Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapt 22 🥀 Jet Lag

Siang itu di toko roti milik bibi Chanyeol, Green Sweet Bakery, semuanya berjalan seperti biasanya sejak beberapa hari terakhir ini, dan Chanyeol rasa tidak ada hal-hal yang mengusiknya selain Sehun yang beberapa kali membuat kekacauan di dapur dengan adonan-adonan kue itu.

Meski tak bisa dibilang mudah, Chanyeol bersyukur dengan sedikit bujukan bahwa mungkin saja Jongdae akan mendapatkan sesuatu yang menggugah hatinya, dia pun mau membantu Chanyeol bekerja sambilan, tentu dengan Sehun yang dengan memaksa harus ikut juga dan berakhir dia selalu datang ke toko roti itu setelah pulang sekolah; masih lengkap dengan baju sekolahnya.

Biasanya dihari Senin-Selasa mereka - Chanyeol dan Jongdae - akan datang pukul delapan pagi dan pulang pukul sebelas, sementara dihari-hari biasanya selain Jumat hingga Minggu karena libur, mereka berdua akan datang pukul satu siang dan pulang jam empat sore. Mereka berdua selalu datang dan pulang bersama-sama, meski Jongdae sudah sering menolak tapi Chanyeol selalu bersikeras dan akhirnya Jongdae memilih mengalah dan menurut saja.

Karena belum genap sebulan, mereka juga belum gajian, tapi bibi Chanyeol memperlakukan Jongdae dengan sangat baik dan setiap kali pulang kerja selalu membawakan Jongdae beberapa roti yang rasanya manis, mungkin sudah dianggapnya seperti anak sendiri? Meski sebenarnya wanita itu sendiri memilih tak memiliki anak atau pun menikah lagi semenjak suaminya meninggal 20 tahun yang lalu karena kecelakaan bersama selingkuhannya.

Setiap hari Jongdae selalu menunjukkan peningkatan positif pada kesehatan fisik dan mentalnya, Chanyeol merasa seperti melihat Jongdae yang dulu dikenalnya dan dia sangat senang. Jongdae bahkan sudah sangat jarang terlihat murung atau pun berniat untuk melukai dirinya sendiri lagi.

Meski seharusnya dia tak terlalu cepat berpuas hati seperti itu.

Chanyeol menghampiri Jongdae yang sedang menata beberapa croissant yang baru diambilnya dari loyang panas untuk dimasukkan ke dalam etalase yang berjajar panjang di depannya, Chanyeol menunjuk-nunjuk pergelangan tangannya sendiri - dengan kepala agak dimiring-miringkan untuk menarik atensi laki-laki itu - seakan sedang menunjukkan jam berapa saat ini.

Ketika Jongdae akhirnya menoleh padanya, senyum Chanyeol segera merekah. "Waktunya istirahat," katanya agak sedikit keras.

Siang itu, pengunjung agak lebih ramai dari hari-hari biasanya. Meski pun begitu, Chanyeol tak ingin Jongdae jadi harus bekerja terlalu berat. Itu jadi meleset jauh dari tujuan aslinya.

Jongdae menunjukkan apa yang dipegangnya, seakan bilang kalau dia sedang sangat sibuk, meski kenyataannya memang begitu. "Aku akan beristirahat jika aku sudah merasa lelah nanti."

"Mana bisa begitu? Kalau udah waktunya istirahat, ya istirahat."

"Chanyeol. Kamu gak lihat di sekelilingmu?"

Chanyeol bingung. "Lihat apa?"

Jongdae menjitak jidatnya. "Pembeli sebanyak itu masa kamu gak bisa lihat? Otak udang." Jongdae berjalan menjauhi Chanyeol.

Misi gagal!

Tapi Chanyeol tetap tak menyerah, sekarang dia malah berlari kecil menyusul Jongdae dan dengan paksa merebut pekerjaan Jongdae dan mengerjakannya sendiri dengan sangat cepat hingga membuat Jongdae melongo. Dua menit kemudian, Chanyeol sudah selesai dengan pekerjaan Jongdae untuk menata kue-kue itu.

Namun dari ekspresi wajah Jongdae, laki-laki itu jelas sama sekali tak merasa harus berterimakasih, malah justru sebaliknya, dia kesal pekerjaannya direcoki.

"Bagaimana? Sekarang kamu udah bisa istirahat, 'kan?" Chanyeol kembali membuntuti Jongdae yang berjalan menuju dapur dengan tangan terlipat di belakang punggung. "Jongdae, aku mengajakmu bekerja di sini bukan untuk membuatmu kelelahan, loh." Dia membuntuti seperti seekor bayi beruang.

Jongdae memutar bola matanya balas. Dia lalu berhenti berjalan dan berbalik, seketika Chanyeol yang tak tahu pun menabrak tubuh Jongdae, seketika wajah Jongdae bertubrukan dengan dada Chanyeol. Bruak! Suaranya mirip seperti itu, beberapa pekerja yang sedang sibuk bahkan sempat menoleh akibat keributan kecil yang keduanya ciptakan.

"Ahh, aku gak sengaja-Jongdae kenapa kamu tiba-tiba berhenti? Apa ada yang sakit? Apa kamu butuh sesuatu? Mau aku ambilin? Atau kamu mau pulang? Aku bisa izinin kamu, oke tunggu sebentar di sini ya-"

Tiba-tiba jari telunjuk Jongdae sudah mendarat dibibir Chanyeol. "Ssssttt, berisik," kesalnya, karena Chanyeol yang malah heboh sendiri.

Jongdae sempat menoleh ke sekitar mereka sebelum akhirnya melempar senyum tak enak pada karyawan lain.

"Kamu sangat berlebihan, bikin gak nyaman tahu."

Tapi Chanyeol malah senyam-senyum sendiri melihat jari telunjuk Jongdae ada dibibirnya, rasanya gimana yaaa, sudah sangat lama bibir keduanya tak bersentuhan seperti ini-Chanyeol buru-buru mengenyahkan pikiran kotornya sebelum makin menjerumus ke hal-hal tak senonoh.

Jongdae beberapa kali melihat antara jari telunjuknya dan tatapan tengil Chanyeol, merasa aneh kenapa tangannya tak segera disingkirkan, lantas ketika sadar bahwa Chanyeol malah merasa senang, dia segera menarik tangannya sendiri dan membersihkannya dengan ujung bajunya.

"Aku mau ambil kue Pai-"

"Gak boleh. Istirahat dulu, lima menit-ah gak, sepuluh meniiiiiit aja. Oke?" Chanyeol berkata dengan sangat antusias.

Tapi bagi Jongdae yang di dalam hati dan pikirannya sudah memutuskan bahwa mereka tak memiliki hubungan apa pun lagi selain teman memiliki pemikiran sendiri untuk tak lagi diatur-atur, terlebih oleh Park Chanyeol.

"Chanyeol kamu tidak perlu terlalu memikirkan aku lagi. Aku akan istirahat kalau aku mau, kok," finalnya dan langsung meninggalkan Chanyeol begitu saja.

Chanyeol hendak mengejar, tapi suara seseorang lebih dulu menginterupsi pendengarannya.

"Chanyeol!"

Kedua kaki Chanyeol yang sudah akan melangkah mengejar cintanya mendadak berhenti ketika bibinya memanggil namanya dengan terburu-buru.

"Kamu tidak sedang sibuk, 'kan?"

"Aku? Aku sedang sangat sibuk." Dia menjawab tanpa melihat bibinya sendiri.

Lagi-lagi jidat Chanyeol dijitak dengan sangat keras, kali ini dengan sangat tidak berperasaan, beda sekali dengan jitakan Jongdae yang pedas-pedas manis.

"Apa-apaan, sih, Bibi ini?"

"Dari jawabanmu, aku bisa mengkonfirmasi bahwa kamu sangat sangat sangat sangat tidak sibuk." Dia lalu menarik ujung kerah leher Chanyeol seperti sedang menarik leher seekor kucing.

"Eeeh?? Aku mau dibawa ke mana?!" Chanyeol memberontak, dia sempat memeluk tanaman hias, belum lagi kakinya yang sangat panjang itu, sama sekali tak sebanding dengan bibinya yang bertubuh pendek.

"Kamu menemui kesulitan untuk mengajak Jongdae istirahat, 'kan? Benar, ini memang sudah waktunya para karyawan istirahat dan menikmati makan siang, tapi kenapa kamu tidak membantu karyawan lain menanggani pelanggan yang terus berdatangan agar cepat selesai dan Jongdae bisa segera beristirahat?"

Sambil pasrah diseret, Chanyeol melipat tangan sembari berpikir.

"Apa yang Bibi ingin aku kerjakan?" Akhirnya Chanyeol mengalah. Lagipula bibinya itu sudah berbaik hati menerima mereka bertiga kerja sambilan ditempatnya.

"Bantu aku membeli bahan-bahan, Si Sialan Jung Minjung itu lagi-lagi lupa melakukan tugasnya. Ingatkan bibi untuk memecatnya besok."

"Ku rasa Bibi jangan lagi menerima ibu-anak itu, mereka kerjanya tidak becus."

"Nah, kan, bahkan karyawan tak berguna sepertimu pun menyadarinya."

"Ini ... pujian? Hah."

Waktu itu, Chanyeol pikir, meninggalkan Jongdae sebentar saja mungkin tak masalah karena dia juga harus berhenti terlalu khawatir yang mengakibatkan keberadaannya justru membuat cintanya tak nyaman, lagipula Jongdae sedang sibuk menata kue-kue yang tampak lezat itu jadi mana mungkin kepikiran untuk melukai dirinya sendiri lagi? Terlebih di sini ada banyak sekali orang. Lalu jika melihat waktu, seharusnya tak lama lagi Oh Sehun akan segera tiba di toko.

"Perasaan bersalahku telah menuntunku untuk selalu memikirkannya." Dengan menenteng plastik-plastik besar dikiri-kanannya, Chanyeol menggerutu sambil berjalan mengekori wanita yang sama repotnya dengan dirinya itu.

Mereka hanya tinggal berjarak setengah meter dari toko kue Green Sweet Bakery ketika Chanyeol mendengar suara ribut-ribut dari dalam toko.

"Apa yang sudah terjadi selama aku pergi?" Wanita itu mempercepat langkah kakinya, begitu pun dengan Chanyeol yang mendadak perasaannya sangat tak nyaman.

Begitu keduanya berhasil menerobos kerumunan manusia yang memenuhi pintu masuk toko, terlihatlah di sana beberapa karyawan tengah menenangkan seorang perempuan muda yang sedang menangis. Jahat rasanya jika Chanyeol merasa lega karena hal yang dia khawatirkan ternyata tak terjadi, tapi itu lah yang dia rasakan saat ini.

"Hei, Sehun?"

Pundak Chanyeol tiba-tiba diseret oleh Sehun yang entah datang sejak kapan, tapi dari pakaiannya yang kini telah berganti dengan kaos biasa - meski pun masih memakai celana sekolahnya - lengkap dengan celemek, Chanyeol sangat yakin anak SMA itu tahu apa yang sedang terjadi dan di mana Jongdae saat ini.

Chanyeol harap Jongdae hanya sedang memenuhi panggilan alam di toilet.

Aneh rasanya ketika melihat Sehun menyeret Chanyeol ke pojokan hingga dia harus meletakkan barang bawaannya di sembarang meja agar tak rusak, setelah Sehun memastikan di sekitar mereka tak banyak orang, barulah dia melepaskan Chanyeol.

"Ada apa, sih, denganmu?"

"Chanyeol dengar, setelah mendengar apa yang akan aku katakan padamu nanti, aku ingin kita lebih kompak untuk melindungi dan merawat Jongdae Hyung," katanya.

"Tanpa kamu suruh pun, aku akan melakukan yang terbaik untuk orang yang aku cintai." Chanyeol sangat deg-degan menantikan apa yang akan Sehun utarakan sebenarnya padanya, tapi laki-laki itu menyembunyikannya karena gengsi.

"Oke, jadi aku yakin kamu pun tak akan terlalu terkejut mendengar ini." Suara Sehun makin terdengar serius.

"Jangan bertele-tele dan membuatku muak sampai ingin menghajar wajahmu!"

"Jongdae Hyung membawa kabur bayi milik pelanggan perempuan yang sedang menangis di depan itu, sampai sekarang terhitung sudah lebih dari satu jam Jongdae Hyung belum kembali atau pun ditemukan."

Sesakit itu kah kehilangan calon bayi mereka yang bahkan Chanyeol sendiri pun menganggapnya tak lebih dari sekadar makhluk yang tak diinginkan? Sesakit itu kah kehilangan apa yang selama ini mati-matian Jongdae pertahankan dari semua orang meski pun itu sangat membahayakan kesehatannya? Sesakit itu kah menjadi seorang Kim Jongdae hingga dia kini perlahan-lahan berubah menjadi sosok yang tak Chanyeol kenal?

Sehun melepas celemeknya dan memungut tas sekolahnya lagi. "Kita berpisah di sini, hubungi aku jika kau sudah menemukannya, aku juga akan menghubungimu jika sudah menemukannya. Batas waktu kita sore ini sebelum pada akhirnya polisi juga akan terlibat."

Chanyeol menatap Sehun sekilas ketika dia menepuk pundaknya singkat sebelum mengangguk dan membiarkan remaja itu pergi lebih dulu.

Chanyeol menengadahkan wajahnya sambil mengusap wajahnya kasar. "Ya Tuhan, kamu di mana Kim Jongdae."

Dia berjalan cepat untuk memeriksa barang-barang Jongdae yang dibawanya tadi siang, seperti ponsel dan dompet yang biasanya para karyawan letakkan di loker, ketika mendapati bahwa benda milik Jongdae masih berada di tempat itu, Chanyeol segera mengambilnya dan memasukannya ke dalam kantung celananya.

"CCTV! Ada CCTV!"

Meski di toko ini hanya ada dua kamera CCTV yang diletakkan di dapur dan tengah pintu masuk, tapi itu juga patut untuk dicoba. Sambil menyelinapkan tubuh bongsornya diam-diam di antara kegaduhan yang ada di depan matanya, Chanyeol masuk ke dalam ruangan pribadi milik bibinya yang berada di lantai dua, meja kayu yang terletak di tengah jendela dengan sebuah kursi berbahan plastik lah yang pertama kali menyedot atensi Chanyeol.

Dia menyingkirkan kertas-kertas resep yang ada di atas meja, mengobrak-abrik isi laci yang tak ditata rapi, sampai akhirnya Chanyeol menemukan sebuah laptop berwarna putih, dia coba membukanya dan bom! Rekaman itu kini tengah menampilkan suasana gaduh di toko, tak lama sejak Chanyeol membukanya tiba-tiba dua orang polisi datang entah siapa yang meneleponnya, tapi yang jelas ini kacau.

Dengan kecepatan kilat, dia mencari-cari rekaman sekitar satu jam lebih empat puluh menit lalu persis seperti perkataan Sehun barusan, menit kejadian di mana Jongdae menculik bayi itu akhirnya Chanyeol temukan.

Terlihat awalnya Jongdae ingin meletakkan seloyang Pai itu di atas etalase ketika di pintu masuk datanglah seorang perempuan yang mendorong kereta bayi berwarna hitam dengan bayi berusia sekitar 2 tahun di dalamnya.

Awalnya itu berjalan seperti biasa saja, tapi jika diperhatikan lebih saksama, sejak perempuan dan bayinya masuk ke dalam toko, mendadak Jongdae menghentikan aktivitasnya dan terus memperhatikan bayi itu.

🥀🥀🥀

Sebelum pergi dari toko lewat pintu belakang - sama seperti Sehun sebelumnya - samar-samar Chanyeol dapat mendengar bahwa keadaan di dalam toko semakin ribut, tapi dia juga tidak ingin menyerahkan Jongdae begitu saja pada mereka. Mereka semua tidak ada yang memahami Jongdae, mereka semua pasti akan menyalahkan Jongdae, meski pun apa yang dilakukan orang yang dicintainya itu memang salah.

Chanyeol melirik sekilas dan menghela napas singkat sebelum akhirnya berjalan dengan sangat cepat sambil meroboh kantung celananya; mencari ponselnya. Ketika sampai di pinggir jalan Chanyeol menyetop sebuah taksi dan segera masuk.

"Pergi ke alamat ini."

Dia coba menghubungi Sehun. Tut!

"Berhenti meneleponku, Sialan!"

"Di mana kau?"

"Sekitaran komplek perumahan Jongdae Hyung, dia sedang bersembunyi, ku pikir tempat-tempat yang familier dengannya perlu diselidiki."

Sambil mendengarkan suara napas ngos-ngosan Sehun yang sepertinya sedang berlari ke sana ke mari, Chanyeol berpikir, di mana lagi tempat-tempat yang sekiranya terasa familier bagi Jongdae-nya selain di rumahnya sendiri.

"Paman Kim dan orang tuaku juga sudah ikut pergi mencarinya."

"Kenapa kau memberitahu mereka?" Suara Chanyeol terdengar gusar. Mengajak Jongdae keluar dan bersosialisasi dengan orang asing adalah idenya.

"Lima lebih baik daripada dua, Bodoh." Sehun selalu memakinya, Chanyeol sudah terbiasa. "Lagian mereka keluarganya, apa yang kau pikirkan sampai ingin menutup-nutupi masalah ini?"

Iya benar, sifat egois Chanyeol terkadang masih sering mengendalikan perbuatannya.

"Sorry." Terdengar desisan tak bersahabat dari seberang telepon. "Kalau begitu aku juga akan menghubungi teman-temanku untuk ikut membantu, kau tidak keberatan, 'kan?"

"Kau masih berhubungan dengan mereka, ku pikir kau sudah keluar dari geng-genganmu itu."

"Oh Sehun." Chanyeol memperingatkan.

"Ya, ya, ya, terserah. Lakukan sesukamu, asalkan itu benar-benar membantu menemukan Jongdae Hyung."

Setelah itu, Sehun langsung mematikan teleponnya sepihak.

Tanpa mempedulikan sifat ketus Sehun yang masih sering ditunjukan padanya, Chanyeol segera menghubungi teman-temannya, seperti yang Sehun katakan lima lebih baik daripada dua, maka dua puluh tiga lebih baik daripada lima.

"Kim Jongdae ku harap kamu tidak melakukan lebih dari ini yang dapat membahayakan dirimu sendiri."

Awalnya itu berjalan seperti biasa saja, tapi jika diperhatikan lebih saksama, sejak perempuan dan bayinya masuk ke dalam toko, mendadak Jongdae menghentikan aktivitasnya dan terus memperhatikan bayi itu. Secara perlahan, diam-diam Jongdae mulai mendekati kereta bayi tersebut, terlebih ketika bayi itu terlihat seperti sedang tertawa, gerak-gerik tubuh Jongdae terlihat amat penasaran.

Karena terlalu dekat, terlihat Jongdae sempat ditegur oleh sang ibu, Chanyeol tak dapat mendengar apa yang sedang keduanya bicarakan tapi yang jelas air muka perempuan itu terlihat iba ketika menatap Jongdae dan tiba-tiba saja dia memperbolehkan Jongdae untuk mengendong bayinya, terlihat ketika perempuan itu lebih dulu mengendong bayinya dan menyerahkannya pada Jongdae.

Perempuan itu terlihat sangat mempercayai Jongdae, terlebih dengan celemek yang Jongdae kenakan dan para karyawan lainnya yang juga mengenal Jongdae.

Tapi siapa yang akan menyangka bahwa beberapa menit ketika perempuan itu sedang sibuk memilih-milih roti yang akan dibelinya, tiba-tiba Jongdae pergi dari toko itu sambil mengendong bayi tersebut tanpa ada yang menyadarinya.

🥀🥀🥀




NEW CHAPTER ‼️

Ku harap scene ini udah ku tulis dengan sangat/cukup GREGET!!!!!

Kalian udah nonton The Frog? Aku belum 😿niatnya mau nyelesaiin maraton Blue Lock dulu baru nonton.

Ningtias 30/08/24

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro