Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3% |RayDeli|

A/N:

Modern AU

Mahasiswa!Rayne (21) x Delisaster (31)

.

.

.

Rayne berjalan menyusuri jalanan kota yang sudah sepi, langit sudah gelap, kelihatannya ia terlalu fokus mengerjakan tugas kuliahnya di kampus, harusnya ia tidak pulang larut malam, ia juga lupa memakai jam tangan saat mau pergi ke kampus tadi pagi, batre ponselnya pun sudah merah.

Ketika Rayne melewati vending machine, ponselnya berbunyi, tangannya segera merogoh ponselnya dari saku celana, takutnya itu Finn yang menelpon, namun ketika melihat layar ponselnya, wajahnya berubah kesal, ternyata yang menelpon itu orang yang ia benci.

Delisaster.

Meskipun Rayne berkata bahwa ia benci dengan orang itu, tidak mungkin Rayne menamakan nama kontak orang itu dengan nama cantik dan manis seperti "Delisa" kan?

Rayne menekan tombol warna hijau di layar ponselnya.

"Yo! Majime-kun."

"Ada apa nelpon? Batre hape tinggal 3%."

"Di mana? Masih di kampus?"

"Baru pulang, baru selesai ngerjain tugas, sekarang aku lagi deket MáRaNZt Bar."

"BELIIN AKU TEQUILA!"

Rayne menjauhkan ponselnya dari telinga beberapa saat. "Kamu bodoh atau apa? Tidak bisa dibawa pulang minumannya, cuman bisa minum di tempat."

"Oh iya kah? Aku gatau tuh~."

Rayne menggertakkan giginya, suara pura-pura tidak tahu sangat menyebalkan di telinga, tangan kirinya mengepal erat, Rayne ingin memukul orangnya sekarang juga. "Cepat katakan perlu apa sampai telpon?" Rayne mendongak ke langit, melihat langit malam berbintang yang sangat indah.

"Aku cuman kangen sama suara majime-kun."

"Aku tutup teleponnya."

"JANGAN!"

"Tidak ada urgensinya, lebih baik aku tutup teleponnya."

"AKU BILANG JANGAN!"

"Tidak usah berteriak."

"Tinggal 2% lagi." Sekarang suara yang Rayne dengar samar-samar dari teleponnya, sinyal ponselnya memburuk. "Delisaster?"

"SINYALNYA JELEK! SUARAKU UDAH KEDENGERAN KAN?!"

Lagi-lagi Rayne menjauhkan ponselnya dari telinga, dari suara samar-samar yang kurang jelas didengar tiba-tiba ada suara teriakan. Rayne berharap telinga kanannya masih bisa berfungsi dengan baik setelah mendengar teriakan tadi.

"Iya, tinggal 1% lagi."

"Udah 1%? Oh kalo gitu, majime-kun, mau dengar kata-kata terakhir sebelum kamu tutup teleponnya?"

"Apa?"

"Suki."

"Mati sana." Rayne membalasnya dengan suara penuh dendam.

Suara tawa terdengar dari dalam ponsel. "Hahahaha, aku ga benci majime-kun yang seperti itu, ga ada ucapan selamat malam buatku?"

"Tidak ada."

"Kalo gitu kecupan selamat tidur?"

"Apalagi itu, tidur sana."

Telepon diputus oleh Rayne secara sepihak, pandangannya tertuju pada batre ponselnya, tinggal 1% lagi. Rayne memasukan ponselnya ke saku celana. Ketika telepon diputus Rayne sudah berada di depan apartemen, kedua kakinya mulai melangkah masuk ke dalam lobi, menyapa satpam yang sedang berjaga, menaiki lift. Kamarnya ada di lantai 10.

Tidak butuh waktu lama, pintu lift sudah terbuka. Rayne berjalan menuju kamar nomor 311, sembari menyusuri lorong Rayne menyiapkan kunci untuk membuka pintu.

Rayne membuka pintu kamar apartemennya, membukanya dan masuk ke dalam seraya bergumam, "Aku pulang". Kamar apartemennya nampak tenang, sepertinya Delisaster sudah tidur. Rayne menggantungkan tas ken gantungan yang menempel di dinding, lalu berjalan mengecek ruang tamu, ruang makan juga dapur, tidak ada siapapun.

Dahi Ryane mengekerut melihat sampah di meja makan. Rayne menyingkirkan tiga botol dari meja makan dan asbak yang penuh dengan rokok.

"Sesekali aku harus mengajarinya membersihkan ini semua hahh ...."

Setelah membereskan semua itu, ia berjalan ke dalam kamar, pandangannya tertuju ke ranjang, ia melihat dengan jelas Delisaster tidur dengan nyenyak. Rayne diam berdiri sembari memandanginya, tiba-tiba teringat kata-kata dari adiknya.

"Kak, ikutin aja apa yang Kak Delisaster inginkan, aku bisa liat kakak keganggu banget."

"Ayo kita coba."

Rayne berjalan mendekati ranjang, duduk di tepi kasur bagian kanan, tempat di mana ada Delisaster tidur. Rayne mengarahkan tangan kirinya ke arah Delisaster, menyampirkan rambut pirang panjang yang menutupi wajah ke belakang telinga, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Delisaster.

"Oyasumi, Deli."

Rayne menunggu reaksi Delisaster tetepi tidak terjadi apa-apa, biasanya Delisaster selalu terbangun ketika mendengar suara langkah kakinya dan menyambutnya pulang seperti anak kecil, kayaknya Delisaster beneran tidur, Rayne bangkit berdiri, ia bisa mencobanya lagi kapan-kapan, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk berganti baju.

Saat suara kunci pintu kamar mandi terdengar Delisaster menarik selimut sampai menutupi kepalanya, badanya bergerak meringkuk dan wajahnya merah merona.

"Aku benci orang serius kaya dia ...."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro