Toggle |LanMash|
"Mash."
"Ada apa Lance-kun?"
"Tidak ...." Lance terdiam sejenak, ia merasa agak canggung untuk mengobrol dengan Mash. "Tidak terasa kita bentar lagi lulus dari Easton."
"Ya."
"Mash, setelah lulus apa yang ingin kamu lakukan?"
Mash terdiam, berpikir cukup lama sampai Lance meminta Mash untuk tidak usah menjawab karena kepalanya sudah mulai berasap, asap dari kepala Mash menghilang setelahnya. Lance menghembuskan nafas.
"Apa pertanyaanku terdengar rumit?"
Mash mengangguk lemah.
"Maksudku setelah lulus apa kamu sudah terpikirkan mau jadi apa atau hanya menikmati hidup santai dengan ayahmu?"
"Soal itu ... aku sempat terpikirkan menjadi pastry chef, kalau Lance-kun?"
Lance memegang dahunya, kepalanya sedikit terangkat, matanya melihat ke langit. "Mungkin, seorang alkimia," sepasang mata biru memandang pasang manik cerah milik Mash, "aku ingin meningkatkan kemampuanku dahulu, dan menjadi orang yang pantas bersanding denganmu."
Manik cerahnya terbelalak, terkejut dengan pernyataan Lance. Mash tidak mengerti dengan apa yang dikatakan olehnya. Bersanding? Mash sendiri sudah menganggap Lance sebagai rival. Wajahnya memerah.
"Aku tidak mengerti kata-kata Lance-kun ...," ucapnya dengan suara kecil sembari menundukkan kepala.
"Tidak apa kalau kamu tidak mengerti, tapi biarkan aku memberikan ini padamu."
Dahi Mash mengkerut, ia mempertanyakan apa maksud kata-kata Lance dalam benaknya. Raut bingungnya berubah jadi senyum, mungkin ia tidak usah terlalu memikirkannya semuanya akan baik-baik saja, dirinya maupun Lance.
Mash tiba-tiba merasakan sesuatu tengah mengeluskan badannya ke kaki. Mash dan Lance menoleh ke bawah, ada kucing hitam mengitari kaki mereka. Mash menggendong kucing hitam itu, lalu bertanya apakah kucing hitam itu milik Lance atau bukan. Lance menggelengkan kepala.
"Jadi dia tidak punya pemilik?"
"Kamu mau merawatnya?"
Mash melihat tepat di manik biru Lance seperti hendak mengatakan sesuatu. "Penyihir banyak yang memelihara kucing hitam, mungkin dengan melihara anak ini aku akan seperti penyihir dan bisa menggunakan sihir."
Lance tertawa kecil. "Itu tidak akan terjadi."
Mash sedih mendengar Lance berkata seperti itu, tangan Lance mendarat di atas kepala Mash, lalu mengusapnya pelan.
"Lance-kun."
"Apa?"
"Setelah lulus apakah Lance-kun akan pergi jauh?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?
Mash menundukkan kepalanya dan mendekap erat kucing hitam yang ada digendongannya. Lance memutar otak, menbak kenapa Mash bertanya seperti tadi. Otak cerdasnya tu tidak menemukan jawaban, daripada dipikirin lebih lama Lance berniat untuk menjawabnya untuk menghilangkan kekhawatiran Mash.
"Tenang aja, kalau aku jauh, aku akan mengirimkan surat untukmu."
"Benarkah?"
Lance mengangguk.
Langit tiba-tiba menjatuhkan butiran kapas putih dingin, kapas dingin itu mencair sesaat bersentuhan dengan kulit, keduanya mendongakkan kepala bersamaan, mereka tidak menyadari sudah masuk musim salju di tahun ini. Keduanya memandangi langit berawan, indahnya salju yang turun disaat yang sama musim dingin mengingatkan mereka akan kesepian.
"Mash, ayo kita kembali ke asrama," ucapnya sembari menepuk lengan Mash.
"Iya."
Lance dan Mashmulai berjalan kembali ke sekolah, saat diperjalanan Lance sempat bertanya apakah Mash berniat untuk mengurus kucing hitam digendongannya, Mash menjawab iya, Lance mewanti-wanti Mash untuk merawatnya dengan benar. Mash mengangguk.
"Lance-kun."
"Masih ada sesuatu yang menjanggal di hatimu?"
"Tidak ...," tiba-tiba tangan kanan Mash menarik lengan jubah Adler Lance, "aku ... aku akan menunggu surat yang Lance-kun kirim."
Lance berhenti melangkah, kedua manik birunya terbelalak, lalu sebuah senyum terukir di wajahnya.
"Ya, saat surat itu datang pastikan langsung membalasnya."
"Tentu."
"I'll be always waiting" My voice tremble a bit as I said it
I'll certainly go to meet you, I'll even send you letters right away
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro