[3]
Chuuya memandang lama perempuan yang membalas tatapannya, namun dengan ekspresi terkejut—juga panik.
"Apa yang kau lakukan disini—" Chuuya menghentikan ucapannya saat melihat obat tambah darah di telapak tangan (Name), dan segelas air di tangan lainnya.
Sudah tiga bulan berlalu semenjak Chuuya melihat kemampuan (Name)—kemampuan copy cat milik perempuan itu.
Lalu semenjak itu pula Chuuya selalu melihat (Name) bolak-balik ruang kesehatan Port Mafia.
"Apa kau menggunakan kemampuanmu dengan berlebihan lagi?" tanya Chuuya duduk di sebelah (Name), menatap heran perempuan itu.
(Name) menggeleng, membuat Chuuya mengangkat sebelah alisnya.
'Kalau begitu, kurasa wajar bagi perempuan mengonsumsi obat tambah darah?'
"Hm, begitu ya—"
Tiba-tiba ucapan Chuuya terpotong oleh suara batuk (Name). Sementara (Name) sendiri langsung refleks menutupi mulutnya dengan tangannya yang memegang obat. Alis Chuuya berkerut saat melihat (Name) menjauhkan tangan dari mulutnya—dimana terlihat obat tambah darahnya kini digenangi oleh darah segar.
Ironis, dia yang harusnya menambah darah seseorang kini dikelilingi oleh darah yang baru keluar.
Chuuya menghela napas, kemudian menatap (Name) dengan ekspresi tidak senang.
"(Surname), apa Ane-san tahu kondisimu akan seperti ini jika kau menggunakan kemampuanmu dengan berlebihan?" tanya Chuuya.
(Name) menatap tangannya yang penuh darah, membuang obat yang digenggamnya ke tong sampah kemudian menggeleng.
"Apa orang lain yang tahu?" tanya Chuuya kembali.
(Name) melirik ke arah Chuuya, lalu menunjuk laki-laki itu dengan tangannya yang berdarah.
"Hanya aku—" Chuuya menarik napas singkat lalu menggenggam tangan (Name) yang menunjuk dirinya, "setidaknya cucilah tanganmu dulu."
(Name) berkedip beberapa kali, memiringkan kepalanya dengan heran saat melihat Chuuya membawanya ke wastafel yang ada di ruang kesehatan. Iris mata (Name) memerhatikan Chuuya yang membersihkan tangannya, dan kini dia sudah kembali duduk di kasur tadi.
"... maafkan aku."
Chuuya yang baru saja mengambil obat baru untuk (Name) menoleh ke arah perempuan itu, yang kini sedang menundukkan kepalanya.
"Kenapa kau meminta maaf?"
(Name) tidak merespons, membuat Chuuya kembali menghela napas lalu mendekati (Name), tak lupa mengambil handuk kering di lemari.
"Jika kau ingin minta maaf, bilang itu pada Ane-san. Atasanmu itu dia," ucap Chuuya mengeringkan tangan (Name) dengan handuk, lalu memberikan obat baru tadi ke tangannya.
(Name) mengangkat kepalanya, menatap Chuuya dengan iris mata yang melebar. Namun ekspresi itu cepat menghilang karena Chuuya mengarahkan handuk yang dia pegang ke mulut (Name), membersihkan sisa darah yang ada di mulut perempuan itu.
"Makan obat itu, lalu istirahat. Setelah itu beritahu Ane-san mengenai keadaanmu itu."
Tanpa menunggu respons dari (Name), Chuuya berjalan keluar dari ruangan kesehatan. Setelah pintu ruangan kesehatan tertutup rapat, Chuuya bersandar di pintu itu lalu menghela napas.
"Terima kasih sudah merawat (Name), Chuuya."
Chuuya mengangkat kepalanya, melihat Kouyou sedang bersandar di dinding yang berada di depannya, tersenyum kecil.
"Bukan masalah," Chuuya mengangguk lalu berjalan meninggalkan ruang kesehatan.
Namun tiba-tiba dia berhenti, menoleh ke arah Kouyou sejenak.
"Ane-san, sebaiknya saat (Surname) memberitahumu mengenai kondisinya, kau juga memberitahunya kalau kau sudah tahu sejak awal."
Kouyou memasang ekspresi terkejut, sebelum akhirnya kembali tersenyum seperti biasa.
"Hee, jadi kau sadar kalau aku mengetahuinya sejak awal?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro