14. Hymn of Eve 💐
🔱Καλή ανάγνωση🔱
Kurang beberapa inci lagi bibir mereka bertemu. Persephone menutup mata ketika pangkal hidung Hades menyentuh pipinya, membagi uap napas yang hangat. Sementara itu, Hades mulai memiringkan kepala, mencari sudut yang pas untuk menyambut labium semerah delima yang semakin membangkitkan nalurinya untuk membagi hasrat kepada sang ratu tercinta.
"Aku harus bagaimana!" Persephone berteriak dalam hati. Persephone tidak pernah melakukan hal tersebut sebelumnya. Artemis pernah menyinggung Aphrodite yang menyebut sentuhan seksual sebagai cara untuk mengekspresikan cinta, tetapi seperti apa cara melakukannya, Persephone benar-benar tidak tahu. Bagaimana bila dirinya melakukan kesalahan dan membuat Hades murka?
Ketika Persephone dilanda rasa gugup bercampur cemas, gerakan Hades tiba-tiba terhenti. Persephone mencoba mengintip lewat sebelah matanya dan mendapati Hades berdecak dengan kening tertekuk.
"Manusia tidak tahu diri!" umpat Hades kesal. "Bisa-bisanya mereka membuat permohonan di saat-saat penting begini!"
"Permohonan?"ulang Persephone dalam hati. Meski tidak begitu mengerti, Dewi Musim Semi tersebut merasa lega sebab aktivitas mereka terjeda. Paling tidak, ada sedikit waktu baginya untuk mempersiapkan diri.
"Persephone," panggil Hades lembut. Punggung tanganya yang kekar menyapu pipi Persephone. Hades tidak berniat memaksa Persephone untuk melayaninya, sungguh. Hades hanya ingin menyalurkan sekelumit hasrat dengan menikmati lembutnya bibir Persephone, tetapi manusia-manusia yang digentayangi arwah penasaran terus menyerukan namanya.
"I-iya, Yang Mulia?" Persephone tergagap.
"Manusia memanjatkan pemohonan. Aku harus ke ruang kerja sebentar untuk memeriksa permintaan mereka."
Hades membelai rahang indah Persephone yang terasa rapuh di tangan kekarnya. Hades tidak bermaksud menomorduakan Persephone. Hanya saja, ia tidak ingin manusia berpaling memanjatkan doa jalur langit dan mengusik Zeus. Bisa-bisa saudaranya yang hobi selingkuh itu mencabut restu atas Persephone. Hades sungguh malas menantang Zeus, tetapi bila menyangkut istrinya, ia tidak akan segan. Persephone dan Dunia Bawah mutlak miliknya.
Persephone mengangguk pelan. Namun, bola matanya melebar saat Hades mengambil ancang-ancang untuk beranjak dari tempat tidur mereka. Persephone tidak ingin ditinggal sendirian di kamar suram yang menyeramkan tersebut. Apalagi harus berbaring seorang diri di ranjang yang disanggah oleh rangka tulang manusia.
"Yang Mulia ...." Persephone menarik ujung pakaian Hades. Netra birunya menatap Hades penuh harap. Rasa takut membuat Persephone lupa pada rasa kantuk yang menderanya beberapa saat lalu. "Bo-bolehkah aku ikut? Aku janji tidak akan mengganggu."
"Kau tidak ingin ditinggalkan barang sebentar, ya." Hades tersenyum percaya diri. "Tentu saja boleh. Kemarilah, ratuku!"
Hades mengulurkan tangan kepada Persephone, membantu sang dewi turun dari tempat tidur. Ketika Persephone terkinjat di depan tangga yang berhias ulir kranium, ia membungkukkan badan sedikit dan menggendong ratunya.
Persephone memeluk leher Hades dan menatap ke sekeliling kastel. Dindingnya tersusun dari bebatuan hitam dengan jendela raksasa menjulang tinggi hingga mencapai beberapa lantai.
Di beberapa sudut ruangan, mata Persephone menangkap tumpukan tengkorak pucat yang menyeringai. Gigi depannya berderet tak utuh, menyisakan kisi. Ruas tersebut tanggal dan kemungkinan besar tercecer di suatu tempat. Persephone tidak peduli di mana, tetapi ia berharap tidak di sepanjang jalan yang mereka lalui menuju ruang kerja Hades.
"Labirin dan tangga di sini bergerak." Suara Hades memantul ketika mereka melalui lorong kecil yang diterangi oleh obor kayu.
Persephone menengok ke depan, mendapati bayang-bayang mereka yang sesekali membentuk riak mengikuti gerakan lidah api. Penerangan yang remang-remang membuat labirin tersebut tampak tidak berujung.
"Kenapa begitu?" Persephone mengerjap waspada ketika mereka mencapi tepi tangga yang bergerak menyesuaikan arah untuk mengambil rute tercepat menuju ruang kerja Hades.
"Sistem keamanan untuk mencegah penyusup," jawab Hades seraya mengeratkan pelukan pada pinggang ramping Persephone begitu mereka menuruni tangga. "Namun karena sekarang aku punya ratu di sini, pengamanan sepertinya harus diperketat lagi."
Persephone menahan diri untuk tidak meringis. Saran Hades untuk beradaptasi dengan Dunia Bawah berguna baginya untuk bisa menemukan jalan keluar sewaktu-waktu, tetapi tata ruang istana itu saja sudah cukup untuk membuatnya kesulitan.
"Tangganya berubah arah lagi!" jerit Persephone dalam hati sambil memandang ngeri ke bawah. Ia mendongak pada Hades yang melangkah tenang dengan tatapan lurus ke depan. Raja Dunia Bawah tersebut jelas sudah terbiasa dengan kontruksi istananya.
Anak tangga terakhir selanjutnya mengantarkan Persephone dan Hades ke aula di tengah istana, hall besar yang menjadi ruang kerja Hades sekaligus tempatnya menerima tamu.
Persephone terbeliak seketika. Ruangan tersebut memiliki nuansa hangat, tanpa aroma lembab dan basah seperti ceruk yang membentuk dunia bawah. Plafonnya berbentuk kubah yang terhubung dengan langit-langit Dunia Bawah. Menurut keterangan singkat dari Hades, manusia mengirimkan persembahan dari sana.
Persephone belum sepenuhnya mengerti tentang "persembahan manusia" sampai Hades menanjaki tribun di pusat aula dan berjalan menuju sebuah singgasana. Tetasan darah mengalir dari langit-langit di atasnya melalui celah rekahan tanah kemudian perlahan membentuk sebuah simbol dwisula.
"Itu adalah darah hewan yang dipersembahkan manusia." Hades menarik Persephone agar duduk dengan benar di pangkuannya. Ia memejamkan mata, mendengar ketukan tanah sebanyak tiga kali dilanjutkan dengan sebuah himne. Hades menajamkan telinga untuk memastikan tiap bait pemujaan untuknya tidak ada yang keliru. Salah pelafalan sedikit saja, persembahan tidak akan ia terima.
To Pluton, Hades the Great God of Underworld ....
Plouton, magmanimous,
whose realm profound are fixed beneath the firm and solid ground, in the Tartareanplains remote from sight, and wrapt for ever in the depth of night.
Zeus of the Underworld, thy sacret ear incline, and please accept these sacret rites divine. Earth's keys to thee, illustrious king, belong, its secret gates unlocking, deep and strong.
Hades mengangguk, membenarkan dua bait pertama dari himnenya. Syarat paling utama dari pemujaan bagi para dewa adalah mengukuhkan eksinstensi dan kedaulatan mereka, baru kemudian dilanjutkan dengan persembahan dan permohonan.
'Tis thine abundant annual fruit to bear,
for needy mortals are thy constant care.
To thee, great kings, all sovereign earth assigned, the seat of Gods and basis of mankind.
Thy throne is fixed in Haides' dismal plains, distant, unknown to the rest, where darkness reigns; where, destitute of breath, pale spectres dwell, in endless, dire, inexorable hell.
Hades menghidu udara dalam-dalam, merasakan kekuatan mengisi tubuhnya. Persephone yang melihat itu jadi penasaran sendiri. Dengan kedua tangan bertumpu di pundak Hades, ia mencondongkan badan ke telinga sang raja Dunia Bawah, berharap bisa ikut mendengar himne yang dilantunkan manusia.
And in dread Akheron, whose depths obscure, earth's stable roots eternally secure. O mighty Daimon, whose decision dread, the future fate determines of the dead.
Himne selesai dan Hades membuka mata. Persephone yang masih berusaha menguping di telinga Hades tersentak. Hades pun demikian. Mata mereka sempat beradu pandang dalam keterkejutan. Pada jarak yang sangat dekat sesaat sebelum Persephone menjauhkan diri, Hades bisa membau wangi rambutnya.
"Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak bermaksud berbuat yang tidak sopan." Persephone menelengkan kepala. "Aku ... aku hanya ingin mendengar himne dari manusia."
"Mendengar himne dari manusia di telingaku?" Hades melipat bibir, menahan geli yang menggelitik hatinya. Persephone memang terlalu menggemaskan.
"Apa kau tidak pernah menerima doa dari manusia sebelumnya, Dewiku?" Hades mengusap kepala Persephone.
"Belum pernah," jawab Persephone lirih. Manusia tidak pernah menyebut namanya dalam ritual. Mereka hanya memanggilnya dengan kata ganti "gadis muda". Manusia tahu keberadaannya, tetapi tidak pernah benar-benar mencari dan membutuhkannya. "Karena itu aku lemah dan tidak bisa membuat kutukan."
"Kau tidak lemah, Persephone. Kau hanya terlalu lembut untuk menyakiti orang lain." Hades menggengam tangan Persephone.
Persephone mengigit bibir dengan mata berkaca. Ucapan Hades membuatnya tersentuh. Hades yang melihat itu menghela napas lalu menyentuh ujung hidung Persephone. Dewi kecilnya masih terlalu muda dan perlu diperlakukan dengan hati-hati.
"Apa kau ingin mendengar namamu dalam doa manusia?"
"Yang Mulia Hades ...." Persephone mengejap berulang kali. "A-apakah itu bisa?"
"Tidak ada yang tidak bisa bagi ratuku." Hades mengecup kelopak mata Persephone lalu tersenyum samar kepada dewi kecilnya. Hades tidak pernah tertarik membangun interaksi sosial. Bahkan kepada sesama saudaranya, ia enggan berbagi otoritas. Namun, Persephone lain cerita. Hades bersedia menghabiskan eksistensi dengannya tanpa ragu.
"Mulai sekarang kau berhak mengubah himne. Oneiroi akan menyampaikan revisinya kepada pendeta di kuil lewat mimpi. Persembahan yang tidak menyebut namamu tidak akan diterima." Hades mempertimbangkan sejenak. "Atau haruskah persembahan barusan kita tolak?"
"Tidak perlu. Aku butuh waktu untuk memikirkan kalimat pemujaan." Persephone menunduk malu. "Tapi bolehkah aku mendengar himne untukmu sebelumnya?"
"Kau sungguh-sungguh menginginkannya?" Hades terkekeh. "Himne hanya bisa didengar lewat hati, Persephone."
"Begitukah?" Persephone spontan merapatkan telinga ke dada Hades. Sesaat kemudian ia mendongak kembali. "Tidak kedengaran apa-apa."
Hades berusaha menahan tawa, tetapi geli di hatinya semakin menjadi melihat Persephone merengut kebingungan. Maka untuk pertama kali dalam hidupnya, sang penguasa alam kematian tertawa keras. Terlalu keras sampai mengejutkan Thanatos bersaudara yang saling berdebat di halaman istana.
"Yang Mulia!" Persephone menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangan. Ia salah memahami maksud Hades.
Masih dengan terkekeh, Hades meraih Persephone kembali dalam pelukannya. Ia mengeluarkan secarik kertas dan pena bulu dari dalam laci lalu menyerahkannya pada Persephone untuk merangkai himne pemujaan, sedang dirinya menanggapi permintaan manusia.
Hades sesekali melirik Persephone yang sibuk menulis. Kadang kala dewa kecilnya itu berhenti untuk berpikir sambil mengetuk dagu. Saat tatapan mereka kebetulan bertemu, Persephone akan buru-buru menyibukkan diri dengan tulisannya sementara Hades harus bersusah payah mengembalikan fokus pada pekerjaannya.
Begitu urusan Hades selesai, sang penguasa alam kematian tersebut mendapati Persephone jatuh tertidur di atas lembaran kertas yang penuh dengan coretan. Hati Hades berdesir dibuatnya. Ia lekas menggendong Persephone yang kelelahan kembali ke kamar.
Hades membaringkan Persephone dengan sangat pelan kemudian membelai wajah halus dewi musim semi tersebut. Dengan gerak lambat mengikuti naluri, Hades lalu melabuhkan ciuman di bibir Persephone, menikmati rasa manis nektar dan harum aroma bunga yang memabukkan.
Ketika Persephone melenguh dalam tidurnya, Hades pun dengan besar hati melepas pagutan bibir mereka. Ia mendekap sang ratu yang kedinginan sambil membisikkan kata-kata cinta pengantar tidur. Manusia boleh mengabaikan kehadiran Persephone. Namun, Hades berjanji akan menjadi orang pertama yang memuja dan melantunkan himne untuk ratunya tercinta.
🔱🔱🔱
TBC
📜Author Notes📜
Orphic Hymns to Hades
Himne untuk Hades dalam cerita ini bersumber dari himne orfik, yaitu kumpulan sajak dan puisi klasik yang dibuat atas nama Orfeus, seorang penyair dan pemusik handal.
Himne tersebut masih ada lanjutannya, tetapi di cerita ini terbagi dua. Versi lengkap nanti setelah Persephone mengubah himnenya atas izin Hades.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro