Balijestro
Aku menyusur kembali jalan yang tadi kulewati. Dekat tiang lampu di kebun jeruk, papan bertuliskan lahan Balijestro terlihat jelas di dalam. Berarti aku hanya salah berbelok. Aku belum pernah menjelajah sampai ke sini. Rumah Bobbi di selatan Balijestro, kuduga sekarang aku ada di utara.
Deretan rumah mulai terlihat, kuharap rumah-rumah itu ada penghuninya. Bukan homestay yang hanya diisi ketika liburan. Aku bisa bertanya arah menuju jalan besar.
Sampai di lahan stroberi, aku membeku. Angin membawa suara kwek-kwek yang kukenal. Sontak jantungku berdetak kencang, aku turun dari sepeda dan membiarkannya jatuh. Kupacu langkah berbalik menuju kebun jeruk. Semakin dekat semakin jelas suaranya. Aku yakin itu suara bebek milik Desika.
"DESIKA! Kamu di mana? Aku Agni! DESIKA!" Suaraku lenyap ditelan angin.
"DESIKA! Kamu enggak kenapa-napa? Kamu jatuh? Kamu bisa berteriak? Jawablah!"
Aku melompati parit kecil antara pagar dan jalan. Kupanjat tembok bagian bawah pagar setinggi pinggang, berpegangan pada sela-sela pagar kawat yang tidak berduri. Wajahku menempel di pagarnya. Kuabaikan duri kawat yang menusuk-nusuk, berusaha melihat ke balik rimbunan pohon jeruk. Tak ada Desika, juga sepedanya.
"DESIKA! Kalau itu kamu, tekan lagi bebeknya!" Hening sejenak. Lalu suara kwek-kwek itu kembali terdengar.
Kunaikkan satu kakiku menjejak kawat yang melintang, pagarnya bergoyang. Tinggi pagar kawat hanya satu jengkal melewati kepalaku. Aku yakin bisa memanjat dan melompatinya.
"Tunggu aku! Jawab aku! Bunyikan lagi bebeknya." Aku menunggu. Tidak ada suara.
Napasku memburu. Jantungku berdetak kencang. Sambil berpegangan pada kawat, kakiku mencari-cari pijakan. Tepi telapak tanganku mulai nyeri karena tergores duri kawat. Tak disangka, beban tubuhku membuat satu kawat putus. Aku terpeleset, tubuhku meluncur berguling masuk ke dalam parit.
Duri kawat menggores lengan dan kaki. Kepalaku membentur bibir parit. Mengabaikan sakit dan perih di kepala, tangan dan kaki, aku naik ke jalan, berlari kencang menuju rumah terdekat.
Desika di sana menunggu. Desika tidak suka sendirian. Desika takut dengan serangga malam. Desika membutuhkanku sekarang.
300 kata
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro