Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

U Belong 2 Me

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

U Belong 2 M3
By. Naiaia
NixHiems_

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sora memandang lagit malam sambil tersenyum senang dan menunggu kembang api datang.

Dengan selimut dibahu dan infus di tangan, dia bersemangat menyambut tahun baru datang.

"Kau tau, masih terlalu dini untukmu menunggu kembang api."
Sora menengok dan tersenyum tulus saat ia melihat anak laki-laki seusianya didepan pintu.

Rambut putih yang berantakan serta tas sekolah hitam yang ia bawa ditangan.

"SATORU!" "Ini baru jam 10. Masuklah. Nanti kau sakit."
Sora hanya tertawa pelan lalu menunjuk infus disisinya.

Gojo hanya menggeleng lalu melemparkan tasnya keatas sofa sebelum akhirnya menghampiri Sora.

"Kau benar-benar keras kepala."
Gojo mengulurkan tangannya pada Sora setelah ia melepas gakurannya dan meletakannya dikasur rumah sakit.

"Kemari."
Sora tersenyum lalu mengulurkan tangannya pula sebelum akhirnya Gojo yang tak sabaran menarik tangan ringkih tersebut.

Mungkin terlihat kasar namun dia tidak menyakiti Sora, tangannya hangat. "Kenapa kau memakai seragam sekolah?," tanya Sora kemudian.

Gojo terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab pelan.
"Aku lupa kalau sekarang tahun baru."

"Hah!"

"Aku lupa kalau sekarang tahun baru!"
Dan tawa Sora pun pecah.

...

Gojo Satoru dan Fuyuki Sora sudah saling mengenal sejak mereka kecil. Rumah yang berdekatan, kedua orang tua yang bersahabat sejak masih muda bahkan kenyataan jika mereka tak perpisahkan bukanlah hal yang mengejutkan.

Sora yang sejak dulu memiliki badan yang lemah dan Satoru yang sejak dulu selalu menang pertarungan berakhir selalu menempel satu sama lain.

Sora yang selalu ada disisi Gojo dan menenagkannya saat ia mengamuk dan Gojo yang selalu melindungi Sora dan berada disisinya saat ia menangis.

Mereka selalu bersama hingga takdir memisahkan mereka.

...

Sora divonis memiliki Aritmia saat ia berusia 7 tahun. Gojo saat itu panik bukan main saat ia melihat Sora dibawa oleh petugas medis.

Ia takut saat mendengar Sora dilarikan ke UGD dan segera pergi ke sisi Sora saat ia mendengar jika ia sudah dapat mengunjunginya. Gojo ingat hari itu, hari dimana ia merasa lemah.

Ia ingat saat ibu Sora menangis histeris, ibunya yang terduduk saat mendengar penjelasan ayah Sora dan ayahnya yang memeluk sang ibu serta Gojo dengan kata-kata yang diharapkan dapat menenangkan mereka.

Gojo ingat saat-saat itu. Saat dimana air matanya menetes tanpa sebab, saat dimana ia bingung dan tak paham akan keadaan sahabatnya, saat dimana ia berharap ia dapat melakukan sesuatu. Atau saat dimana pertanyaan polosnya terdengar sangat mengerikan jika ia mengingat kembali dirinya dimasa lalu.

"Ma. Tuan malaikat tak akan membawa Sora pergi seperti ia membawa nenek pergikan?"

...

"Mengerikan bukan?"

"Apanya?"

"Soulmate."

Gojo menatap Sora yang masih berada diatas kasur rumah sakit. Tahun itu adalah tahun ke 5 setelah Sora divonis. Baru lima tahun namun Gojo sudah merasa seperti rumah sakit adalah rumah keduanya.

Ia mengenal semua anak yang dirawat disana, semua suster, dokter, bahkan teknisi dan mereka pun mengenal Gojo.

"Kau tak akan tau siapa mereka sampai salah satu dari kalian mati dan kemudian bertemu dialam mimpi. Bukankah itu mengerikan." Gojo terdiam sesaat.

Tangan yang memegang ponsel tampak melemas sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan gimnya sambil tidur diatas sofa rumah sakit.

"Tidak juga. Kurasa."

"Kenapa?"

"Karena mereka dapat bertemu walau hanya dialam mimpi?"

"Bukankah itu seperti dihantui? Dunia akan terus maju dan waktu akan terus berputar. Jika bertemu setiap malam dengan orang yang bahkan tak lagi terikat didunia, memaksa mereka untuk menetap. Bukankah itu menyedihkan dan mungkin... sedikit kejam."

"Tapi mereka terikat takdir."

"Huh?"

"Soulmate terikat takdir."

...

"Jika kau harus mati terlebih dahulu.. bagaimana kau tau jika kau bertemu dengan soulmatemu?"

Kali ini Gojo yang bertanya dan Sora hanya terdiam sambil menutup pelan buku yang ia baca. Matanya melirik Gojo yang duduk disisinya dengan sebuah novel ditangan.

"Sejak kapan kau membaca novel romantis."

"Ieri menyruhku. Katanya agar aku bisa mengurangi tanda-tanda psikopatku."
Sora mendengus lalu tertawa pelan "psikopat?"

"Entahlah. Hanya karena aku tak pernah kalah dan sedikit galak pada beberapa orang bukan berarti aku psikopat. Lagipula novelnya menarik."
Mereka berdua kembali terdiam, hening kembali menerpa dan ketenangan kembali datang. Sora dapat merasakan degup jantungnya dan tangan hangat Gojo yang selalu menganggam tangannya.

"Mungkin kau akan tau saat kau bertemu dengan soulmatemu untuk pertama kali."

"Seperti cinta pada pandangan pertama?"

"Mungkin?"

"Heh.. konyol."

...

"Ayahku berkata jika kau akan tau siapa soulmatemu dimalam pertama diusiamu mengijak 17 tahun. Kalian akan bertemu dialam mimpi namun jika kalian sudah pernah bertemu hal itu tak akan terjadi."
Sora tersenyum mendengar penjelasan Gojo mendadak tentang soulmate tak lama setelah ia menapakan kaki dikamar inap Sora.

"Kalau mereka pernah bertemu."

"Mimpi itu tak akan pernah datang."

"Heh.. kasihan."

...

Malam itu adalah hari ulangtahun Sora. Sepuluh tahun berada dirumah sakit, sepuluh tahun divonis dengan penyakit jantung dan sepuluh tahun sejak Gojo Satoru terus datang kerumah sakit hanya untuk menjenguknya.

Sepuluh tahun Gojo terus datang setiap harinya namun malam itu ia tak muncul, begitupula mimpinya.

...

Tiga bulan berlalu dan Gojo tak pernah datang. Sora khawatir bukan main namun orang tuanya selalu mengalihkan pembicaraan saat ia bertanya tentang Satoru. Hingga akhirnya malam itu. Ia bermimpi. Dan Gojo Satoru hadir dalam mimpinya.

Dia tersenyum pada Sora dan melambaikan tangannya. Sora berlari kerahanya dan semakin ia mendekati Gojo ruangan serba putih itu pun perlahan berubah menjadi pemandangan ditepi laut.

"Kau... Satoru."

"Selamat ulang tahun. Maaf aku terlambat namun.. aku tak bisa hadir dihari ulang tahunmu."

"Kau bodoh."

...

Siangnya orang tua Sora dan orang tua Satoru datang membawakannya sebuah kabar bahagia. Ia mendapatkan jantung untuk transplantasi. Sora terdiam, wajahnya tak menunjuka ekspresi senang sampai ia pun berkata dengan tatapan kosongnya.

"Aku bertemu dengan Satoru. Dalam mimpiku, ia meminta maaf."
Dan ibu Satoru pun terjatuh kelantai.

...

Esoknya Sora menghadiri pemakaman Satoru. Walau dengan keterbatasan waktu, ia tetap bersyukur kana diperbolehkan hadir. Fotonya yang sedang tersenyum terbingkai dalam sebuah bingkai hitam dengan bunga lili putih disekitarnya.

'Kecelakaan' 'Hendak pergi kerumah sakit' 'Kaus hitam, celana putih dan sebuah kue ditangan' 'Ia membuatnya sendiri' 'Koma tiga bulan' Dan Sora pun tak sanggup menahan tangis. Ia membiarkan air matanya mengalir, pandangannya yang kabur sebelum akhirnya semua menjadi gelap.

...

"Satoru."

Satoru berbalik dan tersenyum cerah saat ia melihat Sora datang menghampirinya.

"Hei! Wajahmu kenapa begitu!"

"Bodoh. Satoru bodoh. Kenapa kau harus pergi lebih awal dari ku. Kenapa kau harus menghantuiku. Kenapa bukan aku?"

"Tenanglah. Lagi pula aku akan terus hidup selama kau hidup. Jantungku ada padamu bukan?"

Tangan Sora memegangi dadanya tanpa sadar. Degup hantung terasa jelas dengan irama stabil dan tangisnya pun pecah. Ia memangis disana, didalam pelukan Satoru, hingga langit biru menjadi jingga.

"Kau tau. Legenda mengatakan jika jiwa soulmate berasal dari bintang yang sama. Aku senang kita soulmate, aku senang legenda itu nyata, aku senang dapat berada disini bersamamu."

"Kenapa?"

"Karena.. aku dapat mengucapkan maafku padamu dan menyatakan perasaanku padamu pula."

"Kau jahat, Satoru."

"Jangan sedih. Dikehidupan selanjutnya kita akan bersama."

"Bagaimana jika tidak?"

"Aku akan mencoba lagi dikehidupan setelahnya. Toh, jiwa kita berasal dari bintang yang sama dan takdir mengikat kita satu sama lain."

"Sejakapan kau jadi aneh begini."

"Salahkan novelmu."

"Hei!"

...

"Satoru! Cepat bangun kita terlambat!"

"Lima menit lagi!"

"Mau tidur sampai kapan? Sampai kehidupan selanjutnya?"

"Iya, sampai kehidupan selanjutnya. Toh, dikehidupan selanjuta kau juga akan ada disana."

"Ngomong apa sih?"

"Ga! aku bangun sekarang."

~~~~~~~~~

FIN

Kolor note : mai, mmf paragrafnya kerapetan, jadi ku edit dikit

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro