Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tentang Desika

Aku menangis sampai megap-megap ketika memberitahu Ma kalau Desika pergi setelah bertengkar denganku.

"Ssssh... enggak apa-apa sayang. Mungkin Desika lagi kejebak macet trus nyasar. Tadi jalan ditutup karena ada bantengan. Agni tunggu di rumah. Pa sebentar lagi pulang. Setelah itu kita cari sama-sama. Ma harus pergi sekarang. Ahma panik, Ma takut terjadi sesuatu pada Ahma."

Ma memelukku erat, mengambilkan air minum lalu memelukku lagi sebelum melesat dengan motornya.

Tapi cengkeraman penyesalan dan rasa bersalah membuatku gelisah. Aku tidak bisa diam saja. Ma tidak tahu soal Kafe Bong, mungkin saja Desika ada di sana. Bisa jadi Desika pergi menitipkan anak kucing ke Bobbi. Bobbi enggak punya hape. Mungkin ayah-ibunya sedang bertugas di rumah sakit, dan tidak bisa dihubungi. Aku harus melakukan sesuatu.

Mengabaikan pesan Ma, aku mengeluarkan sepeda. Memacu sepedaku melintasi gang-gang kecil. Lewat kampung lebih cepat sampai menuju kafe Bong.

Embusan angin dingin membuatku menggigil ketika aku mengingat percakapan di kamar Desika. Tahun lalu, satu minggu setelah aku mengenalnya.

Kami duduk di lantai kamar Desika yang beralas karpet tebal. Album foto terbuka berserakan. Desika menurunkan semua album foto dari lemarinya. Berceloteh tentang Mami, Ahma, Akong dan hari-harinya di Surabaya sebelum pindah ke Batu.

"Ini waktu Mami meliput letusan Merapi. Ini waktu demo di gedung DPR, yang ini Mami lagi syuting di laut, bikin film dokumenter tentang lumba-lumba. Ini lagi jadi pembaca berita. Mamiku reporter yang handal!" Mata Desika berbinar-binar ketika bercerita.

"Mami hampir terkena awan panas sewaktu di Merapi. Rela puasa karena kehabisan makanan demi menunggu lumba-lumba muncul. Mami juga enggak takut kena peluru, kalau kena pukul pas kerusuhan, Mami sering banget!"

"Mamimu keren." Pujiku tulus.

"Mami satu-satunya perempuan di tim. Tapi kerjanya enggak kalah sama anggota tim yang laki-laki," ujar Desika bangga. "Tadi pagi telpon lagi ada di Jepang. Meliput konfresss... semacam rapat-rapat gitu. Minggu depan baru bisa pulang."

Mataku mengabur karena airmata, maafkan aku Desika.... Maaf....

Bantengan : kesenian khas Batu seperti reog, cuma kepalanya berbentuk banteng.

300 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro