Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28. Hera Blessing 💐

🔱Καλή ανάγνωση🔱

"Kebangkitan Gaia?" Zeus berujar lantang diiringi gelak tawanya yang menggema sedetik kemudian. "Apollo putraku, kau sedang bergurau?"

Dahi Apollo kontan tertekuk. Apollo yakin penuturan yang ia berikan cukup jelas. Dari pantulan dinding marmer mengilap yang menghiasi Aula Dewan, Apollo bisa melihat keseriusan di wajah tampannya. Jelas tidak ada alasan bagi Zeus untuk meragukan kata-katanya.

"Ayah, aku serius! Aku melihat kebangkitan Gaia lewat mata batinku!" Apollo tetap bersikukuh. Masalah tersebut harus sesegera mungkin diantisipasi, tetapi Zeus dan Hera baru kembali ke Aula Dewan menjelang matahari terbenam–entah dari mana. Sepertinya habis bercinta.

Apapun itu, Apollo sebenarnya tidak peduli. Yang ia inginkan sekarang adalah tindak lanjut dari Zeus. Apollo tidak ingin raja para dewa itu sibuk menebar benih di mana-mana sementara eksistensi Olympia sedang dipertaruhkan.

"Apollo, kau tahu benar bila ayah tidak senang membahas masalah ini." Zeus mendengkus. Gaia adalah dewi purba yang merepotkan. Tempramennya labil bukan main. Sayangnya sebagai keturunan dari Ibu Bumi tersebut, Zeus harus puas dengan hanya membuatnya terlelap.

"Apollo benar, Ayah. Kita harus bergerak cepat dan mengantisipasi masalah ini!" Artemis yang berdiri di sebelah Apollo mendukung saudaranya. Berbeda dengan Hermes, Apollo tidak pernah membual, apalagi di depan ayah mereka. "Bila Gaia bangkit–"

"Apa kau punya visiun, Artemis?" Suara halus Hera menyela perkataan Artemis. "Jangan membela Apollo hanya karena kalian lahir dari ibu yang sama. Kau harus belajar menjadi dewi yang bijak."

Artemis merengut tidak suka. Hera selalu mencela setiap perbuatannya. "Apa mengutuk dan mencelakai banyak perempuan hanya karena cemburu bisa disebut bijak?"

"Jaga bicaramu, Artemis! Kau lupa berhadapan dengan siapa?" Hera berdiri membusungkan dada.

"Hera, tenanglah. Artemis masih anak-anak, jangan terlalu keras padanya."
Zeus berdiri, memijat lembut pundak Hera yang langsung mengedik dan menepis tangannya.

"Aku akan membuktikan visiunku!" Apollo membela diri. Ia paling tidak senang bila Hera memarahi Artemis dan mengungkit perihal ibu mereka.

"Baiklah. Kalau begitu buktikan." Zeus menyoroti air muka Apollo yang tampak tegang. Sejujurnya Apollo adalah putranya yang paling bisa diandalkan, terutama karena segudang bakat yang ia miliki. Namun, sikap Apollo yang congkak dan tidak segan membantah membuat Zeus kerap menjatuhkan hukuman padanya.

Apollo memandang Artemis sesaat sebelum menapaki tujuh anak tangga menuju singgasana Zeus. Tangannya terulur, meraih jemari kekar sang ayah. Apollo berusaha memusatkan pikiran sampai kilas balik kebangkitan Gaia dan para monster terproyeksikan dalam pandangannya. Akan tetapi, Zeus tidak melihat apapun di sana selain pemandangan bumi dari jendela kamar Hermes.

"Apa ini? Beraninya kau mempermainkan ayah, Apollo!" Zeus menarik kontak matanya dengan Apollo.

"Tunggu sebentar, Ayah!" Apollo terkesiap. Visiunnya tidak bekerja pada Zeus. Segera ia beralih pada Artemis lalu melakukan hal yang sama, tetapi saudari kembarnya itu juga meregut bingung.

"Maaf Apollo, tetapi aku hanya melihat hamparan bumi di matamu," ringis Artemis, khawatir Zeus benar-benar murka pada Apollo.

"Hamparan bumi?" Kedua alis Apollo saling bertaut, sebelum kemudian ia menyadari sesuatu. Gaia adalah protogenoi yang menguasai ramalan, pemilik Orakel Delphi yang pertama. Gaia memiliki kekuatan untuk mengaburkan visiun sehingga Artemis dan Zeus hanya mampu menangkap panorama bumi yang ia saksikan saat terjatuh dari jendela.

"Ayah, ini pasti karena kekuatan Gaia!" Apollo berusaha meyakinkan Zeus. "Gaia adalah pemilik Orakel Delphi sebelum aku mengalahkan Phyton–"

"Cukup, Apollo!" Zeus memotong perkataan Apollo dengan gusar. "Kalau kau berusaha mengalihkan perhatian ayah karena sedang merencanakan sesuatu untuk membawa Persephone kembali dari Dunia Bawah, kuperingatkan kau untuk berhenti!"

"Kenapa ayah melakukan ini?" Artemis memasang badan, berusaha mengalihkan pembicaraan Zeus dari kesalahan yang diperbuat Apollo. "Persephone membutuhkan bantuan kita! Persephone tidak bisa tinggal di Dunia Bawah!"

"Kenapa tidak, Artemis?" Zeus kini menatap Artemis, tetapi nadanya bicara tidak sekeras tadi.

"Sebab Persephone adalah Dewi Musim Semi dan tidak ada musim semi di Dunia Bawah." Artemis menahan napas sejenak. "Persephone tidak mungkin tinggal bersama Hades."

Belum sempat Zeus menjawab, pintu Aula Dewan yang tiba-tiba terbuka menampakkan sosok Hermes. Apollo maupun Artemis kompak menyerukan nama dewa pembawa pesan tersebut dengan lega. Hari mulai gelap dan Helios sudah hampir tiba di peraduannya. Bila tidak segera kembali, Hermes bisa ketahuan. Sayangnya, perasaan itu hanya berlangsung sesaat, sebab Hermes membawa berita yang tidak terduga.

"Ini gawat!" Hermes berujar dengan air muka panik dan putus asa. "Persephone ...."

"Persephone kenapa?" Artemis menghampiri Hermes dan mengguncang bahunya.

"Persephone ingin menikah dengan Hades dan tinggal di Dunia Bawah!" Hermes menghela napas.

"Apa? Persephone benar berkata seperti itu?" seru Apollo sangsi.

"Ya, aku bertemu dengannya. Persephone sendiri yang mengakui itu. Persephone ... Persephone mencintai Hades."

Apollo dan Artemis saling berpandangan dalam keterkejutan. Hermes tidak mungkin berbohong–bila dilihat dari kepanikannya. Namun, dua bersaudara tersebut masih belum percaya dengan keputusan Persephone.

Di atas tribun, Zeus dan Hera saling melempar argumen lewat isyarat mata. Hades telah memenuhi syarat yang diberikan Hera. Hades berhasil membuat Persephone jatuh cinta dan tidak ada alasan untuk tidak mewujudkan pernikahan bagi dua orang yang saling mencintai. Sebagai dewi pernikahan, mulai dari sekarang Hera akan mengambil alih dan membebaskan Persephone dari kutukannya.

💐💐💐

Menghitung hari menjelang upacara pernikahan Hades dan Persephone, situasi Dunia Bawah menjadi sangat sibuk. Setelah mendapat restu dari Zeus dan Hera lewat pesan yang dikirim langsung oleh Iris, Hades mengumpulkan seluruh penghuni Underworld. Dewa-dewi, para hakim, dan perwakilan nimfa turut hadir dalam rapat kepanitian Thanatos jilid II yang dilangsungkan di halaman istana.

Bersama Persephone dalam pangkuannya, Hades memberi titah pada seluruh bawahannya untuk menggelar resepsi yang paling mewah. Thanatos sekali lagi terpilih sebagai ketua panitia. Namun kali ini, segala sesuatu dipersiapkan sesuai kehendak Persephone.

Rumput berduri dan tanaman beracun sudah jelas tercoret dari daftar. Sebagai gantinya, istana Hades dihiasi dengan beraneka ragam bunga. Persephone dibantu Ker yang bisa terbang bebas di udara mendekorasi pilar dan setiap tingkap. Ker tampak menikmati tugas barunya. Apalagi Persephone memuji kelihaian mereka dalam mengudara. Thanatos sangat yakin Ker akan semakin besar kepala dan menyombongkan diri kemana-mana setelah ini.

"Yang Mulia Ratu sangat hebat!"

Para nimfa yang mengelilingi Persephone berseru ketika sang Dewi Musim Semi berhasil menyari kelopak bunga untuk dijadikan konsentrat sebagai pengharumkan ruangan.

Persephone hanya mengulum bibir sambil mencampurkan ekstrak bunga dengan parafin yang disuling dari minyak bumi. Cairan tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam cawan porselen dan diberikan kepada Ker.

"Letakkan di dekat obor agar aromanya bisa menguap dan tersebar." Persephone menatap Ker lalu menoleh pada kawanan nimfa di sekelilingnya. "Aku akan mengajari kalian menari dan bernyanyi."

"Apakah kami boleh menari dan bernyanyi?" Para nimfa bersorak bahagia. Berbeda dengan nimfa di Dunia Atas yang bebas berdendang, tugas mereka selama ini hanya sebagai pelayan dan pekerja kasar.

Persephone mengangguk dengan semangat lalu mulai mengajari para nimfa di sana cara menggerakkan tubuh dengan gemulai. Sementara itu, Hades yang memperhatikan dari paviliun istana diam-diam mengulas senyum. Persephone kelihatan sangat antusias. Hades jadi merasa bersalah karena harus membiarkan dewi kecilnya turun tangan mengurus pernikahan mereka.

"Yang Mulia Hades, semua sudah siap," lapor Thanatos yang membungkuk di belakang Hades.

Hades menjawab dengan anggukan singkat. Begitu Persephone mengambil jeda untuk beristirahat, ia memutuskan turun ke halaman. Hades telah menyiapkan kejutan kecil untuk sang ratu. Persephone juga sudah cukup banyak bekerja hari ini.

"Kau sudah selesai, Persephone?"

Teguran Hades menyentakkan Persephone. Lekas ia memutar badan dan merentangkan tangan pada Hades. Berbeda dengan para nimfa yang menarik langkahnya mundur.

"Yang Mulia Hades, aku mengajari para nimfa menari." Persephone mendongak pada Hades yang menyambut pelukannya.

"Ya, itu sangat bagus." Tatapan Hades melembut. "Namun, ada hal penting yang harus kita bicarakan sekarang. Apa kau keberatan untuk ikut denganku?"

Persephone menggeleng cepat. Menyadari betapa lembut Hades memperlakukannya, Persephone memeluk penguasa Dunia Bawah itu sekali lagi sebelum berpamitan pada para nimfa.

Setelah Hades dan Persephone kembali ke istana, kerumunan nimfa menjadi heboh. Peri alam yang mengabdi di Dunia bawah tersebut saling menimpali pendapat dengan semangat.

"Yang Mulia Hades sangat menyayangi Ratu Persephone!"

Satu dari kawanan nimfa menyahuti. "Benar! Lihat saja tatapan matanya!"

"Yang Mulia Ratu memang sangat cantik dan baik hati. Dia mengajarkan kita menari." Seorang lagi bersuara. "Ratu Persephone juga memiliki kekuatan yang sangat unik."

"Ya, ratu kita tidak kalah hebat dengan para Olympia!"

Kerumunan nimfa serempak memuja Persephone, kecuali satu orang yang sedari tadi diam dengan wajah masam. Nimfa dengan rambut hijau kebiruan itu memutar mata dengan tidak minat.

Minthe, nama nimfa tersebut. Sejak awal ia tidak senang dengan Persephone yang menggeser posisinya sebagai pelayan utama di istana. Minthe percaya Hades memiliki ketertarikan padanya, sebab penampilannya lebih mencolok dibanding nimfa yang lain. Namun, kehadiran dewi dari Dunia Atas membuatnya jadi tersisih.

Ketika nimfa yang lain sibuk mempelajari tarian yang diajarkan Persephone, Minthe memilih keluar dari kerumunan. Ia mengakui bakat alami Persephone yang tidak biasa. Namun, percakapan antara Hecate dan Hermes yang didengarnya ketika melintasi Hutan Gelap membuat Minthe mengetahui rahasia besar tentang Persephone yang belum diketahui orang-orang, bahkan mungkin oleh Hades.

Tidak seperti dewa-dewi Olympia lainnya, Persephone tidak mampu menciptakan kutukan. Minthe mungkin tidak bisa merintangi pernikahan Hades dan Persephone yang telah direstui oleh raja dan ratu para dewa. Akan tetapi, ia percaya cepat atau lambat Hades akan menyadari kekurangan Persephone. Bahwa
seorang dewi yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri tidak layak menjadi seorang ratu.

💐💐💐

"Yang Mulia Hades, ada apa ini?" Persephone menyeru kaget saat tiba-tiba tangan kekar Hades menutupi pandangannya.

"Jangan khawatir, Persephone," kata Hades menenangkan. "Ikut saja. Aku akan menuntunmu."

Persephone menuruti keinginan Hades dan terus berjalan dengan mata tertutup. Persephone baru sadar telah tiba di depan ruangan Hades saat tengkorak penjaga pintu menyambut mereka.

Hades serta merta melotot. Ia sengaja mengambil jalan yang berbeda, sebab tidak ingin Persephone tahu bila mereka telah tiba di ruangannya. Namun, tengkorak penjaga pintu malah menggagalkan rencana tersebut.

"Sudah kuperingatkan jangan berisik!" Thanatos yang menunggu di depan pintu mengetuk kepala tengkorak tersebut. "Yang Mulia Hades ingin membuat kejutan!"

Hades menghela napas mendengar Thanatos dan tengkorak penjaga ruangannya saling berbisik dan berdebat.

"Yang Mulia Hades, ada apa?" tanya Persephone kebingungan.

"Bukan apa-apa." Hades berujar lembut. "Mari masuk. Hati-hati, ada undakan di sini."

Masih dengan menutup kedua mata Persephone, Hades melangkah masuk ke dalam ruangan. Hades telah menyiapkan singgasana dari emas dan batu permata untuk sang ratu. Hades berniat memberi Persephone kejutan, tetapi ia terlalu kaku untuk melakukan itu. Seumur hidupnya Hades tidak pernah memberikan hadiah pada seseorang.

Thanatos kemudian menyarankan pada Hades untuk menutup mata Persephone sebelum menunjukkan singgasananya. Dewa kematian tersebut berkata dengan percaya diri bila hal tersebut bisa menambah kesan romantis.

"Kau siap, Persephone?" Hades menghitung mundur sebelum mengurai jemarinya.  ?

Persephone mengerjap beberapa kali sebelum menatap ke atas podium. Pandangan langsung tertuju pada singgasana megah di sebelah takhta Hades. Dulu sekali, Persephone pernah bermimpi memiliki singgasana di Olympus. Namun, harapan tersebut perlahan sirna ketika ia menyadari eksistensinya sebagai dewi minor. Siapa sangka, sekarang Hades membuatkan takhta yang sangat indah untuknya.

"Yang Mulia Hades, ini ...."

"Ya. Ini singgasanamu, Persephone." Hades menyapu pelan punggung Persephone. "Singgasana ratu Dunia Bawah."

Persephone menggigit bibir dengan mata berkaca. Dibantu oleh Hades, ia duduk di singgasananya yang nyaman dan empuk.

"Apa kau suka singgasanamu, Persephone?" Hades berdiri di hadapan Persephone dengan lengan mengapit di kedua sisi kursi. Tidak seperti singgasana Zeus yang lebih tinggi dari singgasana milik Hera, Hades sengaja membuat takhta mereka setara, agar ia bisa memandang wajah Persephone dengan lebih leluasa.

"Aku sangat menyukainya." Persephone melenggut lalu memeluk leher Hades. "Terima kasih, Yang Mulia Hades. Aku tidak pernah memimpikan singgasana yang semewah ini. Kau selalu mewujudkan segalanya, bahkan yang terasa mustahil bagiku."

"Tidak ada yang tidak mungkin kulakukan bila itu untukmu, Dewiku." Hades mengusap pipi Persephone. Dewi musim semi tersebut belum tahu jati dirinya. Zeus berpesan untuk merahasiakannya sampai waktu yang tepat.

Hades sebenarnya tidak merisaukan hal tersebut. Tidak masalah Persephone bisa menggunakan kekuatan azalinya atau tidak, selama Dewi Bunga tersebut tetap berada di sisinya. Bila Persephone tidak bisa membuat kutukan, maka ia dengan senang hati akan mengutuk siapapun yang berniat mencelakai dewi kesayangannya.

🔱🔱🔱
TBC

📜Author Notes📜

Halo, Dear Readers. Maaf baru sampat update, padahal sudah lewat 30K view. Aku memutuskan ambil kerja sampingan. Pagi sampai sore kerja, malam lanjut kursus. Begitu seterusnya. Jadi waktu menulisku belakangan ini minim sekali :')

Terima kasih sudah kembali ke lapak ini. See you next week! 💐💐💐

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro