Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5

Ketika sampai pada suatu perumahan, mereka pun turun dan tak lupa Farhat membukakan pintu untuk Annasya.

Kesan pertama yang dinampakkan dari rumah itu adalah megah,gigantic,luas dan berbagai kata sifat lain yang bisa menggambarkan rumah itu.

Jika dihitung-hitung, hanya orang yang bisa menghasilkan uang dengan 13 digit di dalam rupiah yang bisa membeli rumah seperti ini, ini sangat gila.

Annasya bukannya bodoh ataupun buta untuk tidak mengetahui bahwa Farhat adalah orang yang sangat berkecukupan. Mulai dari merk jam,sepatu,tali pinggang, dan mobilnya yang jika dijumlahkan harganya bisa membiayai 10 anak kurang mampu untuk kuliah hingga tamat.

Tetapi dia tidak menyangka keluarganya se'kaya' itu.

Rumahnya yang sangat besar, taman yang luas dengan jalan masuk yang panjang. Ini seperti di dalam cerita kerajaan. Memang tidak akan sepanjang yang ada di istana-istana kerajaan. Tetapi untuk ukuran rumah yang berada di Ibu Kota. Rumah ini sangat luar biasa.

Sangat ganjal menyebutnya rumah, ini istana.

Dan Annasya sendiri juga berasal dari keluarga yang cukup berada, mereka tinggal di salah satu permukiman elite, bisa makan enak tiap hari, memiliki mobil, dan kedua orang tua Annasya juga mampu mengirimnya kuliah keluar negri dan membiayai sekolah adiknya di salah satu sekolah ter-favorit di Jakarta.

Tetapi tetap saja. Dirinya dan Farhat 'jauh' berbeda, semakin dekat mereka dengan pintu masuk, semakin menciutlah nyali Annasya. Padahal sebelumnya ia sudah mengumpulkan percaya dirinya hingga menggunung.

Mereka pun membuka pintu dan masuk ke rumah tersebut. Mulut Annasya makin ternganga dibuatnya. Interior rumah ini benar-benar menggambarkan seni klasik yang asli. Ukiran-ukiran pada pilar-pilarnya sangat detail dan cantik. Chandelier yang menghiasi interior itu tak pelak membuat Annasya berdecak kagum.

"Ini rasanya kayak istana deh. Bukan rumah." Gumam Annasya tanpa sadar.

Farhat hanya tersenyum dan menuntun Annasya untuk ke taman belakang, dimana acara perusahaan itu di adakan. Annasya pun bertanya-tanya dalam hati. Kenapa acara perusahaan diadakan dirumah?

Ketika Farhat membuka pintu itu, suasana yang tadinya ramai di taman belakang itu tiba-tiba menjadi senyap. Annasya menjadi bertambah gugup dengan aura kecanggungan yang ada. Namun tiba-tiba seorang pria menceletuk,

"Wah si bos akhirnya datang." Dia tersenyum jahil, "Bawa gandengan lagi! Wah wah."

Setelah itu tamu-tamu yang lain juga berbondong-bondong menyapa Farhat, menanyakan siapa diriku, mengucapkan selamat, dan banyak sahut-sahutan lain yang dijawab Farhat dengan senyuman.

Annasya berniat melepaskan gandengannya dari lengan Farhat yang gagal karena Farhat mulai bergerak menuju meja bundar yang ada di dekat panggung.

"Ma, Pa." Sapa Farhat hangat, ia menyalami orang tuanya dan tak lupa menyapa anggota keluarga yang lain yang kebetulan ada di meja itu.

"Waduh siapa ini?" Tanya ibu Farhat sambil menyentuh lengan Annasya, "Cantik. Nama kamu siapa?"

Dengan jantung berdegup kencang karena kegugupannya dan tenggorokan yang terasa sangat kering, Annasya berusaha keras agar tidak terlihat bodoh di saat ini, di depan keluarga Farhat.

"Nama saya Annasya, Tante." Jawabku. Ibu itu tampak melirik Farhat untuk meminta penjelasan. Segera Farhat mengamit tanganku, "Pacar Farhat Mah, cantik yah?"

Setelah pernyataan itu, mulai dari sepupu, ayah, hingga ibunya tersenyum lebar. Bahkan ada salah satu sepupunya yang bersiul-siul menggoda kami.

"Tumbenan loh dia mau bawa pasangan kemari. Dia emang baru pegang perusahaan 2 tahun. Tapi belum ada yang bilang ke tante dia punya pacar. Eh bawa kamu kesini." Annasya tidak tau cara menanggapi semua pertanyaan dan pujian atau apapun lagi dari mereka, dia hanya tersenyum dan bingung antara keberuntungan atau kesialan yang ada pada dirinya. Dia tidak menyangka semua akan menjadi seperti ini.

Yang dia gambarkan di otaknya adalah sebuah pesta bakar-bakar yang sederhana dengan tamu yang tidak terlalu banyak. Dia sama sekali tidak memikirkan akan menghadapi keluarga Farhat.

"Mama gak inget sama Annasya?" Tanya Farhat heran.

"Aduh, emang seharusnya mama udah kenal yah?" Tanya Ibunya Farhat yang juga bingung. Farhat pun menjelaskan bahwa Annasya adalah anak teman Ibunya yang sering datang ke rumahnya dan seterusnya hingga akhirnya Ibunya pun ingat dan berseru keras.

"OH! Jadi kamu anaknya Sandra?" Mata Ibu itu semakin berbinar-binar, "Yaampun sayang. Kamu jadi cantik banget begini." Ibu itu mengelus kepala Annasya sayang.

"Iya tante." Jawabnya yang hanya mampu tersenyum dengan suasana hangat ini. Dia tidak pernah datang ke rumah orang tua mantan-mantannya yang terdahulu. Ini merupakan pengalamannya yang pertama juga.

"Papa dengar, kamu sekolah di Australia?" Ucap Ayah Farhat. "Enak kuliah disana?"

"Saya merasa nyaman-nyaman aja om. Orangnya juga baik-baik." Annasya berdeham karena sedikit merasa gugup, "Tapi.. yah, menyesuaikan selera lidah saya dengan makanan disana yang susah."

Ayah Farhat tergelak dan mengangguk setuju, "Iya benar sekali. Makanan Indonesia yang paling cocok sama lidah saya juga."

Setelah berbincang-bincang lama dengan keluarga Farhat, tiba-tiba Annasya merasakan betisnya nyeri karena terlalu lama berdiri.

"Farhat, aku kesana sebentar yah?" Lirih Annasya dengan ekspresi menahan sakit, "Aku antar." Sahut Farhat.

Mereka berjalan bersisian dengan Farhat yang memegangi lengan Annasya agar tidak terjatuh. Dan mereka duduk di salah satu kursi lipat yang ada.

"Sakit sekali?" Tanya Farhat. Annasya menggelengkan kepalanya, "Ini karena kelamaan berdiri mungkin." Annasya sedikit mengurut betisnya, "Kamu kesana aja, jumpai anggota perusahaanmu. Biar aku tunggu disini."

Farhat tidak bergerak dan hanya memperhatikan Annasya. Karena merasa tidak nyaman, Annasya pun membuka topik pembicaraan, "Kamu kenapa ga bilang kalau acaranya juga ada keluarga?" Tanyanya pelan.

"Kamu tadi gak ada nanya."

Annasya menjadi kesal dengan jawaban Farhat, "Iya aku gak ada nanya. Tapi kan kamu bisa kasih informasi dulu kalau ada keluarga. Biar aku ada persiapan."

"Persiapan buat apa?"

"Persiapan untuk gak ikut." Annasya mendengus. "Masa baru dua hari pacaran kamu tiba-tiba kenalin aku ke orang tua kamu sih?" Tanyanya.

"Kenapa? Aku salah?" Farhat kini mulai bingung dengan perkataan Annasya, "Maaf, ini pertama kalinya aku berhubungan sebenarnya dengan perempuan. Aku hanya ingin mengenalkan dirimu sama orang tuaku."

Annasya tertegun dengan pernyataan Farhat. Dia berfikir, saat itu Farhat belum punya pacar karena baru putus atau sedang tidak ingin punya pacar. Tetapi dia memang benar-benar belum pacaran.

"Bukan kamu yang salah, aku yang merasa bersalah." Jeda Annasya melihat ke bawah. "Karena niat awalku pacaran sama kamu cuma buat ngelindungin diri dari dia dan have fun. Ternyata kamu anggap se-serius itu. Aku cuma.. kaget." Annasya menghela nafas setelah mengatakan apa yang dia tahan sejak tadi.

"Aku gak peduli apa alasanmu mau menjadikanku pacar karena apa." Ucap Farhat. "Tapi aku serius sama kamu, dan aku gak bakal biarin kamu lepas dengan mudah."

Degup jantung Annasya bertambah cepat dari yang sebelumnya, sampai-sampai ia lupa untuk bernafas.

"Aku udah nunggu kamu dari kecil, Annasya. Dan setelah aku lulus SMP. Kita tidak pernah bertemu lagi. Walaupun begitu,Aku tau kamu dan kegiatanmu. Siapa mantan-mantanmu dan apa-pun tentang dirimu."

"Aku gak bisa marah saat tau kamu bermesraan dengan orang lain. Aku gak bisa marah saat kamu berjalan dengan orang lain. Dan aku gak mau nunggu lebih lama lagi."

Dan di saat itu. Annasya merasa lupa diri, waktu dan eksistensinya di bumi.

Tidak masuk akal batinnya.

"Kamu.." Annasya berusaha menyusun sebuah pertanyaan, jawaban atau argumen apapun yang bisa membalas perkataan Farhat tetapi hasilnya nihil.

"Aku mau permisi. Aku ingin ke toilet." Tidak bisa menahan rasa tidak nyamannya, Annasya beranjak dan berjalan ke arah toilet.

Dan masalahnya, dimana toiletnya?

Bodoh! Rutuknya dalam hati.

Annasya kemudian bertanya kepada salah seorang penyaji makanan disana, dan setelah mengetahui dimana toilet, Annasya sedikit berlari dan menghindari kontak mata dari Farhat yang sedari tadi memperhatikannya.

Setelah sampai ke toilet, Annasya menutup WC dan duduk di atasnya kemudian ia merenungkan hal-hal yang baru saja terjadi.

Ya tuhan. Kenapa bisa begini?

To be continued..

**

Sihiy. Udah mulai ada yang ngevote! Walaupun sedikit. Tapi gak apa kok! Makasih atas apresiasi kalian. Dan beberapa yang memasukkan reading list!

Hugs and kisses

Duckyhorse

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro