Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tabako |RayDeli|

Delisaster menghisap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya ke langit, menikmati angin sepoi di balkon. Sehari-harinya di rumah ini, kadang-kadang keluar jika perlu saja, kalau benar-benar sedang bosan antara membersihkan kamar atau keluar mendatangi club.

Hidup yang damai setelah keluar dari penjara, meskipun ia masih di bawah pengawasan Visioner Suci.

Delisaster mematikan rokoknya di asbak keramik yang ada di atas meja kecil di samping kirinya, lalu meninggalkan balkon, tepat saat itu terdengar suara pintu dibuka, seseorang telah pulang. Delisaster berjalan menuju pintu untuk menyambut orang itu.

"Selamat datang, mau makan malam, mandi, atau a-ku♡?" tanyanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Emangnya kamu masak?"

"Tidak."

"Sudah aku duga, kita makan malam bersama." Rayne melepas sepatunya dan masuk begitu saja melewati Delisaster, Delisaster sendiri mendapat respon Rayne seperti itu memasang raut masam.

Reaksi Rayne tadi itu bukan yang ia inginkan.

"Majime-kun."

"Apa?"

"Tumben pulang cepet, biasanya malem banget."

"Jadi kamu lebih suka aku pulang malem?"

Delisaster menjawab pertanyaan Rayne agak gugup dan memalingkan pandangannya. "Eng ... ga juga ...."

Rayne mengeluarkan dua makanan cepat saji dari dalam plastik, makanannya masih hangat, salah satunya ia berikan pada Delisaster.

"Ayo kita makan, pasti kamu lapar kan?"

Delisaster menerima bento itu dan berjalan menuju meja makan, Rayne mmeperhatikannya dalam diam, lalu ikut berjalan menuju meja makan, duduk bersebrangan dengan Delisaster, sebelum makan Rayne sempat nyeletuk kalau menghirup asap rokok, ia tidak suka dengan bau asap itu.

"Aku merokok di luar kok, emang masih nempel ya baunya?"

"Ya."

"Kalau tidak suka sama baunya ... kenapa kamu membawaku ke sini?" tanyanya sambil menyendoki nasi sampai sendoknya penuh.

"Tidak ada alasan."

Delisaster mendengus dan tertawa ringan. "Majime-kun sangat menarik." Lalu menyodorkan sendoknya ke Rayne dan menumpu kepalanya dengan tangan kiri. "Buka mulutnya, aaa~ ...."

"Singkirkan itu dari hadapanku."

"Gamau, aku sering melihat sobakasu-kun melakukanini ke pacarnya yang berambut burgundy berantakan itu."

Beberapa detik Rayne menatap mata Delisaster, Delisaster menyeringai dan masih teguh untuk menyuapi nasi pada Rayne, Delisaster sekali lagi menyuruh Rayne membuka mulutnya, kali ini Rayne membuka mulutnya, meraup habis nasi dari sendok Delisaster.

"Jadi majime-kun kenapa membawaku kesini? aku penasaran."

"Berisik, makan aja."

"Jangan-jangan majime-kun suka denganku?"

"Tidak."

"Majime-kun, dikurung di tempat ini jauh lebih baik daripada tempat gelap dan dingin itu," katanya sambil memainkan sendoknya ke atas dan bawah.

"Jadi kamu ingin kembali ke sana? Membujuk dessert cane itu tidak mudah." Rayne bebricara lagi. "Kalo kamu mau balik lagi ke sana akan aku antarkan."

"Aku tidak mau, aku lebih baik terkurung di sini, selama aku di sini, kamu masih memperbolehkanku keluar mendatangi club, haha."

Rayne mengeluarkan suara gumaman kecil dari mulutnya, lalu meletakkan sendoknya di wadah bento, lalu menutup wadahnya dengan tutup plastiknya. Ia kembali memperhatikan Delisaster, ia baru sadar kalau temannya ini rambutnya diurai, jarang sekali Rayne melihatnya dan saat ini Rayne melihat Delisaster sedang menyampirkan rambutnya ke belakang telinga setiap kali membuka mulutnya.

"Tumben kamu tidak mengikat rambutmu, rambutmu panjang, lebih baik diikat," katnaya seraya mengangkat sedikit badannya, lalu menyampirkan rambut sisi kiri Delisaster ke belakang telinga.

Perilaku itu membuat Delisaster membeku beberapa detik, tindakan Rayne yang ini benar-benar membuatnya terkejut bukan main.

"Majime-kun lebih suka rambutku diikat? Hm?"

Rayne kembali duduk di kursinya. "Apapun aku suka, aku suka rambutmu, panjang, berkilau, seperti bunga matahari."

Delisaster terdiam, mencoba untuk mencerna apa yang sudah ia dengar, sulit dipercaya tetapi ia dengar langsung dari mulut Rayne. Kalau dipikr-pikir tidak mungkin ada Visioner Suci yang bersikeras sekali mengeluarkan seorang narapidana, terlebih lagi ia sudah membunuh 300 orang, apa yang diincar Rayne darinya? Ia tidak bisa membaca isi pikiran Rayne, ekspresi wajahnya pun jarang sekali berubah, apalagi suara, Rayne selalu menyembunyikan emosinya.

"Kamu ngomong kaya gitu bikin aku ingin ketawa."

"Aku serius."

Sendok yang dipegang Delisaster mendadak lepas dan jatuh. "Rayne, apa yang kamu cari? Kenapa kamu repot-repot melakukan ini?"

"Tidak ada."

Delisaster mengambil kembali sendoknya. "Yasudahlah kalau tidak ingin bicara, aku akan menikmati hidupku di rumah ini." Ujung bibirnya melengkung dan kembali makan.

"Kamu akan tetap di bawah pengawasanku."

"Aku mengerti." Delisaster mengahabiskan sesuap terakhir. "Sudah habis, kalian biasanya bilang ... 'terima kasih atas makanannya' begitu kan?" Delisaster menaruh bekas makannya ke atas bekas makan Rayne.

Rayne mengangguk, membawa wadah plastik itu ke dapur untuk dibilas dengan air kemudian dibuang ke tong sampah. Rayne kembali ke meja makan dengan dua gelas air bening. Ekspresi Rayne berubah sedikit ketika melihat satu botol besar berwarna hitam dan di samping botol itu ada gelas terisi dengan cairan dari dalam botol itu.

"Majime-kun, ayo minum bareng."

"Tidak suka, tidak mau." Rayne menaruh dua gelas ke meja.

"Gak asik, sesekali tidak ada salahnya menemaniku minum," katanya seraya mengambil gelas berisi wine, menempelkan bibir gelas pada bibirnya, menyesap wine itu sedikit.

Rayne tidak duduk di kursi, ia berdiri di samping Delisaster, memperhatikannya, ada sedikit rasa penasaran, penasaran mengapa Delisaster sangat menyukai minuman itu. Delisaster dilihat oelh Rayne dengan serius merasa tidak enak.

Delisaster memutar badannya mengadap Rayne, kepalanya mendongak. "Kenapa melihatku begitu? Mau mencobanya?"

Rayne tak berkata apapun, tubuhnya sedikit menundukkan badannya, wajah keduanya lumayan dekat.

"Wajahmu terlalu dekat."

Dalam jarak yang begitu dekat, Rayne menciu aroma anggur agak pekat, menusuk hidungnya, bau yang tidak ia suka.

"Dari baunya tidak enak."

"Majime-kun belum nyobain aja, sekali sudah nyoba pasti bakal suka dan ketagihan."

"Begitu." Rayne tiba-tiba menggenggam tangan kiri Delisaster, menarik sang empunya berdiri dari kursi.

Delisaster tersentak kaget, tangan kanannya terpaksa melepas gelas ke meja. "A ... apa?"

Kedua mata Delisaster membelalak kala Rayne mendekatkan wajahnya lebih dekat, lalu bibirnya bersentuhan dengan bibir Rayne. Delisaster awalnya menolak, namun semakin ia berusaha menolak Rayne mengunci pergerakannya agar tidak bisa pergi, mau tidak mau membiarkan pemilik sword cane itu melakukan apa yang dimau padanya.

Delisaster tidak menyangka hal ini akan terjadi, ia bisa merasakan lidahnya sedang beradu dengan milik Rayne, sekarang Delisaster mengerti, Rayne mencoba wine langsung lidahnya, rasa pahit menusuk ke lidah bercampur manis yang samar. Itu yang Rayne rasakan. Rayne sangat tidak menyukai rasanya, namun di waktu yang sama begitu candu. Rayne tidak ingin melepaskan ciumannya.

Apakah ini yang dimaksud Delisaster tadi? Sekalinya mencoba selanjutnya akan ketagihan dan ingin terus menerus meminumnya.

"Hngg ... oi ...."

Tangan kanan Delisaster menepuk pundak Rayne pelan berulang kali, meminta Rayne melepaskan ciumannya. Ketika Rayne melepaskan ciumannya, Delisaster langsung menarik nafas panjang, memasok udara ke paru-parunya.

"Apa yang kamu lakukan?" Wajah Delisaster merah.

"Aku hanya mencoba minuman itu langsung darimu."

Dahi Delisaster berkedut. "Aku tidak percaya kamu masih bisa mengatakan itu dengan wajah datar, kamu bisa mencobanya dari gelas."

"Aku penasaran kenapa kamu sangat menyukainya, dan ternyata aku memang tidak suka dengan rasanya, tidak enak."

"Kalau begitu jangan melakukan hal yang ini lagi."

"Aku tidak suka dengan minuman itu tapi akan aku pertimbangkan kalau itu aku mencicipinya langsung darimu."

"Ha?"

"Boleh aku mencicipinya sekali lagi?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro