Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Welcome Party 💐

🔱Καλή ανάγνωση🔱

"Singgasana dari tengkorak manusia."

"Siap!"

"Rumput berduri."

"Siap!

"Tanaman beracun."

"Siap!"

"Darah manusia."

"Siap!

Pelataran istana Hades ramai oleh dewa dan dewi yang sedang mempersiapkan acara penyambutan ratu. Para Ker mengecek ulang semua perlengkapan agar tidak kurang suatu apapun, sementara Erinyes sedang mengawasi pekerjaan para nimfa yang menggantung lentera. Adapun Hypnos dan Moros bertugas memperkuat barier pertahanan dunia bawah dengan kabut gelap untuk mencegah pengganggu masuk dan merusak acara.

Minos, Radamanthus, dan Aeacus sesekali mencuri pandang dari mimbar tempat mereka menjatuhkan putusan pada arwah. Berhubung penyeberangan sungai Akheron ditutup, mereka memiliki waktu senggang untuk turut membagi perhatian pada kepanitiaan yang digelar Thanatos bersaudara tersebut.

"Minos, menurutmu acara ini akan berjalan dengan lancar?" Radamanthus berbisik pada Minos, takut kedengaran oleh Ker. Dewi kematian yang kejam itu memang tidak mungkin membuatnya mati–untuk kedua kali, tetapi mengacaukan suasana hati mereka sama dengan merusak agenda besar penghuni Dunia Bawah untuk menyambut seorang ratu.

"Entahlah." Minos menggeleng tidak tahu, tetapi hela napasnya bernada antipati. Sejujurnya ia pun memikirkan kekhawatiran yang sama. Dewa-dewi Dunia Bawah adalah para penggiat karir yang tidak pernah menggelar pesta barang sekali.

Berbeda dengan Olympus yang sering mengadakan perjamuan, Underworld tidak dibuka untuk umum. Terbuka sekali pun, tidak akan ada yang datang. Siapa juga yang dengan akal sehat ingin melangkahkan kakinya ke lubang neraka?

"Bukankah ada yang kurang di sini?" Aeacus angkat bicara, mencoba menggali ingatannya sewaktu masih berwujud manusia fana dan memimpin sebuah kerajaan di pulau Aigina. "Apa kalian mengingat sesuatu? Semisal acara penerimaan tamu agung kerajaan?"

Minos mengelus dagu dan berpikir keras sampai pelipisnya berdenyut meninggalkan jejak urat. Ini sedikit sulit bagi Minos. Zaman pemerintahannya di Kreta berlangsung pada masa neolitikum. Belum lagi memori mereka yang dikaburkan sebelum menjadi hakim agar hubungan sanak-saudara dengan para arwah tidak mempengaruhi keputusan sidang. Radamanthus yang memerintah Kreta sebelum Minos pun hanya bisa mengangkat bahu dengan pasrah.

Ketiga hakim tersebut kemudian larut dalam ingatan masing-masing, bola matanya sesekali bergulir memandangi Ker dan Erinyes yang memerintahkan para nimfa untuk mendekorasi halaman istana dengan rumput berduri dan tanaman beracun. Sekian detik berlalu diisi oleh suara ketukan pena Radamanthus, sebelum mereka saling membagi pandangan dan kompak berseru.

"Persembahan!"

Membenarkan argumen satu sama lain, Minos, Radamanthus, dan Aeacus selanjutnya berdiri. Ketiganya meninggalkan mimbar untuk menghampir para Ker dan Erinyes.

"Bagaimana persiapannya?" Minos memulai pembicaraan. Sebagai hakim yang bijaksana, ia paham bila dewi kematian dan dewi angkara murka di hadapannya tidak senang bila langsung diinterupsi. "Apa kalian mengalami kendala?"

Ker yang sibuk mengatari ruangan dengan peraksi dari ekstrak darah manusia kompak menghentikan kegiatan mereka. "Seperti yang kalian lihat," katanya pongah, "semua berjalan lancar."

Tiga hakim dunia bawah yang menghirup aroma khas karat besi lantas menahan mual, berbeda dengan Ker yang justru menikmati bau darah tersebut. Bagaimana pun, mereka pernah menjadi manusia dan bau metalik tersebut terasa mengganggu.

"Baguslah. Kalian telah bekerja keras," tambah Radamanthus yang berusaha menguasai diri. "Tetapi bila kami boleh menyarankan, ada sesuatu yang kurang dari acara penyambutan ini."

"Sesuatu yang kurang?" Alecto berbalik, diikuti Megaera dan Tisiphone. Ketiga Erinyes itu kelihatan tersinggung.

"Secara teknis." Aeacus berbatuk kecil. "Acara penyambutan harus diisi dengan persembahan."

"Persembahan?" Ker dan Erinyes menyahut bersamaan. "Apa semacam korban perang? Atau roh yang disiksa berulang kali?"

"Bukan!" Ketiga hakim sontak menepuk dahi. "Maksud kami persembahan untuk mengisi acara."

"Misalnya?"

"Nyanyian," jawab Minos.

Para Ker mengorbitkan bola matanya yang hitam penuh. "Nyanyian kematian?"

"Kalau bisa selain itu," ringis Minos kemudian mengusulkan ide lain. "Tarian juga bisa."

Para Ker kembali merenung lalu menjentikkan jari. "Tarian kematian?"

"Bisa tidak kalian tidak menyangkutkan semua hal dengan kematian?" Aeacus mulai frustrasi.

"Tidak." Ker mendecakkan lidah dan berkacak pinggang. Satu di antara mereka berujar. "Bagaimana dengan pertunjukan? Kami bisa menampilkan ritual."

"Ritual kematian?" terka Radamanthus ragu dan dibalas dengan anggukan semangat oleh dewi kematian tersebut.

Radamanthus mengumpat dalam hati lalu berbisik dan Minos dan Aeacus. Ketiganya sempat berdebat kecil sampai akhirnya memutuskan untuk setuju. Ya, ritual kematian pun tidak mengapa. Daripada tidak ada sama sekali.

"Lalu siapa yang akan bernyanyi?" Satu orang Ker kembali berseru. "Bagaimana bila kalian saja? Masalahnya nyanyian Hypnos bisa membuat orang tidur dan suara Moros bisa mendatangkan malapetaka," tawarnya pada Megaera, Alecto, dan Tisiphone.

"Kami tidak pernah bernyanyi, tetapi boleh dicoba." Alecto yang berada di tengah menyikut kedua saudaranya. "Suara Megaera bisa membuat orang gila, kurasa dia menjadi penyanyi latar saja. Bagaimana?"

Tisiphone dan Meagera hanya melenggut kecil pertanda setuju. Ketiga Erinyes tersebut lalu berdeham untuk memulai tes vokal.

Ker tampak antusias, sementara para hakim bersiap-siap menutup telinga. Desah napas yang diembuskan dengan kasar terdengar dari dewi angkara murka yang mulai bernyanyi. Suaranya yang melengking sampai melampaui tangga nada tertinggi, tetapi nyaris terdengar tanpa irama.

Gema yang mengakibatkan lampion bergoyang membuat tiga hakim dunia bawah mulai berpikir bila suara Hypnos mungkin tidak lebih buruk. Namun, para Ker justru berkebalikan. Mereka malah bertepuk tangan meriah.

"Yang barusan itu mengerikan dan luar biasa!" puji Ker pada Erinyes yang baru selesai bernyanyi.

Alecto, Megaera, dan Tisiphone pun menyeringai senang mendengar sanjungan tersebut. Tinggal ketiga hakim yang memandang dua makhluk di hadapannya dengan rahang terbuka lebar. Entah sejak kapan Ker dan Erinyes bisa begitu kompak. Pengaruh calon ratu mereka memang sangat kuat. Bahkan belum bertakhta, eksistensinya sudah bisa menyatukan dewa-dewi dunia bawah.

"Gawat! Ini Gawat!"

Sebuah teriakan terdengar dari balik kabut, bersamaan dengan munculnya Thanatos yang megap-megap. Saudara kembar dari Ker itu baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai pencabut nyawa setelah mendampingi Hades melawan Typhon di Sisilia.

"Thanatos, untung kau sudah datang!" Para Ker menyambut Thanatos dengan lega. "Kau harus lihat persembahan yang akan kami tampilkan!"

"Tunggu dulu, kalian tidak mengerti!" Thanatos menahan kedua tangannya di depan badan. "Masalahnya, ratu dunia bawah adalah seorang dewi–"

Bunyi berderit gerbang yang terbuka menyela perkataan Thanatos.

"Sang ratu telah tiba!" Ketiga hakim Dunia Bawah bersorak.

Mengabaikan Thanatos, para Ker kompak melesat terbang ke udara. Sementara itu, Erinyes sibuk mengatur tempat untuk memulai paduan suara.

Singgasana dari tengkorak, rumput berduri, tanaman beracun, dan aroma darah manusia. Thanatos melihat ke sekeliling degan panik, sementara di ambang pintu gerbang kerajaan telah berdiri Hades dan Persephone.

Sungguh! Thanatos merasa ingin mencabut nyawanya sendiri sekarang juga!

💐💐💐

Tangisan arwah berganti menjadi jeritan menyayat hati ketika pintu gerbang di belakang Persephone menutup. Erangan pilu yang lamat-lamat terdengar dari Tartaros membuatnya menggeriap ngeri. Tanpa sadar, dewi musim semi tersebut mengamit lengan Hades erat-erat.

Hades menyadari itu dan segera melepas tangan Persephone, tetapi berbalik merangkum tubuh mungil sang ratu yang gemetar. Persephone yang sempat dilanda khawatir ketika Hades melepas pegangannya refleks memeluk raja dunia bawah tersebut. Terlintas dipikirannya saat mengecam Hades dengan hukuman penjara Tartaros ketika mereka bertemu untuk pertama kali.

"Yang Mulia Hades ... kau benar-benar tidak ingin membawaku ke Tartaros, kan?"

"Aku lebih senang membawamu ke istanaku, Persephone," jawab Hades.

Persephone menghela napas, tidak lagi ingin bersuara. Tampak di pandangannya dinding-dinding batu yang menyerkup wilayah kerajaan Hades, membuat dewi kecil tersebut bertanya-tanya bagaimana cara untuk keluar dari sana.

"Apa kau lelah?" tanya Hades saat langkah Persephone dirasanya melambat.

Persephone yang memperhatikan sekeliling menggeleng kecil lalu kembali fokus ke depan. Sedang Hades terus menuntun sang ratu menuju istana kebanggaannya. Hades tidak sabar menunjukkan rumah baru mereka kepada Persephone.

Di sepanjang jalan, bau darah yang tercium samar-samar membuat Persephone tercekat. Matanya terbeliak begitu menyaksikan istana megah Hades yang menjulang. Jauh berbeda dengan istana Olympus dalam lukisan Apollo, dinding kastel tersebut terbuat dari pualam hitam dengan stuktur bangunan sempit dan memanjang. Tingkap terbuka yang bersusun di setiap sisinya menyinarkan cahaya temaram. Persephone jadi mengira-ngira seperti apa keadaan di dalam istana tersebut.

Belum pulih Persephone dari rasa terkejut, bau darah yang semakin kental menyengat hidungnya tatkala Hades mengarahkan jalan ke sebuah anak tangga menuju halaman utama istana. Tiga orang pria yang berdiri di atas mimbar menundukkan kepala dalam-dalam ke arah mereka, tetapi Persephone terlalu kalut untuk membalas. Tatap matanya tertuju pada relief istana yang terbuat dari ....

Tulang belulang manusia! Persephone terperangah. Dari jarak dekat, ia bisa melihat profil istana yang terbuat dari timbunan kerangka manusia. Persephone hendak menoleh pada Hades, tetapi suara derik saat kakinya bertumpu di pertengahan anak tangga membuat dewi bunga tersebut menundukkan kepala dengan gerakan kaku. Persephone tahu bila sesuatu yang dipijaki kakinya sekarang adalah sesuatu yang sama dengan yang baru dilihatnya di dinding istana.

"Tu-tulang ...." Pupil mata Persephone bergetar. Tubuhnya menggigil hebat ketika mendapati anak tangga di bawahnya terbuat dari jalinan tulang kering dan tulang hasta.

Spontan Persephone memekik. Ia meloncat-loncat di tempat hingga hampir tergelincir bila Hades tidak sigap menahan punggungnya.

"Tidak apa-apa, Persephone. Aku di sini." Hades menyapu wajah Persephone yang mendadak dingin. Ia mengangkat tubuh Persephone dan menggendong ratunya hingga sampai di halaman istana.

Persephone beringsut turun ketika menyadari tulang-belukang menyeramkan tadi berganti menjadi lantai marmer yang indah. Namun, sesaat kemudian dewi bunga tersebut kembali dibuat tercengang setengah mati begitu segerombolan wanita dengan kuku dan taring tajam berputar mengelilinginya. Mereka melesat terbang bergantian, menciptakan pusaran hitam yang menabrak lentera hingga jatuh dan padam.

Seakan belum cukup membuatnya jantungan, tiga orang dewi berambut ular tiba-tiba muncul di hadapan Persephone. Sebelah matanya menitikkan darah. Mereka bernyanyi dengan suara cempreng diselingi desisan ular.

"Cukup! Apa yang kalian lakukan!" Hades mengahalau gusar para bawahannya yang bertindak sembarangan dan berusaha menenangkan Persephone. Namun, dewi musim semi itu sudah terlanjur syok.

"Ti-tidak! Aku tidak mau tinggal di sini!" Persephone menutup mata dan telinga lalu bergerak mundur, tetapi sekumpulan rumput berduri dan tanaman beracun mencegat langkahnya.

Persephone memutar badan dengan panik. Ia berada di tengah pelataran istana sekarang, tepat di depan sebuah singgasana dari tempurung kepala. Bunyi kertak terdengar dari penyangga bagian bawahnya sebelum kursi tengkorak tersebut hancur bercerai-berai.

Persephone yang merasa sesak oleh bau darah semakin tersengal ketika salah-satu batok kepala bergelinding dan berhenti tepat di dekat kakinya dengan rahang terbuka.

"Te-tengkorak!" Dalam satu tarikan napas, Persephone menjerit kuat dan jatuh pingsan di pelukan Hades.

🔱🔱🔱
TBC

📜Author Note📜

Dear, Readers. Aku cuma mau menyampaikan kalau cerita ini bagian dari subgenre fiksi mitis. Artinya cerita yang terinspirasi atau bersumber cerita mitos, legenda, dan dogeng.

Seperti kisah retelling pada umumnya, retelling Hades & Persephone ini punya pengembangan cerita dan improvisasi tersendiri. Apa pun itu, kuharap kalian tetap suka dengan jalan cerita yang kubuat ini. Jangan ragu beri kritik dan saran, ya.

Btw, Hades akan mengamuk! Selamatkan diri kalian! 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro