Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Her and Him

Her and Him

Onigasaki Kaikoku ✕ OC!

Nakanohito Genome © Osora

Soulmate AU

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Her and Him

By. Kumi
NikishimaKumiko

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

.

.

"That day, everything has changed."

.

.

ーStage one, Animal battle,

13th districtー

Nakanohito Genome, sebuah program di mana seluruh gamer terpilih yang bermain permainan tersebut akan diculik dan dijadikan sebagai pemain streamer. Di hutan rindang, seorang gadis berambut biru muda tengah menatap sinis pada sosok lelaki yang lebih tinggi darinya. Tangan pemuda itu sibuk menebas tikus raksasa melalui katana miliknya. Sedangkan ia hanya bisa menghindar di belakang punggung sang lelaki pemilik helaian rambut berwarna hitam.

"Kau tidak apa-apa, ojou-chan? Sudah tidak sanggup menghindar lagi?" tanya Kaikoku, pemuda tersebut, "sudah kubilang kalau kau hanya perlu membunuh mereka. Lagipula, ini mencurigakan, tiba-tiba berada di sini saat kita sudah terbangun. Penculikan, ya?"

"Kumiko."

"Huh?"

"Daripada kau memanggilku dengan sebutan ojou-chan, lebih baik kau memanggil dengan namaku," ujar Kumiko ketus. Dahinya mengerut, membuat Kaikoku berpikir bahwa ia terlihat lucu.

Iris sapphire layaknya samudera nan luas tersebut bertemu iris onyx hitam kelam seperti arang. Detakan kencang mulai berdegub di dada mereka masing-masing. Kaikoku mengalihkan wajahnya, entah kenapa ia merasa tidak bisa berpikir jernih, "Baiklah, baiklah, Kumiko, kan? Aku tidak ingin mengenalkan namaku, namun sepertinya aku tidak punya pilihan, haha."

"Onigasaki Kaikoku, salam kenal."

Pemuda dengan pakaian kimono tersebut mengulas senyum. Entah mengapa, Kaikoku ingin memberitahu mengenai dirinya dan juga ingin tahu semua mengenai gadis yang tengah berdiri di hadapannya. Padahal, ini hanyalah pertemuan pertama.

Angin sepoi-sepoi berembus, membuat kelopak mata milik Kumiko mengerjap pelan. Ia merapikan helaian biru muda miliknya yang sedikit berantakan lalu melirik ke dada Kaikoku. Pemuda itu berjalan mundur karena merasa kedinginan akan tatapan yang Kumiko arahkan padanya.

"Tatoo ituー" perkataan Kumiko berhenti lalu ia menghela napas, "bukan apa-apa. Tidak jadi, hmph."

'Main mahal, heh?' batin Kaikoku menyeringai. Pemuda itu mengendikkan bahunya seraya memasang senyum, "Kupasang saat menginjak masa rebellious. Apa kau tertarik, Kumiko?"

Semudah itu Kaikoku mengutarakan satu kebohongan pada gadis di hadapan ia. Tak mungkin ia katakan jika tatoo tersebut muncul dengan sendirinya pada saat ia menginjak masa pubertas, bukan? Harga diri Kaikoku dipertaruhkan kalau gadis yang menarik perhatiannya ini menertawakannya.

Kumiko berdehem pelan, memasang ekspresi kebingungan, "Kalau tidak salah, kakak angkatku juga punya tatoo seperti Onigasaki-san. Ah, hanya saja Naoto itu laki-laki!"

Kaikoku tertohok. Lucu sekali kalau pasangan yang ditakdirkan dengannya tersebut bergender sama. Tuhan, ia masih ingin merasakan bagaimana perjalanan cinta bersama perempuan.

"Bercanda, kau terlihat pucat. Lagipula, mana mungkin tatoo dengan desain jelek seperti itu dipakai oleh Naoto."

Kaikoku mengerjap, tak merasa tersinggung sama sekali. Beberapa menit kemudian, ia pun tertawa. Benar-benar gadis yang menarik. Pemuda itu menghela napas, andai tatoo yang dimiliki oleh keturunan Onigasaki ini tidak menandakan pasangan hidup, mungkin Kaikoku sudah bisa hidup bebas.

.

.

ーStage four, Mimicry man-eater extermination,

Food cellarー

Tatoo berwarna hitam, corak dan desain yang dimiliki akan beda tiap pasangan. Seluruh keluarga yang memiliki darah Onigasaki akan mendapatkan tanda tersebut saat memasuki masa pubertas. Kaikoku menganggap hal ini sebagai kutukan. Ia lari bukan hanya serta merta tak ingin dijadikan alat oleh kakeknya, melainkan juga karena tak ingin dijodohkan oleh orang yang memiliki tatoo sama dengannya.

Kakeknya mengatakan, suatu hari ia akan bertemu dengan yang ditakdirkan. Konon katanya, jika keturunan Onigasaki menikah bersama orang yang tak memiliki tatoo sama dengannya. Maka, keturunan Onigasaki tersebut akan berubah menjadi iblis.

Lucu sekali, memang kenapa kalau berubah menjadi iblis? Memang kenapa kalau tidak bersama dengan yang ditakdirkan? Kaikoku tidak peduli dengan hal tersebut.

"Onigasaki-san? Huft, kau melamun lagi," gerutu Kumiko seraya menghempaskan dirinya sendiri di samping pemuda itu.

Jari jemari kecil milik gadis itu mulai membuka game-nya. Sesekali ia tertawa kecil, mengabaikan tatapan Kaikoku yang dilontarkan padanya. Sungguh, jika Kaikoku bisa memilih pasangan hidup maka ia akan segera membawa Kumiko dari tempat ini. Meskipun lamaran tak langsungnya selalu ditolak mentah-mentah, mungkin ini yang dinamakan dengan kutukan Onigasakiーtak bisa hidup bersama seseorang yang bukan pasangannya.

Kaikoku berandai-andai, bagaimana bisa Kumiko masih bisa tersenyum seperti itu setelah pingsan dan hampir diserang oleh Mimicry Man-Eater? Matanya tidak bisa melepaskan perhatian pada tingkah sang gadis. Ia ingin selalu melindungi gadis itu.

"Kau sudah sehat? Jangan sampai jatuh lagi, lho. Membopongmu itu berat," ledek Kaikoku seraya menyeringai kecil.

Kumiko mengalihkan perhatiannya sedikit dari otome game-nya tersebut, "Kalau begitu, tinggalkan saja aku. Aku bisa minta tolong pada Iride-kunーeh, tunggu, Iride-kun kan lemahーmaksudku, Anya-kun untuk membopongku lain kali, hehe."

Akatsuki yang mendengar bahwa dirinya disebut lemah, meskipun itu kenyataan, dari kejauhan hanya bisa down. Sementara Anya memutar irisnya malas.

Pemuda berambut hitam dengan topeng iblis di samping kirinya tersebut mendelik tak suka. Entah mengapa, ia merasa marah jika mendengar ada sosok lain yang menyentuh gadis di sampingnya ini. Namun, dengan cepat Kaikoku merangkul Kumiko sembari mengacak helaian biru muda pucatnya.

"H-heiーOnigasaki-san?! Rambutku jadi berantakan!"

"Haha, tak apa. Bisa kau betulkan nanti."

Para streamer lain hanya bisa tertawa kecil melihat kedekatan kedua sosok tersebut.

.

.

ーEmergency stage,

White roomー

Kaikoku membuka matanya, ia tak bisa bergerak seinchi pun. Namun, ia dapat melihat pasti ruangan serba putih. Ah, sudah pasti ia masuk di dalam penjara game karena menyerang kordinator district. Suara pintu terdengar, menampakkan sesosok pria dengan topeng maskot Alpaca bersama seorang gadis berambut biru muda yang mengekor di belakangnya.

Rasa marah naik sampai di ubun-ubunnya, ia takut jika gadis itu ikut terseret karena masalah yang ia perbuat atau mungkin saja diancam oleh Paca. Tapi, pemuda bermarga Onigasaki tersebut tetap berusaha tenang dan berlagak lemas.

Paca mengatakan sesuatu, tapi ia berpura-pura tak bisa mendengarnya. Kaikoku bergumam kecil dan lemah. Sementara Kumiko menatap datar meskipun Kaikoku tahu kalau gadis itu terlihat cemas, menurut firasatnya.

Saat Paca mendekatkan diri. Sontak saja, Kaikoku menggigit tangan Paca hingga berdarah, membuat ia ditampar keras oleh pemuda paruh baya tersebut. Ia memicingkan mata, menatap geram pada Paca.

"Baiklah, jangan salahkan aku atas Nikishima-sama yang ingin berada di sini. Ia ikut terseret di ruangan ini karenamu, meskipun seharusnya aku tidak bisa membiarkan perempuan dan pria dalam satu white room. Have a sweet nightmare, Onigasaki-sama," ujar Paca seraya meninggalkan kemudian mengunci ruangan.

"Alpaca sialan itu!"

Kaikoku berteriak marah, sejenak mengabaikan kehadiran Kumiko yang masih diam. Sesaat setelah dirasa emosinya mereda, Kaikoku melirik lalu menghela napas.

"Kenapa kau ikut kesini, huh? Apa kau terlalu bodoh hingga terseret di penjara ini?" sarkas Kaikoku. Ia bangkit dari kasurnya lalu memperhatikan sekitar, ia menemukan futon yang ditaruh di samping kursi. Kursi tersebut diduduki oleh dua nui kecil yang mirip sekali dengan dirinya dan Kumiko.

Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi, tidak seharusnya ia melampiaskan amarah pada Kumiko. Ia pun menghela napas seraya bergumam, "Apakah gadis ini tidak takut kalau terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan? Dia kan perempuan dan aku laki-laki, hah ...."

"Eh, Onigasaki-san ... kau bilang sesuatu?" tanya Kumiko yang ke luar dari kamar mandi sembari membawa syal berwarna ungu pastelnya. Syal tersebut telah basah, kemungkinan untuk meredam luka di wajah Kaikoku sehabis terkena pukulan Paca tadi. Dan gadis ini bertingkah seolah tidak ada masalah yang terjadi. Ia tersenyum kecil.

Saat ingin mengatakan sesuatu, Kaikoku tersadar akan sebuah tatoo hitam yang nampak di leher bagian kiri milik Kumiko. Tatoo yang sama persis dengan yang ia punya di bagian bahu mendekati dada kanan.

"Kumiko, tatoo ituー"

"Huh ...? Ah, OH, INIーhaha, tatoo ini hanya spidol, kok! N-nanti juga hilang!" ujar Kumiko panik. Ia memalingkan badannya dengan cepat lalu menutupi tatoo tersebut.

Selama ini, sosok yang ditakdirkan itu telah bersamanya semenjak ia menginjakkan kaki di pulau ini. Pipi milik Kaikoku mulai menghangat, perasaan senang memenuhi relung dadanya. Ia menyeringai, kemudian menyentuh pelan tatoo milik Kumiko tersebut.

Kaikoku terkekeh pelan, "Tapi, kok, tatoo ini tidak hilang?"

Kumiko mengembungkan pipinya. Ia tidak suka jika tengah berada di situasi seperti ini bersama sosok yang paling dekat dengannya di district ke-13. Diledek habis-habisan. Dengusan kecil ia keluarkan, "Tatoo ini muncul saat Naoto hilang dua tahun lalu, puas?"

Waktu yang sama dengan kemunculan tatoo milik Kaikoku. Sontak saja, pemuda itu memeluk erat Kumiko dari belakang. Tak mengijinkan sang gadis untuk melihat ekspresinya saat ini.

Kaikoku bertekad untuk tak melepaskan Kumiko dari genggamannya, apapun yang terjadi. Sedangkan gadis itu sibuk melihat gelang bertuliskan namanya, Kaikoku menduga bahwa gelang tersebut menandakan identitas tahanan white room.

"Kumiko."

"Kenapa, sih?"

"Mari kabur dari tempat ini," ujar Kaikoku serius. Masih dengan posisi memeluk dari belakang.

Kumiko mengangguk kecil, menengok ke belakang seraya tersenyum polos, "Baiklah!"

.

.

.

[END]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro