Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sahur

WARNING!!! Karena ada bahas makanan, ku sarankan kalian membacanya di malam hari saja.

.
.
.

Masih seperti hari biasanya, Akaashi Keiji duduk di depan laptop dengan layar penuh beberapa kolom word pekerjaannya.

Manik zamrud dengan kantung mata tebal melirik jam dinding yang menandakan waktu sudah jam 2 dini hari.

Hari baru, dan ia masih tenggelam dengan masa lalu.

"Aaangh~" Akaashi merentangkan kedua tangannya ke atas, meliukkan punggungnya yang ngilu karena terlalu lama duduk.

Sepertinya ia harus tidur dan melanjutkan pengecekan naskah sehabis sholat subuh, tidak ada salahnya tidur 1-2 jam--

"De Keiji? Belum tidur?"

Yang dipanggil namanya tentu menoleh ke sumber suara, di mana seorang pria yang mengenakan celana boxer dan kaos tanpa lengan tengah menggaruk perutnya.

Akaashi perlu mencerna situasi mengapa ada mantan rekan tim volinya dulu saat SMA... terlihat baru saja tidur di rumah kontrakannya.

Oh, benar.

Si kakak kelasnya ini sedang berlibur dari lelahnya pertandingan voli, rela jauh-jauh ke Jakarta dari Bandung.

Ya, namanya juga sahabat semasa sekolah.

Ada kalanya si senior berkunjung untuk melepas kangen meski keduanya punya kesibukan masing-masing. Ataupun dirinya yang akan pergi ke Bandung di mana timnas Bokuto berada, dengan alasan mencoba kabur dari ibu kota dan budayanya yang terkadang sulit bagi Akaashi ikuti.

"Belum Ka, masih ada kerjaan." Akaashi mengucek matanya yang sedikit merah dan berair, masih dengan kacamata bertengger di pangkal hidung.

"Eh? Tidur sana, paling ga 30 menitan kamu tidur selama aku masak."

Akaashi mengernyit, "Masak? Aku ga lapar ka. Lagian tadi udah ngemil onigiri."

Kali ini Bokuto yang mengernyit, "Kamu lupa hari ini tanggal berapa?"

Akaashi dengan polos mengecek smartphonenya, di mana tanggal hari ini adalah 2 april 2022.

Bibir huruf M itu mengerucut, apa dia melupakan sesuatu lagi?

"Hari ini kita mulai puasa, masa lupa sih? Jam 8 malam kemarin lupa ya kita sholat Tarawih?"

"Haaa??"

"Seriusan kamu lupa?"

Akaashi mengap-mengap, ia benar-benar lupa!

Bokuto menghela nafas, "Dunia mulu sih, lupa kan jadinya?"

Akaashi hanya diam menggigit bibir. Jika Bokuto begini, rasanya ia seperti diomeli ayahnya sendiri.

"Berutung banget kamu punya sahabat kaya aku De, tidur sana, ntar aku bangunin."

"Ngga, aku bantu aj--" Akaashi terdiam ketika Bokuto menatapnya dengan sorot mata memelas, saus tartar.

Teknik lama puppy eyes terkutuk masih tidak bisa Akaashi elak.

"Baiklah, makasih Ka Kou."

Akaashi pun memasuki kamarnya dan berbaring di atas empuknya kasur, masih hangat karena beberapa menitnya yang lalu Bokuto tidur di atasnya.

Tak perlu waktu untuk Akaashi terlelap.

Sementara itu... Bokuto di dapur Akaashi tengah merenung dengan bahan makanan yang ada.

"Sepertinya bikin itu saja... ya walau tanganku akan bau bawang."

Bokuto meraih pisau di dekatnya dan mulai mengupas bawang putih dan merah, mencuci mereka yang sudah terkupas di bawah air mengucur. Lalu memarut mereka hingga halus.

"Erm... ga busuk kan?" Iris emasnya memicing tanda curiga.

Bokuto memecahkan 3 biji telur ke dalam wadah secara bergantian untuk memeriksa apakah ada yang busuk atau tidak--karena perkiraan Akaashi juga tidak terlalu memperhatikan apa yang ia makan.

Selesai dengan telur, Bokuto segera mencuci beras sebanyak 3 kali. Meletakkan mereka di rice cooker, dan beralih dengan mengisi air keran ke dalam teko untuk direbus.

Mengingat dirinya dekat dengan kakak-kakak perempuannya, Bokuto cukup lihai dengan urusan dapur.

Lebih tepatnya, cekatan.

"Kecap... garam..." Bokuto memperhatikan tanda tanggal yang tercetak pada tiap kemasan yang ada, takut-takut Akaashi tidak memakai mereka dalam beberapa bulan terakhir.

Hidungnya kembang kempis mengendus, tanda senang karena semua bahan yang ada masih layak dimakan.

"Yosh, sambil menunggu nasi dan air... kita masak telurnya."

Bokuto menuangkan minyak ke atas wajan, dan memutar kompor. Cetikan gas muncul dan...

Crrrrtk---BWEEESH!

Api menyala dan siap memanaskan minyak di atas wajan.

Bokuto memasukkan bawang yang dihaluskan tadi, menumis mereka hingga harum dengan sejumput garam.

Memasukkan telur yang sudah dikocok lepas, meremas kecap yang ala kadarnya bisa keluar.

SRKKK. SRKKK.

Tangan berotot itu mencampur semua bahan dengan gerakan mengaduk. Meski terkesan penuh tenaga, tiada yang keluar dari wajan selain--

"Adoh!" Tetesan minyak goreng yang terbang dengan bebas.

Bersamaan dengan itu... PTUUUUUU~ Teko air panas berbunyi tanda air telah mendidih.

Namun, Bokuto hanya mengecilkan api tanpa benar-benar mematikan. Serta membuka tutup teko agar tiada lagi bunyi yang terdengar.

Masih berkutat dengan telur hingga mereka berpindah ke piring, Bokuto baru mematikan air panas yang ia didihkan.

"Jangan mematikan teko yang baru berbunyi, mereka belum matang dengan benar."
-- Emak bokuto.

Menata piring yang ada di atas meja makan untuk dua orang, Bokuto mengecek isi lemari Akaashi lagi untuk mencari cangkir untuk membuat teh.

"Ah, ini dia!"

Bokuto menemukan cangkir yang ia berikan pada Akaashi dari marchendise tim volinya. Cangkir berbentu Bokutowl dan Hinatacrow.

Bokuto segera membuat teh panas untuk mereka berdua, dan begitu selesai... TING! Nasi untuk makan telah matang.

Ia menatap penuh bangga pada baru saja yang ia buat. "Sekarang saatnya membangunkan Keiji~"

.
.
.

"De, bangun, ayo sahur."

Namun yang dibangunkan masih meringkuk di atas kasur.

Bokuto masih tidak menyerah, ia menggoyangkan tubuh Akaashi.

"Dee Kei~jiiii!!"

"Mmmgh~" Akaashi hanya mengerutkan alis tanpa terbangun.

"Kamu tidak memberiku pilihan, De."

Bokuto menjepit hidung Akaashi, membuat alis si raven semakin berkerut. Begitu bibir M akan terbuka, Bokuto menutup mulut Akaashi.

Membuat yang lebih muda akhirnya terbangun karena tidak bisa bernafas.

"MNGHH--??!" Membuat iris zamrud yang merah itu melotot tepat ke arah Bokuto.

"Oh, akhirnya bangun." Bokuto dengan santai melepas Akaashi.

Menarik tubuh yang lebih muda agar terbangun dari kasurnya, tanpa mengetahui penglihatan Akaashi sedikit kurang fokus karena masih pusing.

"Ayo ayo sahur~"

"Iya~ iya~" Akaashi dengan lemes mencoba bangun dengan tubuh yang masih ditarik-tarik dari kasur.

"Makan sahur bersama mengingatkan ku ketika kita kamp pelatihan waktu ramadhan dulu."

Akaashi tertegun, menatap punggung lebar Bokuto yang perlahan menjauh. Senyumnya tersungging, ia pun juga merindukan masa-masa sekolah dulu.

Hanya memikirkan pelajaran sekolah dengan ekskul voli, bersenang-senang dengan teman-teman tanpa memikirkan besok makan 3 kali sehari menunya apa.

Dan ketika ia sedang tenggelam dalam benaknya, ia mendengar Bokuto bernyanyi dari ruangan sebelah.

"Tatut tambah dewasa~ aaa~~ Aa~~ aaA~"

"......" Menghancurkan momen bernostalgia dengan lagu remix.

Setelah mencuci muka, Akaashi duduk berseberangan dengan Bokuto.

Masih dengan mata setengah mengantuk, Akaashi menatap menu sederhana yang tersaji di depannya.

"Aku yakin istrimu nanti akan sangat senang jika kamu memasak untuknya, Ka Kou."

"Istri? Aku bahkan belum berpikiran untuk menikah. Aku masih 24 De."

Akaashi yang tengah menyesap teh terbatuk keras, sampai-sampai membuat Bokuto berhenti untuk mengambil nasi.

"De? Ga papa?"

Akaashi mencoba menenangkan diri, setelah merasa lebih baik--meski dadanya masih sakit dan matanya berair--ia menatap Bokuto yang kebingungan.

"Ka Kou ingat ini sudah tahun berapa?"

"Erm... 2022 kan?"

"Tahun ini aku 27, karena kaka yang lebih tua itu berarti..." Si atlit voli akan berusia 28 tahun.

Tluk. Bokuto menjatuhkan centong nasi yang ia genggam, wajahnya pucat pasi.

"Subhanallah, perasaan baru kemaren Game 2018??? Aku ga mau waktu lebaran masih ditanya kapan nikaaah 😭 Gimana dong De??"

Sama halnya untuk Akaashi, ia juga masih sendiri karena sibuk dengan pekerjaannya. Dalam artian... ia juga tidak punya solusi untuk Bokuto.

"Ummm.. mari kita lanjut sahur saja." Dia memilih kabur dari topik percakapan.

Bokuto menoleh ke arah jam dinding, "Benar juga, sebentar lagi waktu imsak."

Dan setelahnya keduanya tidak melanjutkan lagi percakapan soal jodoh yang masih belum terlihat Hilalnya.

*****

Author Note :

Untuk sebagian warga Indonesia ada yang mulai puasa dari tanggal 2, dan ada pula yang mulai dari tanggal 3. Jadi jangan heran ya?

See you on next chapter~

02042022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro