Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ulat dan Kompos

Rumah terdekat pagarnya terkunci rapat. Aku pindah ke rumah tanpa pagar di sebelahnya. Kuketuk pintuk keras-keras. Begitu pintu terbuka, aku langsung meracau.

"To-long! Desika... kebun jeruk... suara bebek. De... Desika diam saja, mungkin dia ja...."

Nyeri hebat mencengkeram kaki kiri, sakitnya melumpuhkan. Aku hampir jatuh ketika tangan seseorang sigap menangkap. Begitu kulihat siapa yang menopang, aku langsung berseru.

"Pak Dodik! Desika!"

Pak Dodik bereaksi cepat, dibawanya aku masuk ke dalam.

"Bicara pelan-pelan...."

Pak Dodik langsung menyambar ponsel, menelpon seseorang setelah mendengar ceritaku.

"Orangtuamu sebentar lagi sampai. Pak Dodik ke Balijestro sekarang."

Aku mengangguk lemah. Wanita muda yang tadi membukakan pintu masuk lalu kembali membawa kotak P3K.

"Pergilah, Abang. Sepertinya di dekat rumah pantau." Wanita itu menyeret kursi lalu duduk di depanku. "Hai, aku Wilandatika. Lukanya diobati dulu."

"Tante istrinya Pak Dodik?"

"Panggil aja Kak Tika. Biar awet muda." Kak Tika tersenyum, lesung pipi kirinya terlihat. Ia menyodorkan gelas, memintaku untuk minum dan bernapas pelan-pelan.

"Yang kamu lihat tadi bagian paling belakang balijestro. Ada rumah pantau yang sedang direnovasi. Pasirnya bikin aku tergelincir." Kak Tika menunjuk pergelangan  kaki kanannya yang dibebat kain coklat.

Selesai membersihkan parut luka di tangan, Kak Tika menggulung leggingku yang sobek dengan hati-hati. Aku mengaduh pelan.

"Hmm... darahnya banyak. Nanti langsung ke dokter begitu orangtuamu datang." Suaranya tenang, kontras denganku yang langsung gemetar ketika memandang luka lebar yang memperlihatkan tulang kering. Sakitnya tak tertahan sewaktu antiseptik diguyurkan. Aku mengigit bibir, airmataku menggenang.

"Balijestro cinta pertamaku kepada Kota Batu. Bagi Pak Dodik, Balijestro adalah tempat ia menemukan cinta pertama dan terakhirnya. Pak Dodik melamarku di kebun tomat. Ulat dan gunungan pupuk jadi saksinya." Kak Tika tersenyum. Aku sadar, Kak Tika berusaha mengalihkan perhatianku dari luka di kaki. 

"Selesai. Jangan khawatir, temanmu akan baik-baik saja."

"Desika bukan temanku...," aku menelan ludah. "Desika itu...  sahabatku."

300 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro