🥀 E(nd)pilogue 🥀
Setelah badai yang menyapu jerubu, langit pun kembali dengan lebih cerah, diikuti indahnya pelangi yang menghiasi langit biru.
Hari ini adalah hari kelulusan Sehun. Orang tuanya duduk dibangku yang khusus disediakan untuk wali murid, tapi remaja itu masih saja gelisah, dia menunggu seseorang yang belum kunjung datang.
Acara hampir usai, namun sosok itu belum jua terlihat. Hingga dua orang pria muncul di ujung pintu depan tergesa-gesa, bibir Sehun yang sejak tadi melengkungkan ke bawah kini senyumannya merekah dengan mata berbinar-binar.
“Hyung.”
Jongdae dan Chanyeol menepati janjinya untuk menghadiri acara kelulusan Sehun, dengan susah payah, karena taksi yang mereka naiki tiba-tiba bannya bocor di tengah jalan.
Sehun menghampiri Jongdae dan langsung memeluknya. “Aku jadi teringat ketika dulu aku datang ke acara kelulusan, Hyung,” ucap Sehun, “waktu itu teman-teman mu mengira aku adalah adikmu.”
Jongdae terkekeh. “Kamu, kan, memang adikku.”
Sehun tak suka, tak pernah suka. Tapi dia akan membiarkan Jongdae untuk kali ini saja.
“Apakah kamu akan mengenalkan ku dengan teman-temanmu?”
Sehun tak pernah mengenalkan Jongdae dengan teman-temannya, karena Jongdae akan dianggap sebagai kakaknya. Meski pun itu memang benar, tapi Sehun tak menyukainya.
“Mereka menyebalkan, sebaiknya Jongdae Hyung tak usah berurusan dengan mereka.”
“Ekhem!” Chanyeol sengaja berdeham cukup keras sambil bersiul-siul.
Sambil masih memeluk Jongdae, Sehun melirik orang itu sinis. “Kenapa kamu juga ikut ke sini?”
Chanyeol menarik Sehun dan memiting kepalanya. “Yah! Aku sudah meluangkan waktuku yang sangat-sangat-sangat berharga demi datang ke sini, Sialan.”
“Aku tak memintanya!”
“Aku lebih tua darimu.”
“Oke kamu akan ubanan duluan, Park Chanyeol.”
Jongdae mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto Sehun dan Chanyeol yang sedang berdebat. Itu menyenangkan dan terasa hangat karena mereka bertiga sekarang jadi lebih dekat seperti sahabat.
Meski mungkin cuma Jongdae yang menganggapnya demikian dan kedua laki-laki itu tidak ingin saling mengakui satu sama lain.
Pada akhirnya mereka jadi pusat tontonan dan Jongdae menarik kedua telinga pria itu untuk memisahkannya.
“Chanyeol, berikan bunga yang kamu beli tadi pada Sehun,” perintah Jongdae.
Sehun menatap buket bunga yang sejak tadi Chanyeol genggam.
Dengan berat hati, Chanyeol menyodorkan bunga tersebut pada Sehun dengan wajah merenggut.
“Nih, terima.”
Sehun cuma menatap bunga tersebut tanpa niat menerimanya. Lalu dia beralih pada Jongdae. “Kenapa bukan Jongdae Hyung saja yang memberikan bunga itu padaku?”
Chanyeol hampir menjatuhkan rahangnya karena kesal.
Jongdae menyedekapkan tangannya. “Sehun, kamu harus menghargai pemberian orang lain meski pun itu datang dari orang yang kamu benci.” Sekarang Jongdae sedang bersikap selayaknya kakak bagi Sehun.
Sehun melirik Chanyeol yang memalingkan wajahnya.
“Aku akan lebih senang bila bunga itu darimu, Hyung.”
“Bunga itu ideku, dibeli dengan uang patungan, Chanyeol inisiatif membawanya.”
Sehun langsung merebut bunga tersebut dari tangan Chanyeol dan menciumnya dengan semangat.
“Bunganya masih segar, Jongdae Hyung memang yang terbaik.”
Jongdae berbohong. Bunga itu adalah inisiatif Chanyeol, dibeli dengan uang Chanyeol, dan Chanyeol meminta Jongdae untuk memberikannya pada Sehun, tapi Jongdae tak mau dan dia bilang akan lebih senang bila melihat Chanyeol memberikannya sendiri.
Acara kelulusan Sehun ditutup dengan mereka bertiga yang berfoto bertiga dengan Sehun di tengah-tengah Chanyeol dan Jongdae.
🥀🥀🥀
Setelah dari sekolah Sehun, Jongdae langsung bergegas pergi, hari ini dia memiliki janji dengan seorang psikiater.
Tapi entah kenapa Sehun dan Chanyeol ngotot mau ikut, alasan mereka, karena mau mengantar Jongdae.
Sebenarnya Jongdae tak butuh diantar seperti ini karena dia adalah laki-laki yang sehat walafiat, tapi akhirnya dia biarkan saja karena kalau tidak, mereka malah akan diam-diam membuntutinya dengan alasan keamanan.
Iya, sejak beberapa bulan lalu Jongdae sudah berdamai dengan dirinya sendiri dan mau menjalani perawatan atas keinginannya sendiri.
Chanyeol dan Sehun rajin bergantian mendampinginya atau berbarengan seperti saat ini, sekali pun mereka berdua belum pernah membiarkan Jongdae menghadapinya sendirian. Mereka berdua selalu ada untuk Jongdae dan Jongdae bersyukur atas dukungan dari mereka.
Baik Sehun mau pun Chanyeol juga tak pernah membiarkan Jongdae kesepian, mereka selalu bergantian mengajak Jongdae pergi ke tempat-tempat yang Jongdae inginkan dan melakukannya bersama-sama.
Biasanya, paling sering Jongdae akan mengajak mereka ke perpustakaan, ke taman kota, atau sekadar belanja dan menonton film, atau malah seharian cuma bermalas-malasan di rumah.
Mereka tidak pernah protes dengan semua hal yang Jongdae inginkan, meski pun terkadang itu agak konyol dan Jongdae pun sadar dia suka kekanak-kanakan. Terkadang Jongdae merasa Sehun lebih dewasa daripada dirinya.
Mereka juga masih kerja paruh waktu di Green Sweet Bakery. Jongdae sangat bersyukur bibinya Chanyeol masih sudi menerimanya bekerja ditoko roti miliknya, setelah huru-hara yang Jongdae perbuat hingga polisi sempat ikut andil dalam masalah tersebut.
“Jongdae, aku akan menunggumu di luar.” Chanyeol ingin mengucapkan lebih dari itu, namun pada akhirnya cuma itu yang lolos dari mulutnya.
Sehun mengelus pundak Jongdae pelan. “Hyung, aku akan selalu di sisimu.”
Jongdae bersyukur memiliki mereka berdua dihidupnya.
🥀🥀🥀
Kim Jongdae pernah sangat menyesal karena tak menganggap penting mimpi milik orang yang dicintainya. Namun kini, dia ingin menebus semua itu dengan menjadi supporter nomor satunya Park Chanyeol.
Karena hari ini adalah milik Chanyeol.
Hari yang telah lama Chanyeol tunggu-tunggu, semua latihan dan kerja kerasnya, setidaknya ini adalah batu loncatan milik Chanyeol untuk meraih mimpinya selama ini.
Sekitar delapan bulan yang lalu, Chanyeol mulai mengikuti perlombaan balap amatir setelah bergabung dengan akademi balap lokal untuk mempelajari pengetahuan dasar tentang balap, juga mulai serius membangun otot yang kuat dengan melakukan aktivitas fisik, dan bukannya ikut balap liar yang sangat dibenci Jongdae waktu itu.
Chanyeol berhasil memenangkan beberapa kompetisi meski kebanyakan cuma jadi juara dua atau bahkan tiga.
Namun itu sudah lebih dari cukup bagi Chanyeol untuk mendapatkan sebuah pengalaman dan pengasah kepekaannya di landasan pacu. Seperti yang sedang dilakukannya sekarang.
“Ini akan menjadi hari bersejarah Chanyeol, mana yel-yelnya semua?” teriak Jongdae dengan mengeras suara.
Saat semua teman-temannya meneriakkan yel-yel yang sudah Jongdae siapkan, Kyungsoo menutup kedua telinganya, dia merasa Jongdae tak memerlukan pengeras suara lagi cuma agar suaranya terdengar. Pita suara laki-laki itu memang sangat gila.
Park Chanyeol...♪ Park Chanyeol...♪
Park Chanyeol aaaaa-yo melaju...♪
Menerjang angin...♪ menaklukkan lintasan balap...♪
Chanyeol yang sedang bersiap-siap digaris start tersenyum simpul mendengar Jongdae memimpin teman-teman Chanyeol untuk meneriakkan yel-yel dibangku penonton. Dari tempatnya saat ini, Jongdae terlihat lebih manis daripada biasanya.
“Fokus! Fokus! Fokus!” Sehun menimpuk kepala Chanyeol dengan handuk mini. “Jangan sembarangan menatap Jongdae Hyung dengan mata keranjangmu itu.”
Sementara tangan kirinya memegang payung, tangan kanan Sehun menyodorkan botol yang sudah diberi sedotan pada Chanyeol.
“Syirik saja.” Chanyeol cuma minum sedikit lalu mengembalikannya pada Sehun.
“Kalau aku juga bisa naik motor, pasti aku akan lebih keren daripada kamu, Chanyeol.”
“Payungnya miring asisten,” protes Chanyeol.
Sehun menegakkan payung yang dibawanya. Sementara di sekeliling mereka, ada banyak orang-orang seperti dirinya, jumlahnya sekitar 20 orang dan Chanyeol ada dinomor 4.
“Jangan memperlakukanku seperti babu mu.”
“Kau, kan, memang babu ku.”
Sebenarnya, awalnya, Jongdae lah yang mengajukan diri untuk menjadi asisten Chanyeol, tapi Sehun tak rela Jongdae dan Chanyeol sering berdua-duaan dan Chanyeol bisa seenaknya menyuruh-nyuruh Jongdae, maka dari itu, Sehun juga mengajukan diri untuk menjadi asisten Chanyeol dan mengancam Chanyeol untuk memilihnya daripada memilih Jongdae dengan alasan ini itu yang tentu dibuat-buat.
“Tapi serius Sehun, makasih udah mengantikan Jongdae, kalau gak, mungkin aku malah gak bisa fokus balapan.”
Sehun mengernyit bingung. “Ngomong apa, sih? Jijik.”
Chanyeol menepuk pundak Sehun akrab. “Terima saja lah pujianku. Sekarang, kan, kita best friend.”
Tapi Sehun yang masih kekanak-kanakan, masih saja tak mau mengakui Chanyeol kalau dia juga sudah mulai menerima Chanyeol sebagai temannya. Meski begitu, gerak tubuh Sehun tak bisa membohongi siapa pun yang melihat mereka.
“Bawel, fokus saja sana dan membuat Jongdae Hyung bangga. Awas saja kalau sampai kalah dan membuat Jongdae Hyung sedih.”
Chanyeol memakai helmnya. “Tak perlu kau beritahu pun, aku pasti akan menang.”
“Kamu baru boleh sombong kalau sudah jadi pembalap kelas dunia.”
“Kau bisa memegang kata-kataku.”
Setelah semua orang menyingkir dan tinggal menyisakan para peserta, mereka mulai menghidupkan mesin motor, dan ketika sinyal bahwa perlombaan sudah dimulai, seketika motor-motor itu segera melaju dengan kecepatan tinggi melintasi sirkuit.
🥀🥀🥀 SELESAI 🥀🥀🥀
Ningtias 20/11/2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro