkan, Yang Mulia Ratu. Saya Clotho, pemintal benang kehidupan." Salah satu Morai berujar santun.
"Nama saya Lachesis, pembagi nasib yang menetapkan takdir manusia," sambung dewi di sebelah Clotho kemudian memberi kesempatan pada saudaranya yang tersisa untuk memperkenalkan diri.
"Dan saya adalah Atropos." Morai terakhir yang memegang gunting berujar. "Tugas saya adalah memotong benang kehidupan untuk mengakhiri hidup manusia."
Persephone masih terperangah ketika Erinyes ikut memperkenalkan diri satu per satu. Mulai dari Tysiphone, Magaera, kemudian Alecto.
"Kalian sangat hebat," puji Persephone kepada para Morai yang tersenyum bangga.
Erinyes yang melihat itu merasa cemburu, khawatir Persephone masih merasa takut pada penampilan mereka yang menyeramkan. Namun, Persephone rupanya menghampiri mereka tanpa ragu.
"Aku mengenal kalian, Dewi Pembalasan yang bertugas menghukum para arwah di Tartaros." Persephone menatap Erinyes bergantian. "Pertemuan pertama kita mungkin tidak berjalan lancar, tetapi jangan lagi sungkan padaku."
"Tentu, Yang Mulia. Kami sangat senang mendapatkan ratu yang bijaksana seperti Anda. Yang Mulia Hades memilih pasangan yang tepat."
Sanjungan tersebut membuat Persephone tersipu malu. Bersama dengan Erinyes dan Moirai, ia kemudian memasuki ruang rias yang telah dibuatkan Hades.
Para Erinyes mulai mengukur tubuh Persephone dan membantu sang dewi memilih desain yang cocok untuk gaunnya. Sementara Morai mulai memintal benang untuk menjahit kain satin dan sutra. Mereka terus memuji kecantikan tubuh Persephone yang tiap gerakan tubuhnya terlihat begitu gemulai dan anggun.
"Ini adalah rancangan yang sangat sempurna!" Tysiphone memberi saran pada Persephone.
"Benar, Yang Mulia. Anda akan terlihat sangat menawan di hari pernikahan nanti," timpal Magaera dan Alecto.
Para Morai membenarkan. "Gaun ini akan selesai sebelum acara dimulai. Sekarang kami butuh bantuan Anda untuk mengukur tubuh Yang Mulia Hades agar kami bisa membuat setelan yang serasi."
"Me-mengukur tubuh Yang Mulia Hades?" Persephone terkesiap. Wajahnya memanas membayangkan bagaimana dirinya akan menyentuh tubuh Hades yang kekar. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Morai. Bagaimana pun, mereka harus tampil paripurna sebagai pasangan pengantin.
Dengan malu-malu, Persephone kemudian keluar untuk menemui sang raja Dunia Bawah. Hades yang sedang sibuk dengan tugasnya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan sang dewi. Ia bisa mendengar percakapan Persephone dan Morai dari dalam ruang rias.
"Apa yang bisa aku bantu, Dewiku?" Hades beranjak dari duduknya.
Persephone meringis dan menjawab dengan gelapan. "Aku ... ingin mengukur tubuhmu, Yang Mulia.
"Mengukur tubuhku?" ulang Hades menggoda. "Apa ada bagian yang menurutmu kurang, Persephone?"
"Ti-tidak! Semuanya sudah sangat proporsional!" Persephone membekap mulut. "Ma-maksudku ... ah, lupakan! Morai ingin membuatkan pakaian untuk hari pernikahan kita. Untuk itu aku perlu tahu ukuran tubuh Yang Mulia Hades."
"Begitu kah?" Hades tersenyum lebar seraya merentangkan tangan. "Baiklah, kemarilah dan lakukan apa yang ingin kau lakukan."
Persephone mendekat lalu mengeluarkan pita pengukur. Dipandanginya Hades dengan pipi merona. "Uh, dari mana sebaiknya aku memulai ini?"
Persephone hanya bergumam, tetapi Hades mendengarnya dengan jelas. Penguasa alam kematian tersebut tertawa lembut dan menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Mulailah dari atas lalu turun ke bawah. Kau bisa naik ke podium agar tidak kesulitan."
Persephone menelan ludah lalu menitih beberapa anak tangga sampai tingginya sepantaran dengan Hades. Dengan hati-hati, ia mulai mengukur bagian pundak Hades yang lebar. Ketika kebetulan mata mereka beradu, Persephone buru-buru mengalihkan perhatian. Hades yang menikmati momen tersebut jadi berniat untuk menjahilinya.
"Persephone" panggil Hades dengan nada serius. "Jangan lupa mengukur dengan sangat teliti. Setiap inci sangat penting. Terutama bagian pinggang ke bawah."
"Te-tentu, Yang Mulia. Aku akan memastikan pakaian ini pas untukmu." Persephone mengerjap. Pita pengukur di tangannya menyusuri kontur tubuh Hades dengan perlahan. Jantung Persephone berdebar kencang ketika pengukurannya semakin ke bawah. Pikirannya diusahakan untuk tidak membayangkan sesuatu di balik kain yang menutupi tubuh Hades.
"Kenapa kau berhenti, Persephone?" Hades hampir tertawa melihat Persephone gemetaran ketika menatap lurus ke pusat tubuhnya.
Persephone menggeleng cepat. Ia berhasil mengukur pinggang, tetapi tidak berani meletakkan pita ukur di sekitar paha Hades untuk mengukur lingkar pesak.
"Pakaianku tidak akan jadi bila kau tidak mengukur bagian itu." Hades menghela napas dan memasang wajah tidak puas.
"Aku tidak bermaksud seperti itu, Yang Mulia. Aku ... hanya perlu mencatat ukuran bagian yang lain agar tidak lupa."
Persephone meraih secarik kertas di atas meja dan berlagak menulis. Setelah menarik napas dalam-dalam, ia merunduk tepat di tengah-tengah tubuh Hades dan bersiap melingkarkan pita ukur, tetapi sosok pria bersayap yang masuk melalui balkon membuatnya terperanjat hingga menjatuhkan benda tersebut ke lantai.
"Thanatos!" seru Persephone kaget ketika ia melongokkan kepala dari balik tubuh Hades.
Di tengah ruangan, Thanatos yang menerobos masuk untuk memberi kabar pada sang raja kini berdiri dengan wajah pucat pasi. Dari sudut pandangnya, Hades dan Persephone sedang melakukan sesuatu yang intim dan tidak sepatutnya diganggu.
"Maafkan saya, Yang Mulia! Saya sungguh-sungguh tidak ingin mengacaukan kegiatan Anda!" Selepas berkata demikian, Thanatos langsung mengepakkan sayap dan melesat begitu saja. Thanatos tidak ingin Hades memotong sayapnya yang berharga.
"Thanatos, tunggu!" Persephone berseru. Ia meraih pita pengukur dan mencoba menunjukkannnya pada Thanatos. "Aku sedang mengukur tubuh Yang Mulia Hades! Aku ingin menyiapkan pakaian untuk hari pernikahan!"
"Sudahlah, Persephone. Biarkan saja." Hades menenangkan Persephone dengan mengusap bahunya.
"Tapi Yang Mulia, Thanatos salah paham."
Hades menaikkan sebelah alisnya. "Bahwa?"
"Bahwa kita sedang ...." Persephone menggigit bibir dan mengalihkan pembicaraan. "Bukan apa-apa! Aku harus segera menyelesaikan ini agar pakaian kita bisa jadi tepat waktu."
Bahu Hades bergetar menahan geli ketika melihat Persephone mengukur bagian pahanya dengan gerakan cepat kemudian bersegera turun dari podium. Jelas sekali Dewi Bunga tersebut sedang salah tingkah.
"Persephone," panggil Hades menyela langkah Persephone. "Aku lihat kau terburu-buru mengukur bagian yang terakhir. Apa kau bisa memastikan pengukuran itu akurat? Kau bisa mengukur ulang bila perlu."
"Tidak, Yang Mulia! Ini sudah sangat pas!"
"Kau yakin tidak salah mencatat?"
"Tidak! Aku mengingatnya dengan sangat-sangat baik!"
Kali ini Hades benar-benar tertawa. "Kalau begitu kuharap kau tidak hanya mengingat ukurannya."
Persephone mengerutkan wajah, menyadari Hades hanya merecokinya. Ia berbalik dan meneruskan langkah dengan setengah berlari.
Adapun Hades memandangi Persephone yang kembali ke ruang rias masih dengan terkikik geli. Hades tidak bisa membayangkan akan seperti apa malam pertama mereka nanti, bila untuk hal sekecil itu saja Persephone masih terlalu malu padanya.
Hades benar-benar tidak sabar menanti momen tersebut.
💐💐💐
Sekian ribu tahun yang lalu ....
"Kau tidak bisa egois seperti itu, Demeter!" Suara lantang Hera menggetarkan jendela di Aula Dewan. "Olympus adalah rumah bagi seluruh dewa!"
"Kurasa tidak semua juga, Hera." Zeus berusaha mencairkan situasi melihat ketegangan yang terjadi antara Hera dan Demeter. Raja para dewa tersebut khawatir bila dua dewi itu menghancurkan pilar istana. Apalagi Hepaesthus–yang sayangnya tidak mewarisi gen ketampanan darinya–sedang mogok kerja karena tidak mendapatkan satu pun wanita untuk dijadikan istri.
"Jangan menyela perkataanku, Zeus!" Hera menunjuk Zeus dengan air muka kesal. "Ini semua salahmu karena memberikan hak itu padanya!"
"Baiklah. Aku yang salah. Kau wanita. Kau selalu benar."
Zeus mengangkat tangan, memasang gestur mengalah. Dipandanginya Persephone kecil dalam pelukan Demeter. Bayi mungil tersebut memang sangat menggemaskan, sampai-sampai Hera ikut luluh dan tidak mengizinkan Demeter membawanya keluar dari Olympus. Padahal Hera sampai saat ini masih belum menerima kehadiran Artemis dan Apollo.
Akan tetapi, dalam hal ini Zeus tidak bisa pula menyalahkan Demeter sepenuhnya. Peraturan bahwa orang tua bisa mencabut kekuatan azali anaknya telah ditetapkan dan tidak bisa diubah. Zeus membuat aturan itu untuk mengantisipasi perebutan kekuasaan seperti yang telah diramalkan Rhea dan Kronos.
Zeus sadar tidak bisa menghindari kelahiran putra-putrinya. Maka untuk mencegah kudeta, ia membuat aturan untuk menundukkan keturunannya. Aturan yang saat ini digunakan Demeter untuk mencabut kekuatan Persephone.
"Kau tidak tahu apa-apa, Hera! Aku hanya melindungi putriku dari dewa-dewa yang senang mengumbar nafsu!" Demeter mendekap Persephone posesif. "Dan jangan lupa Zeus yang tidak bisa menjaga matanya ini!"
"Kenapa aku lagi?" Zeus mendesah frustrasi.
"Sebab kau laki-laki!" seru Hera dan Demeter berbarengan.
Zeus mendengkus. Melawan Hera yang tempramen dan Demeter yang keras kepala memang tidak semudah menundukkan para wanita yang senang termakan bujuk rayunya. Mungkin karena itu pula Zeus tidak bisa menolak pesona kedua saudaranya itu.
"Kalau kau ingin melindungi putrimu, tidak seharusnya kau menangguhkan kekuatannya. Persephone harus bisa menjaga diri!" Hera masih berkeras.
"Aku yang akan melindungi putriku!" Demeter menepuk dadanya dengan sebelah tangan. "Aku akan menjaganya dengan baik tanpa bantuan siapa pun, jadi berhenti ikut campur!"
Hera menatap Demeter kesal. Sebagai ratu para dewa, pembantahan Demeter membuatnya merasa direndahkan. "Baiklah kalau begitu. Namun sebagai ratu dari para dewa sekaligus Dewi Pernikahan, aku akan memberkati Persephone dengan kekuatanku."
Mata Demeter menyeruak. "Apa maksudmu?"
"Cinta adalah hal yang alami dan tidak bisa kau cegah." Hera membusungkan dada. "Persephone akan mendapatkan kembali kekuatannya jika dia bertemu dengan cinta sejatinya."
"Itu tidak akan terjadi! "Tidak ada cinta sejati di dunia ini, bahkan kau pun tahu itu!" Demeter kembali memeluk erat putrinya.
Hera sesungguhnya merasa tersinggung, tetapi ia ingin mendapat persetujuan dari Demeter. Maka, ratu para dewa itu hanya tersenyum miring. "Itu artinya kau mengakui kata-kataku barusan."
"Silakan saja. Kau tidak akan pernah mendapat hak atas putriku." Demeter menatap Zeus dan Hera bergantian sebelum memutar badan. Jantungnya berdegup kencang ketika menuruni tangga dengan tergesa.
Demeter tidak khawatir dengan perkataan Hera. Sebab ia akan membawa Persephone tinggal jauh dari Olympus dan memastikan putrinya tidak pernah jatuh hati pada pria mana pun di muka bumi.
💐💐💐
Menjelang pernikahan Hades dan Persephone, Dunia Bawah tampak semakin merekah. Istana Hades yang berlapis pualam hitam kini berhias bunga warna-warni di setiap sudut. Tidak terkecuali para tengkorak yang menjaga setiap pintu. Lubang di mata mereka yang kosong dan hampa, kini berhias sulur bunga. Perpaduan yang membuat mereka terlihat hidup sekaligus mati.
Persephone berjalan dengan ringan di koridor istana sambil memegang seikat bunga yang telah dipilin menjadi sunting indah. Persephone berniat memberikannya pada tengkorak penjaga pintu di depan ruangan Hades, sebagai tanda penghargaan atas dedikasinya sebagai juru kunci paling terpercaya.
"Salam hormat, Yang Mulia Ratu." Tengkorak penjaga pintu menyambut Persephone dengan sopan. "Ada perlu apa Yang Mulia Ratu selarut ini?"
Persephone mengernyit heran. Tidak biasanya sang tengkorak mempertanyakan kehendaknya. "Apa ada hal yang tidak memperbolehkanku ada di sini?"
Sang tengkorak berujar gemetar hingga giginya yang tidak lagi utuh bergemeletuk. "Maaf, Yang Mulia. Namun, Yang Mulia Hades sedang dalam pembicaraan rahasia dengan Thanatos sehingga saya ditugaskan untuk mengunci ruangan ini dari siapa pun."
"Percakapan rahasia?" Kebingungan Persephone semakin menjadi. Hades tidak pernah merahasiakan apa pun darinya, bahkan mengungkapkan semua hal tentang kerajaannya yang tidak pernah diketahui oleh orang lain termasuk Zeus. Kecuali ....
"Apa percakapan itu tentangku?" Persephone bertanya dalam hati sembari menjatuhkan tatapan pada tengkorak penjaga pintu. Meski tidak ada gurat otot yang mengindikasikan ekspresi di wajahnya, Persephone tahu bila sang tengkorak sedang memelas.
"Sayang sekali, padahal aku ingin memberikan ini sebagai penghargaan untukmu sebagai tengkorak yang paling terpercaya." Persephone melirik tengkorak penjaga pintu sambil mengelus hiasan bunga di tangannya.
Sang tengkorak membuka rahang dengan antusias. "Penghargaan sebagai tengkorak paling terpercaya?"
Persephone mengedikkan bahu, berpura-pura merajuk. "Tapi sepertinya ini lebih cocok untuk tengkorak yang menjaga gerbang istana, sebab dia tidak pernah mencegat jalanku."
"Ta-tapi Yang Mulia Ratu, saya tidak berniat mencegat Anda." Tengkorak penjaga pintu gelapan. "Tolong izinkan saya menerima pemberian Anda yang sangat berharga."
Persephone berpikir sejenak. Ia tidak ingin membuat tengkorak penjaga pintu mendapat masalah karena melalaikan tugas, tetapi penasaran dengan apa yang diperbincangkan Hades dengan Thanatos.
"Baiklah, begini saja." Persephone membungkuk sedikit lalu berbisik. "Aku tidak akan masuk, tetapi zinkan aku mendengar percakapan Yang Mulia Hades dan Thananos."
Sang tengkorak tampak ragu. Namun melihat tatapan penuh harap dari Persephone, ia mengiyakan dan memberi sedikit celah bagi sang ratu untuk melihat ke dalam ruangan.
Dengan hati-hati, Persephone mulai merapat ke arah pintu. Ruang kerja Hades tampak remang, hanya beberapa obor yang dibiarkan menyala. Di depan tribun, tampak Thanatos berdiri dengan wajah khawatir.
"Jadi, hal penting apa yang ingin kau sampaikan sampai Persephone tidak harus mendengar masalah ini, Thanatos?" Hades berujar dengan serius.
Thanatos menarik napas. "Maafkan aku Yang Mulia, tetapi aku harus memberitahumu sesuatu yang mungkin tidak akan kau sukai."
"Tidak ada hal apa pun dari Persephone yang tidak kusukai."
"Ini bukan tentang Yang Mulia Ratu." Thanatos meneguk kecut. "Ini tentang Demeter."
"Oh, Demeter?" Hades menautkan alis. Zeus telah memberi kabar sebelumnya bila Demeter mengamuk di Olympus. Namun, saudaranya itu mengaku telah membuatnya bungkam.
"Demeter telah menyebar berita bahwa kau menculik putrinya. Kabar ini telah menyebar di Dunia Atas. Aku khawatir nama baik Yang Mulia akan tercoreng jika tidak segera ditangani."
Hades menghela napas dalam-dalam. Hades tahu Demeter mungkin tidak senang dengan keputusannya membawa pergi Persephone, tetapi setelah melihat kondisi di Sisilia, tidakkah seharusnya Demeter berterima kasih atas keselamatan putrinya?
"Aku akan mengatasi masalah ini. Aku akan mencari cara untuk membersihkan namaku." Hades berkata tegas. "Namun, jangan sampai Persephone tahu tentang kabar ini. Aku tidak ingin membuatnya khawatir."
Thanatos mengangguk mengerti. "Aku akan menjaga rahasia ini, Yang Mulia."
Hades mengamini Thanatos lalu menumpukan kedua tangannya di sisi singgasana. Meskipun harus menghadapi fitnah dan rumor buruk, Hades tidak akan membiarkan pernikahannya terganggu.
Sementara itu, Persephone yang mendengar semuanya dari balik pintu tidak bisa menahan diri untuk tidak tersentuh. Setelah memberikan sunting bunga di kepala tengkorak penjaga pintu, ia mengambil haluan menuju kamar untuk menulis secarik surat yang akan ditujukan pada Demeter. Persephone tahu Hades selalu menjaga perasaannya. Maka, kali ini ia berinisiatif untuk membantu.
Begitu surat yang ditulisnya selesai. Persephone kembali ke ruangan Hades. Thanatos telah pergi dan tengkorak penjaga pintu pun mengizinkannya masuk begitu saja, bahkan menghatur sanjungan yang berlebihan sebab merasa terhormat menerima hadiah spesial dari sang ratu.
"Ada apa, Persephone?" sambut Hades seraya turun dari tribun. "Apa tidurmu tidak nyenyak? Aku akan memanggil Hypnos untuk membantu."
Persephone menggeleng. Ia memandang Hades dengan penuh perhatian. Meski raja alam kematian tersebut tersenyum, Persephone tahu ada kekhawatiran yang tersirat di wajahnya.
Hades tertawa kecil ketika Persephone tiba-tiba berlari dan memeluknya dengan sangat erat. Hades sampai harus merendahkan tubuhnya karena tertarik oleh lengan Persephone. "Persephone, kau sebaiknya beristirahat untuk hari penting kita besok. Kau bisa melakukan ini sepuasnya di malam pernikahan kita."
Hades sebetulnya berniat menggoda, tetapi menyadari Persephone terus membenamkan diri di pelukannya, ia tahu bila sang dewi sedang tidak ingin bergurau. Maka, Hades mengangkat tubuh Persephone dan membawanya menuju singgasana.
"Baiklah, sekarang ceritakan padaku apa yang membuat dewi bunga paling indah di dunia ini gelisah." Hades menyapu rambut Persephone dengan penuh kasih.
Persephone mengatur napas sejenak. "Yang Mulia Hades, aku ingin meminta izin untuk melakukan sesuatu yang penting. Namun, kuharap kau tidak tersinggung dengan itu."
Dahi Hades membentuk sedikit kerut, tetapi ia lantas mengiyakan. "Tentu saja, Persephone. Katakanlah, izin atas apa yang kau inginkan."
"Aku ingin mengirim pesan pada ibuku," tutur Persephone lembut. "Bagaimana pun, aku harus memberi ibuku penjelasan. Aku ingin mengatakan padanya bahwa aku bahagia di sini, bahwa aku memilih hidup bersamamu. Aku pikir ini bisa membuatnya lebih tenang."
Hades terperangah sebentar sebelum mendekap Persephone. Dewi bunga yang ia cintai tersebut benar-benar mengerti keresahannya. Ketika Persephone menunjukkan surat yang ditulisnya, Hades menarik sang dewi ke pangkuannya.
"Apakah Yang Mulia Hades ingin membaca surat ini denganku?" Persephone mengusap lengan Hades. "Mungkin ada beberapa bagian yang perlu dikoreksi."
"Aku yakin kau menulis dengan baik, Persephone, tetapi aku akan senang membacanya."
Diterangi gemerlap cahaya lilin, keduanya kemudian membaca surat yang dituliskan Persephone untuk Demeter. Hades sesekali tersenyum geli ketika menemukan ungkapan cinta yang ditulis Persephone. Hal yang membuat sang Dewi Bunga tersipu dan mengguncang bahunya berulang kali.
Persephone melipat kembali suratnya sebelum ditutup menggunakan preparat bunga kering sebagai hiasan. Persephone berharap surat tersebut bisa membuat Demeter menurunkan ego dan membawa perdamaian di dunia. Sayangnya, sesuatu yang berkebalikan tinggal menunggu waktu untuk terjadi.
🔱🔱🔱
TBC
📜Author Notes📜
Halo, Dear Readers. Aku hiatus cukup lama untuk persiapan beasiswa.
Terima kasih yang masih berkenan membaca dan mampir kembali
Fully love, Kireiskye
💐💐💐
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro