Dua Puluh Empat
Aku mendongak dari mondar-mandirku saat pintu ruangan tempat kami ditahan mengayun terbuka. "Biarkan kami pergi!" ucapku.
Vampire baru yang sekarang muncul lebih tua dari yang sebelumnya meski aku tidak benar-benar yakin juga, maksudku bukankah mereka abadi dan berhenti menua jadi penampilan mereka bisa menipu, bukan?
"Pelan Miss Ackerley—"
"Evans. Aster Evans. Aku bukan lagi seorang Ackerley!"
Senyum kecil muncul di bibir merah itu dan aku mendapat dorongan instan untuk memukulnya. "Tentu saja Miss Evans, mari kita bicara."
"Kami hanya ingin pergi dari sini!" balasku.
"Sayangnya aku masih membutuhkanmu untuk tinggal. Seperti yang kamu tahu, Hans akan memberikan apa pun untuk mendapatkanmu kembali. Jadi aku hanya ingin membuat transaksi kecil dan memberi sedikit pelajaran untuknya."
"Dan bagaimana jika Hans tidak melakukannya?" Cam menyela. Aku memelototinya dengan marah. Dia seharusnya menutup mulutnya, karena apa pun yang diminta vampire ini tidak akan bagus dan aku jelas tidak akan membiarkan Hans melakukanya.
Vampire itu melihatku, giginya yang putih terlihat cantik saat dia tersenyum dan rambut peraknya berkilau di bawah cahaya yang suram. Kenapa monster harus terlihat begitu cantik? Mereka seharusnya mengerikan! Itu tidak adil!
"Maka aku yakin kehilangan mate akan sepadan untuk membuat Hans patah." Aku hanya mengepalkan tinjuku saat mendengar ancaman itu. Dia akan membunuhku dan sebanyak aku takut, aku benci dia berpikir aku lemah.
"Kamu bermain dengan orang yang salah!" desisku saat dia mengitari kami untuk duduk di sofa, kaki disilangkan dan terlihat santai seolah kami hanya sedang mengadakan pesta minum teh dan membicarakan tren pakaian akhir-akhir ini.
"Sungguh? Apakah aku?" Nada gelinya memicuku untuk melangkah ke arahnya tapi Cam menahan lenganku. Dia memperhatikan itu dan menyeringai. "Temanmu sepertinya tahu lebih baik."
"Dia akan membunuhmu! Kau tahu, dia akan merobekmu!" Aku menggenggam jari-jariku atau akan kehilangan itu dengan menerjang dan mencakarnya.
"Mungkin, tapi aku punya kartuku Miss Evans dan aku cukup yakin kamu tidak akan menyukainya. Aku bahkan bertanya-tanya apa yang akan kamu lakukan jika tahu. Cabik dia? Pukul? Tendang? Aku dengar kau punya tendangan yang bagus." Dia membuka kabinet di dekat sofa, ada lemari pendingin kecil di sana dan apa yang ada di dalamnya hanya membuat perutku mual.
Dia mengeluarkan kantung darah dari sana dan membalik salah satu gelas kristal di meja dan menuangkan darah ke dalamnya. Dia melirikku seolah menungguku untuk reaksi tapi aku hanya tetap berdiri tegang, Cam mundur untuk kebaikannya menjaga keseimbangan.
"Kamu pikir dia baik," ucapnya, memutar darah di dalam gelas. Aku tetap memandang ke matanya, menolak untuk diintimidasi. "Tapi dia tidak. Jika kau bertanya padaku, aku akan katakan dia jauh lebih haus darah dari pada aku."
Aku pikir untuk membuat semua lebih dramatis, dia membuat tegukan panjang yang bagus. Taring tumbuh memanjang dan jilatan lidah di bibirnya untuk membersihkan darah juga bagus. Cam memekik kecil di belakangku tapi aku lebih ingin tahu dengan kata-katanya. Apakah dia bermaksud itu Hans? Tapi bagaimana?
"Kamu bicara omong kosong, biarkan kami pergi dan mungkin dia akan membiarkanmu lepas dari ini," ucapku. Aku ingin dia setidaknya sedikit tersentak atau apa pun yang menunjukkan tanda-tanda khawatir dan takut tapi tidak ada, dia hanya membuat seringai lain. Aku pikir dia sedikit gila. Aku ingat werewolf yang memiliki klub tempat aku dan Elliot bicara, dia gemetar hanya dengan mendengar nama Hans dan mundur dariku, tentunya vampire ini juga harus takut.
"Dia mengambil milikku, jadi kenapa aku tidak bisa mengambil miliknya?" Dia bergerak begitu cepat. Aku mendengar Camrynn memekik dan hal berikutnya aku tertekan ke tembok dengan tubuhnya menahanku. Bukan hal yang baik. "Bagaimana jika aku mengambilmu darinya?" Dia tertawa kecil di tenggorokkan seolah dia membayangkan sesuatu yang menggelikan. "Kamu bahkan tidak tahu apa artimu baginya, 'kan? Apa saja yang akan dia lakukan untukmu, kamu bahkan mendorong dan menolaknya. Jika aku jujur, itu sedikit menghibur melihatnya memohon padamu."
Aku tidak memiliki kata-kataku yang cerdas untuk yang satu ini. Dan taringnya yang terlalu dekat dengan leherku mengangguku. Dia bisa merobekku dan dari matanya aku tahu itu yang dia inginkan. Mungkin detik ini dia sedang memutar film di otaknya tentang mencabik tenggorokanku dan membiarkan darahku kering membasahiku.
"Tolong, lepaskan Ash. Jika kau punya dendam atau apa pun pada Hans, Ash tidak ada kaitannya. Mereka bahkan bukan pacar," ucap Cam, dia gemetar tapi masih memaksakan suaranya.
"Elliot seharusnya mengambilmu. Buat kamu jadi bagian dari kami." Vampire itu sedikit mundur dariku dan melihat Cam dari sudut matanya. Camrynn jatuh lebih tegang dari sebelumnya. "Tapi dia tidak. Sejak awal Elliot tidak pernah normal. Dia pikir kami makhluk terkutuk yang mungkin ... benar." Dia melangkah lebih dekat ke Cam dan Cam mundur. Camrynn jelas ketakutan. "Jadi bagaimana kalau aku mengubahmu untuknya? Mungkin dia akan kembali dengan kelompoknya dan bukannya bergaul dengan salah satu Dewa terkutuk yang menendang kami dari rumah kami."
"Oke. Jadi kamu ingin membunuhku untuk balas dendam pada Hans lalu kenapa tidak lakukan sekarang?" Aku terkejut bagaimana suaraku tidak terdengar gemetar tapi aku hanya fokus untuk membuat perhatian vampire ini kembali padaku. Jika dia melakukan apa pun yang merugikan Camrynn aku tidak yakin bisa memaafkan diriku.
"Jadi berani bukan? Seperti api untuk sesuatu yang dingin. Cahanya untuk gelap. Kau menariknya tanpa kamu bermaksud begitu," ucapnya. Dia mengamatiku, sedikit menilai. "Tapi apa kamu akan berdamai dengannya ketika kamu tahu semuanya?"
"Apa maksudmu?" tanyaku. Lebih agar dia berbalik padaku dan menjauh dari Camrynn dari pada benar-benar ingin tahu.
"Pada akhirnya kamu akan tahu. Dewa-Dewa, mereka tidak baik Aster." Dia membuat suara menggeram yang tidak masuk akal di dadanya. "Mereka kejam, dingin, tanpa perasaan. Dulu mereka ikut campur dengan dunia mortal, duniamu. Tapi perlahan saat kepercayaan mulai ditinggalkan mereka mundur, mereka membuat dunia mereka sendiri dan menyeret kami, tiap makhluk imortal untuk tinggal di sana. Kemudian mereka menempatkan diri mereka di rantai tertinggi. Membuat peraturan dan hal-hal sesuai apa yang mereka inginkan."
Aku tidak mengerti semua yang dia katakan tapi jika itu menahan perhatiannya padaku maka baiklah. "Jadi Dewa, mereka menjadi penguasa? Dan kamu melanggar? Kamu dibuang kembali ke dunia ini?"
"Aku melanggar, aku membunuh manusia, benar. Tapi mereka melangkah terlalu jauh saat mereka mengambil milikku. Kebetulan Hans-mu," suaranya jijik pada nama itu, "dia yang mengeksekusinya jadi jangan salahkan aku ketika aku menyimpan dendam pribadi untuknya. Aku mulai menggalang pemberontakan, dan banyak dari makhluk imortal mendukungku. Kami menginginkan kebebasan lama kami."
"Tapi kalian sudah berada di sini, kalian bisa ... membunuh, atau apa pun seperti dulu." Aku meringis pada kata-kataku.
"Kami tidak." Dia mendelik padaku. "Kami masih terikat dengan hukum dunia itu, esensi kami terhubung dan jika kami melanggar hukum lebih jauh kami akan melemah tapi bahkan mereka tidak sabar menunggu kami mati lemah. Mereka mengirim pemburu, membunuh kami saat hal-hal merobek tenggorokan itu terjadi. Jadi aku ingin membuat beberapa kesepakatan."
Aku bertanya-tanya kenapa mereka begitu suka membunuh?
"Jadi kamu pikir aku adalah alat barter yang bagus?" gumamku.
Aku tidak perlu jawaban darinya untuk tahu bahwa itu, dia akan membuat Hans entah bagaimana melepaskan mereka dari apa pun yang mereka sebut mengikat pada dunia dan jika Hans menolak, yah aku pikir mati tidak terlalu buruk. Aku hanya berharap pesan singkat Hans beberapa menit yang lalu sebelum vampire ini muncul bukan omong kosong.
Aku akan ada di sana. Cobalah untuk masih bernapas saat aku tiba.
Pintu kembali terbuka dan vampire yang membawa kami ke ruangan ini menyelipkan kepalanya di celah pintu. "Aku pikir kita punya masalah di luar. Dia tidak datang seperti yang kita inginkan, dia bermain buruk."
"Lalu kita akan bermain sama buruknya," balas vampire yang lebih tua, dia melirikku dengan sinar jahat di matanya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro