Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6

Setelah selesai merenung entah berapa lama, Annasya pun memberanikan diri untuk keluar dari bilik kamar mandi.

Farhat sedang menunggu Annasya dengan tangan terlipat dan punggung yang disandarkan pada tembok. Matanya terus menerus menatap ke-arah Annasya yang membuat perempuan itu merasa tidak nyaman.

"Farhat."

"Hm?"

"Aku pulang ya?"

Farhat mengerutkan keningnya, "Kalau ini masalah yang tadi, Aku udah jelasin kan?"

Annasya menggigit bibirnya mendengar pertanyaan dari Farhat yang terdengar tersinggung. "Maaf, tapi boleh aku pulang? Ini juga udah malam."

Annasya kembali diam dan menunggu Farhat. Ia terus-menerus menunduk dan mengarahkan pandangannya ke-arah sepatunya yang ia ketuk-ketukkan karena gugup.

"Yaudah. Aku antar ya."

Saat itu Annasya sangat berterima kasih kepada Tuhan yang mendengarkan Doa-nya. Suasana di acara tersebut yang makin lama kian ramai membuat Annasya tidak nyaman dan fakta bahwa Farhat memperkenalkan dirinya sebagai 'pacar' kepada banyak orang menambah beban pikirannya.

Selama perjalanan, tidak ada yang angkat bicara. Karena biasanya Annasya-lah yang selalu mengangkat topik pembicaraan. Namun, suasana ini tidak memungkinkan untuk salah satu diantara mereka berbicara.

Namun tiba-tiba Farhat berbicara, "Maaf udah buat kamu gak nyaman." Ucapnya.

Annasya yang mendengarnya hanya mengangguk kecil dan berkata, "Tidak apa."

Mobil itu pun sampai ke depan kediaman Annasya. Sebelum Annasya sempat membuka pintunya, Farhat terlebih dahulu membukakan untuknya.

Annasya pun mengucapkan terimakasih dan pamit untuk masuk ke dalam rumahnya, "Annasya." Panggil Farhat.

Annasya menoleh, "Ya?"

"Titipkan salamku untuk orangtua mu."

Annasya tersenyum kecil, "Mereka sedang tidak dirumah. Nanti kalau mereka pulang aku sampaikan."

"Baiklah, hati-hati."

Annasya tertawa kecil dengan penuturan Farhat yang terdengar aneh, "Kamu yang hati-hati, aku beberapa langkah lagi masuk rumah kok."

"Yaudah aku pulang ya? Sampai nanti."

"Sampai nanti."

**

Pekikan terdengar dari seberang sana, Annasya perlu menjauhkan telefonnya dari telinganya mendengar teriakan dari sahabatnya itu.

"Yaampun! You hit the jackpot!" Pekiknya lagi.

Annasya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Iya sih, tapi gue makin-makin bersalah dari yang sebelum-sebelumnya." Keluhnya.

"Nih. Denger ya gue bisa sebutin alasan-alasan kenapa lo harus mau pacaran yang se-ri-us sama dia."

"Apa?"

"Pertama. Dia bisa menolong lo dari si brengsek itu. Lo mau dia makin menjadi dan nyerang lo?" Hanya dengan memikirkannya saja, Annasya bergidik ngeri.

"Nggak lah!"

"Nah itu kan, dan yang kedua, dapat darimana lagi cowok yang langsung ngenalin ke keluarganya padahal baru hari kedua pacaran. Mana pacarannya juga karena kepepet ketemu mantan lo kan? Orang kayak gini tulus banget. Dan gak balal nunggu lama-lama buat nikahin lo!"

"Loh kok jadi bahas nikah-nikah?"

"Aduh Annasya ku sayang. Lo gak liat udah berapa banyak undangan yang dikasih ke kita? Umur kita udah segini udah boleh mikirin ke sana kali. Ya mungkin kalian emang gak langsung nikah tapi kan harus pacaran lama dulu biar ketauan deh sifat baik buruknya."

"Iya juga sih.."

"Nah yang ketiga. Dia adalah anak dari temen baik mama lo. Mungkin ya, kalo waktu itu lo ga ke Aussie, udah ditunangin kali kalian berdua. Gue ngerti loh orang-orang tajir kaya kalian itu suka main jodoh-jodohan. Iya kan?"

Annasya membenarkan perkataan Ira, karena memang beberapa tahun terakhir semenjak kepulangannya dari Australia, sudah banyak pria-pria yang dikenalkan mamanya dari teman-temannya. Walaupun Annasya tidak pernah ambil pusing persoalan itu.

"Pokoknya lo tenang aja deh. Gausah dipikirin, ingat ya pas reunian nanti lo bawa dia tuh. Gimanapun caranya. Kalo lo gabisa bawa dia mending gausah dateng. Bahaya."

"Iya iya bawel."

Mereka pun berbincang-bincang masalah lain. Annasya menutup sambungan setelah beberapa menit menelfon. Mematikan lampu kamarnya dan menyisakan lampu-lampu kecil yang dibuat melingkar di dinding kamarnya.

Sambil menandangi ke arah foto 3 orang anak muda yang tersenyum bahagia, Annasya pun tersenyum

"Kakak.. Cia kangen kakak."

Malam itu, tanpa bisa ditahan lagi, Cia menangis dalam sunyinya malam.

**

Pagi hari seperti biasa, Annasya menyusun stok barang-barang butiknya. Beberapa hari ini dia memang kerepotan karena butiknya mendadak sangat ramai karena satu hal.

Fakta bahwa dirinya sekarang adalah pacar dari Muhammad Farhat Aldiansyah. Anak dari pengusaha sukses di bidang tekstil yang sekarang menggantikan ayahnya untuk memegang perusahaan itu.

Sejak malam itu, tanpa Annasya tahu, banyak orang-orang yang sudah menyebarkan kabar itu. Kabar itu disambut dengan berbagai macam reaksi. Banyak yang kaget Farhat memiliki pacar karena sebelumnya berfikir dia penyuka sesama jenis, ada ibu-ibu yang tidak suka karena kehilangan kesempatan untuk mengenalkan anaknya, ada juga perempuan-perempuan malang yang kehilangan momen untuk mendekati Farhat.

Farhat adalah orang yang sulit dijangkau-bahkan oleh keluarganya sekalipun. Itu sesuatu yang Annasya tangkap.

Umur Farhat masih tergolong muda. 23 tahun, dan telah menjadi pemegang perusahaan sejak berumur 21 tahun. Umur yang terlampau muda untuk memegang posisi itu.

Keadaan Om Andi-ayah Farhat-yang mudah jatuh sakit 2 tahun yang lalu sangat mengkhawatirkan, sehingga perlu mencari pengganti posisinya untuk sementara. Tapi Andi tidak memiliki saudara kandung, ia adalah anak tunggal dan tidak memiliki pilihan lain untuk mengangkat anaknya menjadi pengisi kekosongan dari posisinya terdahulu.

Andi dan Sherina adalah pasangan yang dikaruniai anak setelah pernikahan mereka memasuki tahun ke tujuh. Padahal sebelumnya mereka hampir menyerah karena tidak juga dikaruniai seorang anak, tetapi Tuhan berkehendak lain, pada umur Andi yang ke 38 dan umur Sherina 32 tahun, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang sekarang menjadi kebanggaan keluarga mereka.

Farhat tumbuh menjadi anak yang sangat mandiri, karena faktor orangtua yang sama-sama sibuk. Juga kepribadiannya yang introvert . Kecerdasannya sudah tercium bahkan sejak dia menduduki bangku sekolah dasar. Berbeda dengan anak-anak lain yang merengek untuk dibelikan komik atau playstation, Farhat diam-diam selalu mencuri koran ayahnya dan membacanya seharian di kamarnya. Dia sudah paham politik pada umur yang sangat belia.

Faktor-faktor inilah juga yang membuat ayahnya tidak terlalu khawatir dengan keputusannya memberikan kewenangan kepada Farhat untuk memegang perusahaan. Farhat telah dewasa melampaui umurnya yang sebenarnya. Bahkan terkadang, Farhat bisa mengkritik ayahnya dan Andi tidak memiliki jawaban yang bisa mematikan kritiknya itu.

Sangat-sangat berbeda dengan Annasya.

Annasya lahir dari pasangan sederhana yang memiliki hubungan yang sangat harmonis, memiliki dua saudara kandung dan rumah kecil yang hangat.

Pada umurnya yang ke 10, ayahnya diberi rezeki untuk naik pangkat dari manager menjadi direktur. Itu semua karena kegigihan dan loyalitas ayahnya kepada perusahaan. Ayahnya adalah salah satu dari banyak role model Annasya yang selalu bisa ia banggakan.

Ibunya adalah seorang guru yang penyayang, Ia yang selalu menegur anak-anaknya dengan pesan moral. Bukan perkataan yang kasar atau bahkan pukulan. Baik begitu, tidak ada satupun anaknya yang gentar untuk melawan apa yang ibunya katakan.

Ibu Diandra selalu mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa materi bukanlah segalanya. Ilmulah yang memberimu apa yang akan kamu capai. Jika kau bertekad menjadi sukses, kejarlah ilmu. Jika kau jatuh miskin pun, ilmu tidak akan pergi meninggalkanmu.

Ibunya juga sangat pengertian akan cita-cita anak-anaknya. Memang dia sedikit ragu atas keputusan Annasya untuk menjadi seorang Fashion Designer. Tetapi melihat kegigihan anaknya, ia menyerah dan mendukung anaknya sepenuh hati.

Kedua anak manusia ini sangatlah berbeda jika dilihat dari sisi manapun.

Annasya adalah orang yang sangat supel. Social butterfly, they said. Memiliki banyak kenalan dan salah satu sikap buruknya ia juga sering bergonta-ganti pasangan.

Farhat adalah orang yang pendiam, antisocial, tidak mudah percaya dengan orang lain. Memiliki sedikit teman dan orang-orang yang ia percaya. Tidak pernah memiliki pacar, tetapi sekarang ia memiliki orang yang sejak dulu ia idamkan. Ia adalah-

"Annasya."

Sapaan lembut dari seorang pria terdengar oleh Annasya yang sedang menyusun barang-barang yang berserakan di lantai. Bersamaan dengan bel yang berbunyi saat pintu itu dibuka.

"Oh,hai.." Annasya bergegas berdiri dan mencoba memperbaiki bentuk dari kekacauan butiknya, walaupun sama sekali tidak merubah apapun.

"Aduh maaf ini berantakan banget."

Farhat hanya tertawa kecil, "Tidak apa."

Annasya meringis dan kembali menyusun barang-barang dengan gerakan yang sangat cepat. Beruntung, karyawannya yang lain juga kebetulan datang lebih pagi membantunya bekerja lebih cepat.

"Farhat ada apa datang kemari?"

Farhat yang sedari tadi memperhatikan Annasya bekerja akhirnya mendapatkan perhatiannya, "Kita udah lama gak ketemu." Dia berdeham sedikit, "Kamu sibuk hari ini?"

"Aku sangat sibuk karena kamu."

"Karena aku?"

Sambil memberikan Farhat sebotol air mineral Annasya menjawab, "Setelah malam itu, berita bahwa aku, pemilik sebuah butik biasa di Jakarta ini jadi pacar kamu. Membuat aku sangat sibuk belakangan ini."

"Benarkah?"

"Iya. Awalnya sedikit sedih, aku tau butikku sangat tidak ada apa-apanya dibanding kamu yang punya perusahaan. Tapi tidak apalah, gara-gara kamu juga butik aku jadi lebih ramai."

Farhat menepuk kepala Annasya dengan lembut, "Mereka tidak tau, kalau butik ini adalah hasil kerja keras kamu yang bangun sendiri. Sedangkan perusahaan itu, adalah warisan ayahku. Aku tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu."

Annasya tersipu mendengarnya dan tidak menjawab apa-apa. Ia ingin membantah karena ia tau, kalau bukan karena usaha dari Farhat, perusahaan ayahnya tidak akan menjadi go-internasional seperti ini.

"Jadi kamu gabisa pergi sama aku ya hari ini?"

"Sepertinya belum bisa, ada karyawanku yang sedang sakit. Dengan kondisi butik sedang ramai ini aku tidak bisa meninggalkan mereka berdua untuk menghandle."

Namun tiba-tiba salah satu karyawan menginterupsi, "Udah mbak Cia gapapa pergi sama Masnya. Ini si Anya udah nelfon kok katanya dia balik kerja siang nanti. Udah sembuh katanya."

Annasya memandang ke arah perempuan itu ragu, "Kalian yakin? Bisa handle semua?"

"Insyaallah toh mbak. Mbak juga belakangan hari ini kayaknya capek banget itu. Butiknya jadi sukses gini."

"Jadi kamu bisa pergi?" Tanya Farhat. "Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."

"Udah toh mbak gapapa kami ditinggal. Kasian Masnya udah dateng kesini."

"Baiklah ayo kita pergi. Aku percayakan semuanya sama kalian yah"

"Siap mbak!"

**

Farhat dan Annasya telah sampai di suatu Cafe, mereka memilih untuk duduk di dekat jendela yang mengarah pada taman kecil cafe tersebut.

"Jadi, dia masih menghubungimu?" Farhat bertanya setelah meletakkan minuman mereka keatas meja.

"Ya begitulah. Dia pasti menemukan kontakku dari grup alumni. Dia benar-benar tidak menyerah." Keluhku kesal.

"Kapan reuninya akan diadakan?"

"Kamis ini."

"Aku ikut."

Annasya yang sedang menikmati teh hangatnya hampir menumpahkannya, "Ikut kesana? Kamu gapapa ketemu sama dia?"

"Tidak masalah."

"Tapi janji ya usahakan jangan ada masalah. Dia memang seperti itu orangnya. Aku gamau suasana jadi gak nyaman."

Farhat mengangguk setuju, "Aku cuma mau disamping kamu saat ada dia. Biar dia tau yang sekarang ada disampingmu sekarang itu adalah aku, bukan dia."

To be continued..

**

Here's the full chapter! Bagaimana menurut kalian? Aku butuh comment yang membangun:( sudah part 5 belum ada juga yang comment.. aku butuh pendapat kalian tentang cerita ini. Dan terima kasih juga untuk yang sudah nge vote! Sebelum scroll di vote dulu yah setiap chapternya!

Hugs and kisses

Duckyhorse

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro