Haru 2 |LanceFem!Mash|
Mash menggenggam tangan seorang nona muda, perawakan nona muda itu mirip dengan Lance, rambut biru panjang diikat ponytail, sepasang mata biru muda yang selalu bersinar, memakai gaun kuning berlengan pendek, wajah selalu ceria, memiliki sifat periang dan juga senang bersenandung.
Anna Crown, nama nona muda itu, adik Lance yang masih berusia 12 tahun.
Mash berusaha untuk mengikuti kecepatan jalan Anna yang sambil melompat riang, bersenandung kecil. Matanya melirik Anna, mengintip wajah Anna yang diselimuti dengan kebahagiaan, cerah seperti sinar mentari, tidak ada setitik kesedihan di dalamnya, namun hati Mash kini hitam, kesedihan dan rasa bersalah menumpuk.
Anna belum tahu kalau Lance ....
Mash bisa bersama dengan Anna hari ini karena Mash mengajak Anna untuk tinggal bersamanya. Ajakan Mash langsung diterima begitu saja oleh Anna, tangan Mash digenggam erat Anna saat Mash mengulurkan tangannya. Mash tidak ingin membicarakan soal kedua orang tuanya, memiliki perasaan ragu pada orang tua Anna tidaklah baik tetapi Mash tidak tenang kalau Anna tidak bersamanya.
Alasannya adalah Lance.
Di perjalanan Anna sempat melihat ke arah Mash, tersenyum lebar sampai menampilkan deretan giginya. Mash tidak membalas senyumannya itu, ekspresinya tetap datar.
"Kak Mash suka makanan apa?"
"Kue sus."
"SAMA! ANNA JUGA SUKA!"
"Bagaimana kalau besok kita beli kue sus?"
"YEY!"
Langkah kaki terhenti, mereka sudah sampai di rumah. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Mash melepas pintu rumah dari engselnya, Mash terdiam beberapa detik, padahal ia berniat untuk membukakan pintu untuk Anna, tetapi lagi-lagi malah melepas pintunya. Anna memasang ekspresi terkejut lalu tertawa pelan.
"Kak Mash kuat banget, pantas saja kakak jatuh cinta sama Kak Mash."
Pandangan Mash terarah pada Anna, apa tadi yang nona muda itu katakan? Lance suka dengan Mash? Mash memiringkan kepalanya, tidak mengerti, entah ia tidak pernah tahu perasaan Lance padanya. Mash tidak pernah terpikirkan perasaan suka atau cinta pada Lance, untuk Mash Lance itu temannya, cukup sampai disitu, tidak lebih.
"Memangnya Lance-kun pernah bercerita tentangku?"
Seingat Mash, Lance selalu berada di sekolah, tidak pernah pulang ke rumah sampai-sampai tidak mempercayai bahwa Lance memang memiliki adik perempuan.
Anna terkikik geli, tangan kanannya berada di depan mulutnya, mata biru bulat bercahaya menatap Mash, kedua sudut bibirnya naik. Kepalanya mengangguk.
"Ya, kakak keliatan suka banget sama Kak Mash."
Sepertinya mereka berdua sering berkirim surat, pikir Mash, pikiran yang sederhana dan menjawab kebingungannya.
Ayah kepala botaknya sadar akan kedatangan Mash dan lagi-lagi terkejut dengan pintu malang yang harus cerai dengan engsel pintu setelah sekian lama bersama, lebih terkejutnya lagi melihat sosok Anna.
"Mash! Kamu ga nyulik anak orang kan?" Ayah kepala botaknya itu mencengkram kedua pundak Mash, kedua bola matanya melotot.
"Tidak, ini adik ... temanku, mulai hari ini Anna tinggal di sini."
Regro mengerjap, tidak menyangka anaknya ini telah bertindak kriminal, setetes air mata turun dari sudut mata kanannya.
"Ayah, ini bukan seperti yang ayah bayangkan, ceritanya panjang."
"Mash ...."
"Tenang saja ayah, aku akan merawat Anna dengan baik, masuklah, ini akan menjadi rumah barumu."
Anna meloncat masuk ke dalam rumah barunya, lalu memperkenalkan dirinya di depan ayah Mash dengan anggun bak putri. "Namaku Anna Crown, salam kenal Ayahnya Kak Mash."
"Salam kenal juga, nona muda."
Mash menghadap ke Anna, berjongkok agar tingginya sama. "Anna, tidak apa kan tidur satu kamar denganku?"
Anna mengangguk dengan antusias. "GAPAPA!"
Usapan lembut mendarat di kepala Anna, Mash kembali berdiri, menggandeng tangan Anna dan mengajaknya ke kamar, masuk ke dalam kamar Mash sedikit heran mengapa ada 3 buku di atas kasurnya, Mash tidak pernah ingat pernah membaca buku-buku itu. Anna melepas genggamannya dari tangan Mash, berjalan menuju kasur dan naik.
Mash memperhatikan Anna yang mengambil salah satu buku yang ada di kasurnya, menyenderkan punggungnya ke tembok dan mulai membaca buku tersebut. Mash tidak ambil pusing, sebelum keluar dari kamar Mash berpesan pada Anna jika menginginkan sesuatu bilang saja ke ayahnya, ia memiliki urusan di luar sebentar.
Berjanji akan cepat pulang.
Mash pemit pergi sebentar pada ayahnya, ayahnya mengangguk.
Mash berdiam diri di depan rumahnya, mengerluarkan tongkat sihir milik Lance dari balik jubah. Tangan kanannya terbentang lurus. Ia bergumam, "Graviole", tidak terjadi apa-apa, pada akhirnya ia tidak bisa memakai tongkat sihir itu, Mash sadar kok kalau dirinya tidak memiliki sihir tetapi ia memiliki suatu perasaan terhadap tongkat yang sekarang berada di genggamannya ini.
Matanya menatap lekat-lekat tongkat sihir milik Lance, tidak ada yang menarik dan unik, hanya tongkat biasa, pandangannya teralihkan oleh suara samar dari arah samping kanan, suara langkah orang berjalan. Tanpa berpikir panjang Mash berjalan ke sumber suara.
"Orang asing, pergilah."
Orang asing berjubah hitam mengabaikan perkataan Mash. Mash tidak bisa melihat wajah orang itu, tertutupi dengan bayangan dan tudung jubah.
Mash yang masih memegang tongkat sihir Lance sekali lagi mencoba peruntungan, kalau ia bisa menggunakan tongkat ini, akan ia simpan dengan baik kalau tidak ia akan berikan tongkat ini pada Anna, Mash ingin Anna yang menyimpan tongkat kakaknya, Mash berpikir ia yang tidak bisa memakai sihir ngapain menyimpan tongkat sihir? Mash juga tidak ingin tongkat sihir Lance hancur karenanya.
"Graviole," gumamnya sembari mengarahkan tongkat sihir pada orang asing itu.
Tidak terjadi apa-apa, orang berjubah hitam menyeringai, merasa sudah mengungguli Mash karena tak memiliki sihir, namun sedetik sebelum orang berjubah itu menggunakan sihirnya pada Mash, sihir Graviole milik Lance muncul dan menjatuhkan orang berjubah hitam itu ke tanah sampai tanah retak.
"Aneh, aku ga punya sihir tapi aku bisa pakai sihir Lance-kun."
Mash belum puas dengan hanya sekedar menjatuhkan musuh ke tanah, ia harus memastikan orang ini tak lagi bergerak, ia harus melindungi Anna, menggantikan posisi Lance.
Dua garis hitam muncul di wajah Mash, letaknya persis dengan milik Lance, Mash mencoba mengingat-ingat bagaimana caranyamenggunakan tongkat sihir secaara maksimal seperti teman-temannya lakukan.
Genggamannya pada tongkat sihir menguat. "Summon, Graviole bentuk ketiga: Nemesis Inclination." Setelah mengucapkan itu tongkat sihir Mash berubah menjadi tongkat sihir panjang warna hitam keungunan.
"Waow, aku beneran bisa menggunakannya, aku tidak mengerti tapi keren."
Jeda beberapa saat, Mash mengurungkan niatnya untuk memnggunakan kekuatan sebesar itu hanya untuk satu musuh lemah saja, ujung-ujungnya Mash menyeret orang berjubah hitam itu pada polisi di kota.
"Dia mengikuti kami sampai ke rumah, tolong urus orang ini."
Setelah menyerahkan orang asing itu ke polisi Mash segera pulang ke rumah, dia rumah Mash disambut dengan hangat oleh Anna yang meloncat ke arahnya dengan riang.
"Selamat datang Kak Mash."
"Aku pulang."
Mash memperlihatkan sekantung kue sus. "Ayah, Anna, tadi ada orang yang memberiku ini, ayo kita makan bersama."
Mash mengerti ia telah berbohong, menurutnya berbohong seperti ini tidak apa, Mash tidak ingin membuat mereka khawatir. Mash kembali teringat dengan tongkat sihir Lance, tiba-tiba mendapat ide alasan ia bisa menggunakan sihir adalah untuk melindungi Anna, sekali lagi pikiran sederhananya mengisi kebingungannya.
Mash tersenyum simpul.
END
A/N:
INI IDE DASAR DARI CERITA INI YA
Di waktu2 tertentu Mash bisa pake tongkat sihir Lance, TAPI bukan berarti Mash jdi bisa pake sihir, sihir di tongkat itu tetep sihir punya Lance. Saat Mash bisa pake tongkat sihir ada magic line yg muncul, magic line yg persis milik Lance.
Mash juga bisa pake sampe tingkat ketiga Graviole dan Nemesis yg di-summon itu sebenernya Lance itu sendiri.
GATAU AKU PUNYA KEANUAN TERSENDIRI KETIKA PACARNYA MODYAR TAPI TETEP DI SAMPING PACARNYA EN JDI KEKUATANNYA
PROTEKTIF BF WALOPUN UDH GANTI ALAM
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro