Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[4]

"Hm, karena kau hanya bilang ingin date—jadi aku yang memimpin date ini, benar?" tanya Dazai mengenggam tangan (Name) saat mereka keluar dari Port Mafia.

Pipi (Name) memerah, dan dia hanya mengangguk.

"Kalau begitu ayo beli cincin tunangan," ajak Dazai.

(Name) langsung menoleh ke arah Dazai dengan syok, kemudian membuka mulutnya untuk berbicara—tapi Dazai hanya meletakkan jarinya di depan mulut (Name).

"Karena aku sudah mengenalkanmu pada ane-san dan anak buahnya, berarti aku boleh menunjukkanmu pada umum, kan? Karena cepat atau lambat, beritanya akan tersebar."

(Name) mengerutkan alisnya.

"Ah, aku tahu," ucap Dazai teringat sesuatu, "karena aku yang memimpin, maka aku yang menentukan semuanya—dan aku tidak menerima bantahan, paham?" tanya Dazai langsung menatap tajam (Name), melepaskan pegangannya dari tangan (Name) untuk memegang kedua pipi perempuan itu.

Iris (e/c)nya sedikit melebar—dan sekilas terpancar rasa takut disana, sebelum akhirnya mengangguk singkat, membuat Dazai tersenyum seperti biasa.

"Bagus," ucap Dazai mencium kening (Name).

___

"Berikan aku cincin tunangan terbaik kalian," titah Dazai begitu memasuki salah satu toko perhiasan di kota.

Para pegawai yang sangat mengenal wajah Dazai langsung panik—dan mulai mengeluarkan berbagai macam kotak yang berisi cincin pertunangan. (Name) yang bersandar di sebelah pintu masuk pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Walaupun begitu, terlukis senyum kecil di wajah (Name).

"I-ini adalah perhiasan terbaik kami," ucap salah satu pegawai dengan gugup.

Dazai memperhatikan semua perhiasan dengan seksama, sebelum akhirnya bergumam pelan.

"(Name), kau mau yang—"

Lagi-lagi(?) ucapan Dazai terpotong saat dia merasakan sepasang tangan mungil (Name) memeluknya dari belakang, dan dapat juga dia rasakan (Name) yang mengusapkan wajahnya ke punggung Dazai.

"Oh, benar—aku yang menentukan," ucap Dazai lalu mengambil tangan kiri (Name) dan mulai mengambil cincin yang menarik perhatiannya sejak awal.

Dazai memasangkannya di jari manis (Name)—kemudian memasang cincin yang sama di jari manis tangan kirinya. Setelah itu Dazai menyandingkan tangannya dengan tangan (Name), dan mengangguk puas saat melihat cincin mereka terlihat cocok.

(Dari hasil pencarian, dikatakan bahwa jari manis tangan kiri untuk pertunangan, sementara jari manis tangan kanan untuk pernikahan. CMIIW~)

"Oke, yang ini," ucap Dazai lalu menelpon anak buahnya untuk membawa sedikit uangnya untuk membayar cincinnya.

(Name) mengintip dari belakang—melihat jari manis kirinya kini sudah ada cincin. Senyum kembali mengembang di wajah (Name) saat dia memperhatikannya, namun dengan cepat senyumannya kembali menghilang—seperti tersadar sesuatu, yang tentu perubahan wajah (Name) langsung disadari oleh Dazai.

"Ada apa, (Name)?"

(Name) membuka mulutnya, tapi menutupnya kembali lalu menggeleng.

"... oh," Dazai menepuk tangannya—seolah teringat sesuatu, "siapkan juga kalung sepasang," ucap Dazai pada pegawai toko, yang tentu langsung dituruti.

(Name) menatap Dazai dengan sedikit terkejut, sementara Dazai hanya tersenyum lalu menepuk kepala (Name).

"Aku tidak mau cincin kita hilang karena pekerjaan kita," ucap Dazai.

Setelah mendapat kalung dari pegawai, Dazai pun melepas cincin yang ada di jari (Name) lalu memasukkannya ke dalam kalung, yang kemudian Dazai berdiri di belakang (Name) dan memasangnya—tak lupa sebelumnya Dazai juga melakukan hal yang sama pada cincinnya.

"Bagaimana?" tanya Dazai.

(Name) langsung memutar tubuhnya dan memeluk Dazai, dengan senyum lebar yang (Name) yakini tidak akan luntur dalam waktu dekat.

"Terima kasih, Dazai."

Dazai tersenyum, kemudian membalas pelukan (Name).

"Apapun demi dirimu, (Name)."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro