23. Confess 💐
🔱Καλή ανάγνωση🔱
Apa yang akan kau tunjukkan di Olympus?
Apa yang bisa kau lakukan dibanding mereka? Hanya menumbuhkan bunga-bunga?
Kau bahkan tidak bisa menciptakan kutukan, Persephone!
Suara Demeter berdengung di telinga Persephone, menusuk hingga ke relung hati sampai membuat napasnya terasa sesak. Persephone melihat banyangan dirinya terperangah di ambang pintu kastil sebelum berlari keluar tanpa tujuan.
Apa itu alasannya? Apa Mama tidak mengizinkanku datang ke Olympus karena aku tidak punya kemampuan apa-apa? Mama malu karena itu?
Ya, itu karena kau adalah dewi minor yang tidak bisa melakukan apa-apa!"
"Mama!" Persephone tersentak dalam tidurnya. Bayangan Demeter memudar bersamaan dengan panggilan halus dari Hades. Persephone lantas terjaga dengan napas terengah. Tubuhnya berkeringat dingin. Barusan ia melihat perseteruannya dengan Demeter dalam mimpi.
"Persephone?" tegur Hades untuk yang kesekian kali. Kerut yang mengantarai kedua keningnya sejak mendengar Persephone mengigau kini semakin jelas.
Persephone berbalik, mendapati Hades yang bertelanjang dada sedang memeluk tubuhnya dari belakang. Sejenak Persephone terpegun. Otot perut Hades yang terbentuk sempurna membuat jantungnya berdetak kencang. Persephone tidak menyangka bila di balik baju kebesarannya, Hades menyembunyikan tubuh kekar yang sangat gagah.
"Yang Mulia Hades ke-kenapa tidak mengenakan pakaian?" Persephone bertanya gugup. Matanya diusahakan tidak memandang ke bawah.
"Kau kedinginan. Jadi aku membagi panas tubuhku untukmu." Hades berujar sembari mengelus pipi Persephone, menghilangkan jejak air mata yang membuatnya wajah dewi kecilnya terlihat sembab. "Tapi kau masih terus mengigau, Persephone. Apa kau belum cukup hangat, hm?"
"Ti-tidak begitu, Yang Mulia. Aku sudah cukup hangat." Persephone spontan menggeleng kuat.
Hades tersenyum saja. Ia tidak sedang menguji Persephone kali ini. Hades benar-benar mengkhawatirkan Persephone yang tidak bisa tidur dengan lelap.
"Begitukah, Persephone? Lalu, apa yang membuat tidurmu terganggu?"
Persephone membungkam. Ia memandangi wajah Hades beberapa lama sebelum menggeleng lemah. "Tidak ada. Yang Mulia Hades tidak perlu khawatir."
"Kau tidak bisa berbohong, Persephone." Hades melirik mahkota bunga di kepala Persephone. "Setidaknya padaku."
Persephone menahan napas sejenak kemudian berujar pelan, "Aku bermimpi buruk."
"Mimpi apa itu?" tanya Hades lembut.
Persephone tidak menyahut lagi. Ia tidak menyalahkan Demeter sepenuhnya. Namun, terlahir sebagai dewi minor tanpa kemampuan dasar seperti dewa-dewi Olympia bukan pilihannya. Persephone sadar dan berusaha menerima takdirnya tersebur. Hanya saja, kekangan Demeter semakin lama membuatnya semakin tercekik.
"Kalau kau tidak ingin mengatakannya, bolehkah aku yang menebak?"
"Me-memangnya Yang Mulia Hades tahu?" Persephone tergugu.
Hades mengulum bibir. "Apa kau bermimpi tentang perseteruanmu dengan Demeter di malam itu?"
Air muka Persephone membeku. Ia tidak pernah menceritakan perdebatannya dengan Demeter pada siapa pun. Bahkan pada Artemis. Lantas, mengapa Hades bisa tahu?
"Aku ada di sana malam itu. Di Sisilia." Seakan bisa membaca isi hati Persephone, Hades bertutur lembut.
"Yang Mulia Hades ada di sana?" ulang Persephone tidak percaya. "Tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Aku tidak melihat Yang Mulia Hades malam itu."
"Ya. Sebab aku tidak mengizinkan siapapun melihat diriku."
Melihat Persephone kebingungan, Hades beranjak turun dari tempat tidurnya dan membuka lemari. Persephone yang mengamati dari belakang bisa melihat dengan jelas punggung Hades yang lebar dan kokoh. Kontraksi otot dan gerakan halus dari tulang bahunya membuat Persephone terpana. Hades memang punya pesonanya sendiri.
"Persephone? Kau melamun?"
Suara Hades yang kembali duduk di sebelahnya menyentakkan lamunan Persephone. Ia menepuk pipi dan menggeleng malu. Gawat sekali, ia memikirkan tubuh Hades.
"Ini adalah helm kegelapan. Dibuat oleh para Kiklops sewaktu perang Titan." Hades menunjukkan sebuah helm besi pada Persephone. "Helm ini bisa membuat penggunanya tak kasat mata."
Mata Persephone berbinar takjub. Diamatinya helm baja tersebut dengan penuh kekaguman. Persephone tidak tahu ada benda ajaib seperti itu di dunia.
"Yang Mulia Hades menggunakan helm ini sangat perang besar melawan bangsa Titan?"
"Ya." Hades mengamini. "Aku menggunakan helm ini dan menumbangkan Kronos dari belakang."
"Hebat!" seru Persephone. "Yang Mulia Hades sangat keren!"
"Keren?" Hades mengelus tengkuk. Pujian Persephone tidak berlebihan, tetapi sanjungan tersebut membuatnya jauh lebih bangga, melebihi segala puja dan sembah yang dihaturkan manusia.
"Apa semua orang akan menjadi tak kasat mata bila menggunakan helm ini?"
"Ya. Jika aku menghendakinya."
Persephone mengelus permukaan helm baja di pangkuan Hades. "Bolehkah aku mencobanya?"
"Helm kegelapan sangat berat, Persephone. Aku khawatir ini akan merusak mahkota bungamu." Hades menghela napas. "Tetapi karena kau meminta, aku akan menahannya untukmu."
Persephone tersenyum senang. Dengan berpegangan di kedua pundak Hades, ia memasukkan kepala dan memposisikan mata pada dua celah di bagian depan.
Hades tertawa kecil melihat helm miliknya menenggelamkan wajah Persephone yang celingak-celinguk. Tidak ingin membuat sang dewi kesulitan, Hades melepas helm tersebut dan menaruhnya ke tempat semula.
"Pengap," kata Persephone sambil meraup udara sebanyak mungkin.
Hades kembali ke sisi Persephone dan menepuk kepala sang dewi. Persephone-nya memang punya rasa ingin tahu yang tinggi.
"Yang Mulia Hades," panggil Persephone.
"Ya? Ada apa Dewiku?"
"Apa Yang Mulia Hades lakukan malam itu di Sisilia?"
"Mengunjungimu." Hades menatap Persephone lekat-lekat. "Sejak pertama kali bertemu denganmu hari itu, aku terus memikirkanmu, Persephone. Aku selalu ingin melihatmu. Namun, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku di sini terus-menerus."
Persephone menggigit bibir. Hades ternyata memikirkannya lebih dari yang ia kira.
"Aku menyesal karena datang terlambat sewaktu Typhon menyerang. Kau pasti sangat ketakukan. Sebab itu aku membawamu ke sini. Agar kau selalu aman di sisiku. Aku harap kau bisa mengerti maksudku suatu saat nanti." Hades mengecup singkat dahi Persephone. "Kau tidak perlu merisaukan apapun di sini. Kau adalah dewi yang bisa menumbuhkan bunga dan aku sangat mengagumi itu. Tidak peduli dewi Olympia atau bukan, aku akan selalu mencintaimu. Kau adalah musim semiku. Musim semi bagi dunia bawah, kerajaanku. "
Mata Persephone memburam. Sekarang ia mengerti mengapa hatinya terusik ketika mendengar dewi lain disandingkan dengan Hades. Persephone mulai tersadar bila perasaannya pada Hades telah melampaui zona filantropi. Ia merasa aman di sisi Hades bukan karena bergantung pada raja alam kematian tersebut, melainkan karena Hades membuatnya merasa nyaman dan dicintai.
"Aku mengerti." Persephone mengulas senyum haru. "Yang Mulia Hades, terima kasih telah menerimaku. Aku juga mencintaimu."
"Kau ... bersungguh-sungguh, Persephone?" Hades menarik Persephone ke pangkuannya. Tidak. Ia tidak boleh senang dulu. "Aku tidak memaksamu. Aku bersedia menunggu sampai kau siap."
Persephone mengerjap beberapa kali. Tangannya yang bertumpu pada Hades bisa merasakan denyut di dada kiri raja alam kematian tersebut. "Aku tidak memaksakan diri. Aku benar-benar mencintaimu."
Jantung Hades terasa berhenti berdetak mendengar pengakuan Persephone. Dewi bunga yang ia cintai setengah mati kini membalas perasaannya. Persephone mencintainya. Rasanya Hades ingin menyeret Zeus untuk mengukuhkan hubungan mereka sekarang juga.
"Apa kau bersedia menikah denganku, Persephone?" Hades menautkan jemarinya dengan tangan halus Persephone. "Apa kau bersedia tinggal di sisiku selamanya?"
"Selamanya? Apa itu berarti ia tidak bisa kembali lagi ke bumi?"
Persephone bergeming. Jauh dalam hati, Persephone sesungguhnya merindukan Demeter. Juga Artemis, Apollo, Hermes, dan teman-teman nimfanya yang lain. Namun, Persephone bertekad memilih hidupnya sendiri. Dengan begitu, ia tidak lagi menjadi beban untuk orang lain.
Persephone balas menggenggam tangan Hades. Hades adalah orang pertama yang membuatkan himne untuknya. Hades menyanyikan lagu serta memenuhi segala permintaannya. Berkat Hades pula, manusia menghaturkan puja padanya.
"Yang Mulai Hades." Persephone memandangi mata hitam Hades yang menyorot penuh kasih. Entah karena terlalu terpana atau memang aura Hades yang berbeda, Persephone melihatnya berkali-kali lipat lebih gagah. "Aku bersedia. Aku ingin menikah denganmu. Aku ingin tinggal selamanya di sisimu."
"Oh, Persephone!" Hades mendekap erat Persephone, menghidu aroma tubuhnya yang manis. Sungguh, Hades tidak tahu bagaimana harus meluapkan kebahagiannya selain memeluk Persephone dan menghujaninya dengan kecupan manis berkali-kali.
Persephone menerima tiap belaian tersebut dengan suka cita. Hades membaringkannya, membisikkan kata-kata cinta padanya, kemudian membuainya sampai tertidur kembali.
"Jangan pernah bermimpi buruk lagi, Persephone. Tidurlah dengan nyenyak." Hades mencium pipi Persephone yang mulai terlelap. "Sebab kita akan benar-benar terjaga sampai pagi setelah kita menikah nanti."
💐💐💐
"Jadi, Persephone adalah dewi Olympia dan seharusnya tinggal dengan kita?"
Artemis bertanya pada Apollo dan Hermes dengan mata membola. Menyedihkan sekali. Padahal Persephone sangat kagum pada kemegahan Olympus dan sangat ingin berkunjung ke sana.
"Ayah tidak berbohong," kata Hermes sambil mengunci pintu Aula Dewan. Demeter pergi setelah merapalkan segala macam sumpah serapah pada Zeus, sedang ayahnya meninggalkan ruangan tersebut beberapa saat yang lalu.
"Demeter keterlaluan!" Artemis bersedekap. Ia tahu betapa keras perjuangan Persephone untuk membuat keberadaannya diakui. Tak jarang Artemis menjumpai Persephone tertidur di antara tumpukan preparat kering agar herbariumnya lengkap dan bisa diterbitkan sebagai kitab resmi Olympus.
"Sekarang bagaimana?" Hermes angkat bicara. Matanya tertuju pada Apollo. Dewa yang mengaku memiliki kecerdasan di atas rata-rata itu malah diam sejak tadi. "Kita harus menyelamatkan Persephone!"
"Aku tahu! Aku sedang berpikir!" Apollo menyahut dongkol. "Seperti saranku sebelumnya, bagaimana kalau kita melawan Hades?"
Artemis meringis. "Sudah kubilang itu bukan ide yang bagus, Apollo! Kau tahu siapa Hades. Satu dari tiga penguasa dunia yang pernah bertarung melawan Kronos!"
"Mungkin bisa bila kita meminta bantuan Athena." Hermes berpendapat. "Athena hebat dalam menetapkan strategi perang."
"Tidak bisa! Aku tidak sudi meminta bantuan Athena!" bantah Artemis mengerutkan wajah.
Apollo mendesah. Artemis dan Athena memang bersaing untuk mendapatkan posisi sebagai putri kesayangan Zeus. Atau mungkin, seperti itulah menurut Artemis. Namun, Apollo sangat tahu maksud Hermes mengusulkan Athena. Jelas sekali dewa pembawa pesan itu menghindari Ares.
"Kenapa bukan Ares?" Apollo mengerling Hermes dengan sebelah sudut bibir tertarik. "Ares sangat kuat dalam bertempur."
"Sudah kubilang, Ares itu terlalu bar-bar!" Kali ini Hermes yang berseru sangsi. "Ares punya anger issue dan manajemen emosi yang buruk!"
"Ini persoalan anger issue atau karena kau punya konflik internal dengannya?" sindir Apollo. "Sebagai sesama perusak rumah tangga orang, kalian seharusnya akur-akur saja.
Hermes mendesis kesal. Belum sempat membalas Apollo dengan cemoohan sebagai dewa paling payah perihal cinta, teguran dari pintu yang terbuka membuat perhatian mereka teralihkan.
"Berhenti memulai pertengkaran, Apollo." Dari balik pintu, Athena berjalan dengan tenang, mengantarai Apollo dan Hermes. "Dan kau Hermes, jangan mudah terbawa emosi."
Artemis memutar mata dengan jenuh. Seperti biasa, Athena selalu bersikap sok bijak. Walau harus ia akui, kehadiran Athena cukup membantunya melerai perselisihan Apollo dan Hermes.
"Tidak ada yang bisa melawan Hades." Mengabaikan tilikan tidak suka dari Artemis, Athena berujar serius. "Kalau kalian berpikir dengan bijak, kalian pasti sadar harus berhenti sampai di sini."
"Apa maksudmu?" tukas Artemis tidak senang.
"Serahkan masalah ini pada pihak yang berhak mencampurinya."
Artemis membuang napas. "Athena, kau selalu ingin mengambil alih semua!"
"Sayang sekali, aku tidak berbicara tentang diriku." Athena berujar tanpa menoleh sedikit pun pada Artemis. "Mereka yang kumaksud adalah ayahanda Zeus, Hades, dan Demeter. Kalian tidak perlu ikut campur dan memperkeruh suasana."
"Kami tidak memperkeruh suasana. Kami melakukan ini untuk Persephone." Apollo berdiri di sebelah Artemis, mendukung suadara kembarnya. "Kau lihat sendiri bagaimana ayahanda Zeus mendiamkan masalah ini."
"Seratus persen setuju. Kita tidak pernah tahu bila tidak mencoba."
Suara berat dari tribun membuat semua kepala menoleh ke sumber suara. Di ambang jendela, Ares duduk dengan kedua kaki saling disilangkan. Seringai yang tersungging di wajah Dewa Keganasan Perang tersebut membuat Athena berdecak dalam hati. Ares jelas-jelas ingin mengacau.
"Ares!" Artemis menyeru kaget. Tidak biasanya Ares berkunjung ke Olympus. Setidaknya selama beberapa waktu terakhir. Artemis bahkan tidak menyadari kehadirannya di sana.
"Halo, Artemis yang manis. Selamat atas perayaan kuilmu. Aku yakin kau punya banyak pelayan muda yang cantik di sana." Ares mengedipkan sebelah matanya pada Artemis.
"Terima kasih." Artemis berkacak pinggang. Ares memang pembuat onar, tetapi setidaknya, ia tidak lupa memberikan ucapan selamat padanya. "Tapi jangan coba-coba mengganggu pelayan di kuilku!"
"Tentu saja tidak. Aku tidak mungkin menyentuh orang-orang yang dilindungi oleh putri kesayangan Zeus." Ares sengaja membuat Athena tersinggung. "Jadi, kapan perangnya dimulai?"
"Tidak ada yang akan memulai perang!" Athena berpaling pada Ares dengan tatapan tajam. "Kau yang hanya haus darah tidak ada apa-apanya dibanding Hades."
Ares terhenyak sesaat sebelum tawanya memenuhi ruangan. Ia melompat dari sisi jendela dan berdiri menantang Athena. "Kau selalu angkuh seperti biasa, Athena. Kalau kau cukup berani, kenapa tidak berduel sekarang denganku?"
Athena tersenyum miring. Tujuan Ares dari dulu tidak pernah berubah. Dewa Perang yang beringas itu tidak puas bila belum mengalahkannya. Tipikal anak-anak Hera yang penuh dengan dendam dan amarah.
"Aku bukan tidak ingin mengalahkanmu. Ini hanya belum waktunya." Athena menghadap pada Artemis, Apollo, serta Hermes yang diam seribu bahasa. "Dibanding melawan Hades, mengapa kalian tidak berusaha menghubungi Persephone dan mendengar penjelasannya?"
"Menghubungi Persephone?" Hermes berdeham saat semua mata tertuju padanya, termasuk tatapan Ares. "Persephone ada di Dunia Bawah. Sebagai pengantar arwah, aku bahkan hanya bisa mencapai gerbang utama."
"Bukan sebagai pengantar arwah, tetapi sebagai pembawa pesan."
"Tidak! Itu terlalu berbahaya. Bila Hermes ketahuan punya niat lain, dia bisa mendapat hukuman." Apollo yang terang-terang mengkhawatirkan Hermes langsung mengalihkan pembicaraan. "Lagi pula semua sudah jelas. Kenapa kita harus meminta penjelasan dari Persephone? Hades jelas-jelas menculiknya!"
"Ayahanda Zeus melindungi Persephone. Tidak mungkin dia membiarkannya tersiksa." Athena mendesah, berusaha menyabarkan diri. Athena tahu alasan di balik rencana Zeus dan Hera, tetapi ia tidak berhak ikut campur. Apalagi membeberkannya. "Setelah mengetahui rahasia yang disembunyikan oleh Demeter, apa kalian belum paham juga?"
"Maaf menyela, Athena." Hermes berdeham tidak enak. "Maksudmu, Persephone tidak keberatan tinggal di Dunia Bawah?"
"Aku tidak mengetahui segala hal, Hermes. Sebab itu aku menyarankan padamu untuk memastikan hal tersebut."
"Tunggu dulu!" potong Artemis. "Mau Persephone keberatan atau tidak, ini tetap tidak bisa terjadi! Persephone tidak bisa tinggal bersama Hades!"
"Kenapa tidak?"
"Karena Hades adalah raja alam kematian yang menyeramkan!" Artemis menyilangkan tangan di depan dada.
"Jaga ucapanmu, Artemis. Hades adalah penguasa Dunia Bawah yang harus kita hormati. Kalau perlu kuingatkan, dia bahkan tidak pernah terlibat dalam konflik para dewa." Athena menyoroti Artemis yang masih tampak tidak terima. "Lagi pula, bukankah kau mengundang Persephone ke perayaan kuilmu untuk mencarikan pasangan untuknya, agar kau terbebas dari desakan ibunda Hera untuk menikah?"
Tudingan Athena membuat Artemis meneguk ludah. Belum lagi Apollo dan Hermes yang kompak menoleh, seolah meminta penjelasan.
"Aku tidak mengatakan ini untuk membuat kalian bertengkar. Namun, ini adalah cara terbaik untuk mengungkap kebenaran." Athena memutar badan menghadap Hermes. "Hermes yang cerdik, kau bisa menemui Persephone selagi menjalankan tugasmu sebagai pengantar arwah."
"Akan kupertimbangkan," balas Hermes sigap.
"Apollo yang mahatahu, aku mengerti kau memikirkan Persephone. Namun, kau terlalu gegabah sampai tugasmu sebagai seorang dewa pelindung nimfa."
Terakhir, Athena berhadapan dengah Artemis.
"Artemis yang pemberani, kau boleh tidak senang sebab aku tidak sempat mengucapkan selamat atas perayaanmu. Sebagai gantinya, aku berikan peringatan bila ada pemberontak yang berniat membakar kuilmu di bumi. Kau harus melindungi para gadis yang memujamu di sana."
Artemis, Apollo, dan Hermes serempak terdiam. Masing-masing membenarkan Athena dalam hati. Dimulai dari Hermes, mereka kemudian meninggalkan Aula Dewan untuk menjalankan tugas dewata masing-masing. Tinggal Athena dan Ares di sana.
"Kau suka mengatur seperti biasanya," celetuk Ares.
"Aku mengatur mereka karena peduli."
"Oh, ya?" Ares tertawa datar. "Kalau begitu, kau tidak bisa atau tidak senang mengaturku?"
Athena mendengkus. "Bukankah kau yang tidak senang diatur?"
"Begitu kah? Ya, tetapi apapun itu, aku tahu kau selalu tidak peduli dan meremehkanku. Sama seperti Zeus. Aku bahkan tidak sudi memanggilnya ayah." Ares mengangkat bahu dan berjalan ke luar ruangan. "Lihat saja. Suatu saat nanti, aku akan mengalahkanmu, Athena."
"Hades punya bala tentara di Dunia Bawah. Dia menguasai dan mengendalikan kematian. Thanatos dan Ker tunduk padanya."
Ucapan Athena menahan langkah Ares yang hampir mencapai pintu.
"Sebagai Dewa Keganasan Perang yang menghendaki pertumpahan darah dan kematian, kau pikir bisa mengalahkan Hades semudah itu?" Athena mengambil langkah menuju pintu yang berseberangan. "Aku mencegahmu melawan Hades agar kau tidak mati konyol. Bila kau cukup pintar untuk menalar, aku yakin kau akan menarik kata-katamu beberapa detik yang lalu.
💐💐💐
Selagi dewa-dewi bersitegang dengan kepentingannya masing-masing, jauh di muka bumi para manusia sedang merisaukan bibit yang mereka tanam. Bukannya berkecambah, benih yang mereka tanam justru menjadi kering dan layu.
"Bagaimana ini? Semakin hari, tanah semakin kering. Tanaman kita bisa mati kekurangan unsur hara."
"Ini tidak bisa dibiarkan. Bila tidak ada tanaman yang tumbuh, kita akan menderita kelaparan!"
"Di festival panen waktu itu, angin tiba-tiba bertiup kencang dan menjatuhkan semua persembahan. Apa benar dewi Demeter tidak lagi mendengar doa kita?"
Seorang pendeta kuil muncul di antara kerumuman orang yang meratapi lahan kering mereka. Festival panen telah dilangsungkan sesuai ritus dan Demeter memberi mereka ilham untuk bercocok tanam di musim berikutnya.
Setelah panen selesai, para petani dan pekerja kebun telah menjalankan tata cara yang diajarkan oleh Demeter untuk menanam bibit agar bisa tumbuh subur dan berbuah lebat. Namun sekarang, Dewi Bumi itu sama sekali tidak mendengar doa dan keluh kesah mereka.
"Tidak ada cara lain lagi. Bila Demeter tidak ingin lagi mengurus bumi, kita harus menyembah dan membangkitkan Gaia."
🔱🔱🔱
TBC
.
.
.
📜Author Notes📜
Dear Readers, yang belum follow jangan lupa difollow, ya ❤❤❤
Anyway, di cerita Spring For Hades ini kita akan banyak menyaksikan keterlibatan dewa-dewi yang lain terutama Olympia, bukan seputar hubungan Hades dan Persephone saja. Kuharap kalian suka. Aku berencana membuat ilustrasi tokohnya satu per satu kalau ada waktu. (Tamat dulu deh, wkwkwk)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro