Letter |AbeMash|
A/N:
Abel (25) x Mash (22) slight. WirthLove
Lyrics: animesonglyrics
.
.
.
"Tuan Abel, ada surat untuk anda."
"Letakkan saja di meja Abyss."
Setelah Magia Lupus lulus dari Sekolah Sihir Easton mereka ikut dengan Abel ke kota kelahirannya, sayangnya Abel tidak bisa membawa Mash bersamanya, Mash memilih untuk tetap tinggal bersama dengan ayah tirinya, meski begitu hubungan keduanya tetap berjalan dengan baik, mereka berdua sering berkirim surat, ketika sedang memiliki waktu luang, keduanya akan membuat janji temu.
Anggota Magia Lupus menetap di rumah yang disiapkan Abel yang masih berada di dalam pekarangan rumahnya
Abel memandang ke luar jendela, ia melihat Anser, Milo dan Olore di luar, berpikir tugas yang diberikan sudah mereka selesaikan.
"Tuan Abel! Tugas sudah kami selesaikan dengan baik!" seru Love riang sembari memasang pose hormat dan mengedipkan sebelah matanya.
"Seluruh kota aman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Tuan Abel kalau ingin pergi, Tuan Abel bisa berangkat hari ini." Wirth melirik ke Abyss. "Abyss ada di sini untuk menggantikan posisi Tuan Abel sementara waktu."
Abyss melirik Wirth dengan ekspresi kebingungan, kata-kata Wirth tidak salah 100%, peran Abyss di tempat ini selain melayani tuannya dengan rajin, menggantikan posisi tuannya ketika Abel harus pergi keluar kota.
Anser, Milo dan Olore masuk ke dalam ruangan.
"Tuan Abel, kami kembali, tidak ada yang aneh, tenang saja."
Milo menampilkan wajah ragu. "Omong-omong, emangnya kita boleh ya melakukan ini? Maaf, aku masih ragu dengan ini, penjagaan atau meminta wilayah kekuasaan seperti ini pasti harus ada persetujuan dari Visioner Suci atau Biro Sihir kan?"
Love menoleh ke Milo dengan wajah kesal. "Milo kenapa kamu ragu kaya gitu? Ini wilayah Tuan Abel."
Anser melanjutkan. "Kamu baru aja lulus jadi baru tau soal ini, pokoknya seluruh kota ini milik Tuan Abel, cukup tau sampai situ saja."
"Ya maaf kalau aku baru lulus," balas Milo dengan nada menyindir.
"Kita punya teritori sendiri, lebih tepatnya wilayah ini di bawah pengawasan Magia Lupus, itu yang sudah diputuskan sebelum kamu lulus dari Easton, Tuan Abel sudah membicarakan ini sama mereka, jadi tidak usah pikirkan yang ribet-ribet," kata Wirth sambil merangkul pundak Milo. "Mending kamu pikirin tinggimu yang gak nambah-nambah."
Milo menggerakkan pundaknya agar rangkulan Worth terlepas. "Berisik."
"Walaupun dibilang begitu, kalau terjadiseusatu yang serius sampai kita tidak bisa menyelesaikannya yang akan turun tangan orang dari Biro Sihir itu, singkatnya kita hanya menjadi mata bagi mereka dalam mengawasi kota ini tetap damai." Abyss menghadapkan dirinya pada Abel.
"Mudahnya begitu."
Love menyeringai, meletakkan tangan kirinya ke pinggang. "Tuan Abel mau ke bertemu sama si kepala jamur pake kereta kuda seperti pangeran atau pake sapu terbang kaya biasa?"
"Sapu terbang aja kaya biasa."
Love nampak sedikit kecewa dengan jawaban tuannya, di dalam hatinya berharap Abel akan datang dengan kesan yang baru, seperti datang menggunakan kereta kuda--harapannya ini adalah keinginannya, ada laki-laki yang datang dengan kereta kuda, mengajaknya keliling kota dengan kereta, menikmati pemandangan bersama.
Mata Love tertuju pada Wirth, mendelik tajam.
Wirth mengerutkan kening, firasatnya tidak enak. "Kenapa melihatku seperti itu ...? Sebegitu kecewanya kamu sama jawaban Tuan Abel ...?"
Love melipat tangan di depan dada dan membuang muka disertai dengusan.
"Maaf Love, kalau pakai kereta akan menghabiskan banyak waktu, aku juga tidak ingin meninggalkan kota ini lama-lama."
Love menggembungkan pipinya. "Tuan Abel tidak usah meminta maaf, yang harusnya minta maaf itu Wirth."
"Kok aku?"
Dalam sekejap banyak pasang mata tertuju ke arahnya.
"Kenapa jadi aku yang salah?!"
Tangan besar Olore menepuk pundak Worth. "Sekali-kali peka tidak ada salahnya."
"Aku tidak mengerti ...."
"Wirth," panggil Abel sembari mengambil surat di mejanya.
"Y ... YA TUAN ABEL?!"
Abel membuka amplop dan mengeluarkan secarik kertas di dalamnya, membaca tulisan di kertas itu sekilas, lalu matanya beralih ke Wirth. "Kamu beneran menyukai Love?"
"Kok tiba-tiba?"
"Jawab."
Wirth menundukkan kepalanya, wajahnya merah padam. "Iya ...."
"Kalau begitu berjuanglah membahagiakan princess-mu itu."
"Iya ...."
Abel berjalan keluar dari ruangan. "Selama aku pergi kuserahkan semuanya pada kalian."
Mereka berenam meletakkan tangan kanan mereka ke dada kiri, menundukkan sedikit badannya dan memejamkan mata.
"Baik," balas mereka bersamaan. "Hati-hati di jalan Tuan Abel."
"Mash."
"Ya ayah?"
"Hari ini mau pergi?"
Mash diam beberapa detik, memikirkan kalimat yang cocok untuk menjadi jawaban. "Ya, mau ketemuan sama Kak Abel."
Bapak botak yang diberi nama Regro mengelus jenggotnya, berpikir apa yang Mash lakukan dengan orang penting seperti itu, makin lama dipikir makin banyak bulir keringat yang meluncur dari dahinya.
"Ayah jangan khawatir, aku sama Kak Abel tidak pernah melakukan yang aneh-aneh," katanya sambil menggelengkan kepala. "Mungkin makan kue sus bareng, itu aja."
Jawaban Mash malah bikin Regro makin khawatir dan bikin mikir yang aneh-aneh juga. "Ya ... yaudah hati-hati ya, Mash."
"Ya."
Bapak botak itu membiarkan Mash pergi, setelah melihat anak asuhnya itu keluar dari rumah, Regro menghembuskan nafas dan kembali mengelus jenggotnya. "Kayaknya hubungan LDR itu agak sulit untuk Mash."
"Apalagi pas Mash nulis surat, anak itu berusaha sekeras mungkin untuk menulis surat walaupun akhirnya cuman nulis dua atau tiga kata aja."
Mash menggerakkan kakinya cukup cepat, masuk ke dalam kota, matanya langsung mencari-cari orang yang akan ditemuinya, Mash tau mereka biasa bertemu di mana, Mash segera ke tempat itu. Tempat biasa itu adalah tengah-tengah kota, ada menara jam di sana.
Sampai di tempat itu Mash agak terkejut Abel sudah berada di tempat janji temu, Mash menghampiri Abel dengan lari kecil. Saat bertemu Mash meminta maaf sudah membuat Abel menunggu lama.
"Aku juga baru datang, ya kan ibu?"
"Gitu ya."
"Jadi kita mau ke mana?"
Tiba-tiba Mash membeku di tempat, badannya gemetaran persis ponsel dalam mode getar.
"Kalau tidak ada tempat yang ingin kamu kunjungi, ikut aku." Abel mengulurkan tangan kanannya pada Mash.
Tanpa berkata apapun Mash menerima uluran tangan Abel, tidak bertanya juga akan membawa ke mana. Saat keduanya sudah berpegangan tangan, Abel mengajaknya keluar kota, tepatnya ke jalan menuju rumah Mash, masuk ke dalam hutan. Abel melirik kiri dan kanan, lalu menarik Mash berjalan ke sebelah kanan.
"Di sini aja bagaimana?"
"Ya."
Keduanya duduk di bawah pohon, menyandarkan punggung ke batang pohon. Angin sepoi berhembus ringan, membawa suasana sejuk pada keduanya, langit cerah berawan menjadi pemandangan yang dinikmati. Suara gemerisik daun yang tertiup angin membawa kedamaian, suasana sangat tenang, sangat menenangkan. Burung-burung kecil bernyanyi dengan indah.
Mash menikmatinya, walaupun tidak ada pembicaraan sama sekali. Tak lama kemudian Mash merasa pundaknya menjadi berat, saat Mash menoleh, kepala Abel bersandar pada pundaknya. Mash hanya memandanginya, berpikir Abel lelah setelah tiap hari bekerja.
"Mash Burnedead ... maaf, padahal kamu minta ketemuan ... tapi aku malah mengantuk ...."
"Ibu ... tidak apa kan? Aku ingin istirahat ...."
Mash mendengar racauan Abel, Mash tidak keberatan sama sekali, cukup bertemu dan menghabiskan waktu berdua meski tidak melakukan apa-apa. Lagipula Abel sudah meluangkan waktu untuk bertemu dengannya. Mash mengeratkan pegangannya pada tangan Abel.
"Gapapa, Kak Abel mau dateng ketemu aja aku udah seneng," ucapnya dengan suara kecil.
"Sebentar saja ... abis ini kita makan kue sus bersama."
"Ya."
Love is always in the sunshine
Even if I can't see it
Even if I can't touch it
It's like it's always right by me
"Ingin ketemu"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro