Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki

Tahun lagu: 1999

Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki
—Sheila On 7—

Artha tersenyum ketika melihat seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah ruangan, tanpa berpikir panjang ia langsung menghampiri gadis itu. 

“Hai,” sapa Artha begitu dirinya sudah berada di hadapan gadis itu, Nayara namanya.

“Hai, kamu dari tadi di sini?” tanya Nayara terlihat senang menatap laki-laki yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.

Artha mengangguk lalu menyerahkan sebuah permen lollipop warna-warni kepada Nayara. Gadis itu tentunya tersenyum senang karena permen itu adalah kesukaannya. Kebiasaan Artha juga memberikan sebuah permen lollipop ketika pulang sekolah, cowok itu pernah berjanji untuk selalu memberikan apa yang gadisnya sukai.

Melihat tawamu mendengar senandungmu

Terlihat jelas di mataku warna-warna indahmu …

“Pulang sekarang, Princess?” tanya Artha sambil mengulurkan sebelah tangan layaknya seorang pangeran kepada sang putri. 

Nayara mengangguk dan sebelah tangannya menyambut uluran tangan Artha. Kedua sejoli itu pun saling bergandengan tangan menyusuri koridor, mengabaikan orang-orang yang menatap mereka. Anggap saja dunia milik berdua.

“Aku dapet info kalau deket rumah kita ada pasar malam. Kamu mau kan ngajak aku ke sana?” tanya Nayara begitu dirinya dan Artha sudah berada di dalam mobil milik Artha.

Artha menoleh dengan senyum manis yang tidak pernah luntur dari wajah tampannya, ia pun mengangguk sebagai tanda setuju dengan perkataan Nayara. Tentu saja Artha tidak pernah bisa menolak Nayara, gadis itu terlalu berharga untuknya. Setelah mendapatkan sebuah kecupan singkat di pipi kirinya, Artha semakin melebarkan senyumnya lalu setelah itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Nayara mengerucutkan bibirnya saat mobil mereka terjebak macet. Padahal Nayara ingin sekali cepat-cepat pulang ke rumah, memakan masakan Bunda, lalu istirahat sejenak sebelum pergi ke pasar malam bersama dengan Artha.

“Kenapa manyun gitu?” tanya Artha sambil mengusap kepaka Nayara dengan sayang.

“Kamu tau kalau aku paling kesel kena macet,” jawab Nayara.

Artha terkekeh melihat tingkah gadisnya. “Mau gimana lagi? Namanya juga jam pulang sekolah sama pulang kerja pasti kita kena macet.”

“Kamu sih kenapa gak bawa motor aja?”

“Kamu lupa motor aku lagi di bengkel?”

Ah iya, tadi pagi saat menjempunya Artha berkata bahwa motornya sedikit ada kerusakan sehingga harus dibawa ke bengkel dan Artha akan mengantar Nayara menggunakan mobil. Padahal Nayara lebih senang menggunakan motor, selain lebih mudah untuk menyalip Nayara juga bisa modus dengan memeluk Artha.

Beruntung kemacetan yang terjadi tidak terlalu lama hingga sejam kemudian Nayara pun sampai di depan rumahnya.

“Makasih ya, kamu mau masuk dulu?” tanya Nayara menawarkan Artha untuk berkunjung ke rumahnya terlebih dahulu.

Artha menggeleng. “Gak usah.”

“Oke, kalau gitu aku masuk dulu.”

Setelah kembali mendaratkan kecupan di pipi kiri Artha, barulah Nayara keluar dari mobil, melambaikan tangan dan melangkah memasuki rumahnya. Artha belum beranjak dari tempatnya, laki-laki itu menatap kepergian Nayara sampai gadis itu hilang ditelan pintu rumahnya.

Menatap langkahmu meratapi kisah hidupmu

Terlihat jelas bahwa hatimu anugerah terindah yang pernah 'ku miliki ….

***

Sesuai dengan janjinya tadi sore, Artha kembalu menjemput Nayara untuk pergi bersama menuju pasar malam yang tidak jauh dari rumah mereka.

“Kita jalan kaki aja nih?” tanya Nayara saat melihat Artha tidak membawa kendaraan apa pun.

“Yup! Kamu mau, ‘kan?”

“Tentu, malah aku lebih senang kalau kita bisa jalan bareng.”

Akhirnya Artha dan Nayara pun kembali saling bergandengan, menyusuri jalanan kompleks perumahan di bawah sinar rembulan sambil saling berbagi canda dan tawa. Orang yang melihat mereka pasti akan merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan juga.

Saat kau di sisiku, kembali dunia ceria

Tegaskan bahwa kamu anugerah terindah yang pernah 'ku miliki ….

Membutuhkan waktu sekitar lima belas menit dengan berjalan kaki untuk sampai pasar malam. Nayara begitu senang saat mereka baru saja sampai.

Artha mengajak Nayara untuk menaiki segala wahana yang ada di pasar malam tersebut, mencicipi berbagai kuliner yang tersedia juga.

“Kamu seneng?” tanya Artha sambil memberikan permen kapas untuk Nayara.

Nayara memang sangat menyukai makanan manis, bahkan Artha sampai dibuat kelimpungan untuk mengingatkan gadis itu agar tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan manis karena akan berdampak buruk nantinya.

“Banget! Makasih ya, Ar,” ucap Nayara tersenyum tulus.

With my pleasure, Princess,” kata Artha. “Sekarang kita naik apa?”

Nayara menggumam dengan jari telunjuk yang diletakkan di dagu, matanya menatap sekeliling pasar malam, lalu ia menunjuk salah satu wahana yang membuat Artha ragu untuk menurutinya.

“Kamu yakin mau ke sana?” tanya Artha saat Nayara menunjuk rumah hantu sebagai wahana yang akan mereka kunjungi selanjutnya.

Kalau boleh kali ini Artha ingin menolak permintaan Nayara yang satu ini karena Artha sangat tahu jika Nayara takut dengan hal yang berbau mistis. Gadis itu pasti tidak akan bisa tidur nyenyak jika benar ingin memasuki rumah hantu.

“Ayo, Ar!” ajak Nayara sambil menarik tangan Artha.

“Enggak, nanti kamu gak bisa tidur,” tolak Artha.

Berapa kali pun Artha menolak, Nayara tetap kekeuh ingin masuk ke rumah hantu itu sampai akhirnya Artha mengalah dan menemani gadis itu.

Selama berada di dalam rumah hantu ternyata dugaan Artha benar, Nayara akan ketakutan dan terus meminta keluar. Namun, sayang mereka tidak bisa berbalik arah karena di belakang ada orang lain jika memaksa mereka akan bertabrakan. Sistem rumah hantu yang mereka masuki menggunakan perahu yang berjalan sangat lambat, sehinga kesan horror akan sangat terasa.

“Ar, kita udah keluar belum?” tanya Nayara. Ia sejak tadi tidak membuka mata dan terus memeluk tubuh Artha dengan sangat erat, takut jika melepaskan sebentar maka hantu-hantuan itu akan menculiknya, begitulah yang dipikirkan Nayara.

“Belum, Sayang. Sebentar lagi,” jawab Artha. 

Nayara menggerutu kesal sebab sejak tadi Artha mengatakan ‘sebentar lagi’, tetapi mereka tak kunjung keluar dari rumah hantu itu.

Sampai akhirnya Nayara bisa bernapas dengan lega begitu mereka sudah keluar dari rumah hantu itu.

“Aku gak mau masuk rumah hantu lagi,” gerutu Nayara.

“Siapa yang tadi maksa buat masuk, hayoo,” ejek Artha. Ia merasa kasihan melihat Nayara yang begitu ketakutan, tetapi di sisi lain Artha juga tersenyum melihat Nayara yang terus memeluknya walau mereka sudah keluar dari rumah hantu tersebut.

Belai lembut jarimu, sejuk tatap wajahmu

Hangat peluk janjimu ….

Karena hari semaki  malam, Artha dan Nayara memutuskan untuk menaiki wahanya terakhir, yaitu bianglala. 

Semilir angina menerpa mereka begitu kandang mereka hampir sampai di puncak.

“Nayara,” panggil Artha yang duduk berhadapan dengan Nayara.

“Hm?”

“Kamu tahu? Kalau kamu adalah anugerah yang pernah aku miliki. Aku bahagia terus berada di sisi kamu. I love you,” kata Artha sambil menggenggam tangan Nayara.

Degub jantung Nayara berdetak begitu cepat, sudah sangat sering mendengar jika Artha mencintainya, tetapi entah kenapa akan selalu berefek pada jantungnya.

I love you more.”

Malam itu mereka kembali saling menyatakan perasaan masing-masing, di dalam sebuah sangkar yang mirip dengan sangkar burung, di bawah langit malam yang diterangi rembulan. Mereka sadar jika cinta mereka sama kuatnya dan mereka bersyukur dihadirkan untuk saling bersama, bersyuku dengan anugerah yang mereka miliki.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro