Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Epilog

Elka duduk di bawah pohon mangga yang belum berbuah di halaman samping fakultasnya. Menunggu Glori menyelesaikan rapat himpunan untuk kegiatan akbar jurusan bulan depan.

Elka tak ikut andil meskipun dirinya termasuk mahasiswa tahun ke dua semester awal. Harusnya, pada masa-masa ini dia berperan sebagai senior galak yang menumpahkan jiwa raga untuk menunjukkan kualitas terbaik dirinya di depan para mahasiswa baru. Supaya dihargai dan disegani.

Namun, tidak, organisasi kampus agak melelahkan. Dia lebih suka mengikuti kegiatan ekstra kampus. Kelas public speaking contohnya. Setelah berhenti menyelami dunia malam, dia putuskan untuk memperbaiki diri. Bukan karena ingin disebut sok suci, atau ingin dianggap punya prestise bagus, tetapi karena dia berniat memberi yang terbaik untuk diri sendiri dan sang Ibu sambung.

Pada intinya, Elka mau berubah. Dia mau berbenah setelah semua kesalahan yang pernah ia lakukan.

Berhubung Glori belum keluar dari sekretariat HMJ, maka ia putuskan menyatu dengan alam untuk sesaat. Kehidupan kampusnya amat berbeda dari siklus hidup yang ia jalani dulu. Berpesta sampai pagi sambil menenggak alkohol hingga terperosok ke lantai dansa karena mabuk, kini tak lagi ia lakukan.

Elka tinggalkan semua kebiasaan tersebut semenjak Zuri hadir di hidupnya. Awalnya memang sulit melepas kebiasaan buruk yang menjadi makanan sehari-hari, tetapi berkat pengertian Zuri, ia akhirnya meninggalkan pesta dan dunia malam yang sudah terbiasa ia kubangi.

Bagaimana cara dia hidup selama ini sampai mengabaikan hal indah yang disajikan dunia untuknya? Depresi karena perlakuan Handra memang racun terburuk sehingga ia enggan membuka mata pada kebaikan lain yang bisa saja ia terima bila seandainya dia tak menjadi anak nakal.

Bahkan sekarang, sesederhana duduk di bawah pohon mangga saja, terasa begitu menyenangkan untuk dilakukan.

"Saya nggak tahu bakal gimana kalau Mas Daniyal gak ada. Tadi kacau banget. Salah saya karena enggak hati-hati."

Elka yang semula memejamkan mata sambil bersandar pada pohon, lantas membuka mata kala mendengar ada orang lain yang berbicara di belakangnya.

Karena fakultas mereka berada di bagian paling belakang kampus, suasana di sini cenderung lengang. Bahkan hawa dingin yang dihantarkan oleh sepoi angin terasa menenangkan. Tak heran suara dalam volume kecil pun bisa tertangkap oleh telinga. Elka langsung menoleh ke belakang dan mendapati salah satu teman sekelasnya sedang mengobrol bersama petugas cleaning service fakultas mereka.

"Sebaiknya Bapak pergi ke rumah sakit. Saya perhatikan, akhir-akhir ini wajah Bapak terlihat pucat," ujar lelaki yang tak lain adalah Daniyal Lateef--mahasiswa yang eksistensinya bukan hanya digilai teman sekelas mereka, tetapi juga oleh mahasiswi dari jurusan lain karena selain sosoknya yang ramah dan bergelimang prestasi, tampang Daniyal agak sulit dilewatkan. Perpaduan rupa dari aktor Hollywood dan Indonesia yang bila membintangi sebuah film, pasti langsung booming di berbagai kalangan usia wanita. Dia setampan itu. Dideskripsikan secara detail hanya akan membuat hati berdebar.

Dan, Elka, adalah satu dari sekian banyak perempuan yang tertarik--sekali lagi--sangat tertarik pada seorang Daniyal Lateef.

"Saya sehat. Tadi itu apes saja karena tidak hati-hati. Untung dibantuin Mas Daniyal. Sekarang, tugas saya tinggal gantiin piring yang pecah. Mana lusa, tamu-tamu penting bakal datang lagi. Saya harus segera cari pinjaman untuk ganti piring-piring itu."

"Pakai uang saya."

"Aduh jangan. Saya pinjam di tempat lain saja. Nggak enak sama Mas Daniyal yang berulang kali bantuin saya," ujar pria paru baya itu segan saat pemuda di depannya hendak mengulurkan pertolongan.

"Cari pinjaman di tempat lain masih butuh waktu. Bisa jadi, bunganya juga besar. Berapa yang Bapak butuhkan? Nggak ada bunga atau semacamnya. Kembalikan saat nanti saya lulus."

"Jangan, jangan ah. Saya takut ngerepotin Mas Daniyal lagi."

"Tidak merepotkan. Saya beneran mau bantu. Nomor Bapak masih yang lama, 'kan? Nanti saya hubungi. Kirim nomor rekeningnya di situ. Kalau gitu, saya izin pamit, Pak. Mau ngejar kegiatan di lain tempat."

Dari pengamatan Elka, Daniyal hendak beranjak. Tinggi badan dan proporsi tubuhnya terpahat sempurna. Tak heran dia banyak menarik perhatian kaum hawa.

Dan, lihatlah, bukankah Daniyal terlalu sempurna untuk menjadi nyata? Terbuat dari apa hatinya? Elka gagal menahan diri untuk tidak memuji Daniyal dalam benaknya. Betapa beruntung kekasih Daniyal nanti. Paket sempurna telah ia dapatkan dalam diri lelaki ini.

Seandainya Elka bisa menjadi perempuan beruntung itu, maka lengkaplah semua kebahagiaannya.

Punya Ibu yang super baik, lalu pasangan sekeren Daniyal, adalah hadiah terbaik yang pernah ada di hidupnya.

Bolehkah ia berharap itu menjadi nyata? Tentang Daniyal. Mungkin--jika dia memperbaiki diri, menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam bersikap--dia bisa berkesempatan menjadi kekasih Daniyal.

Elka tersentak.

Pemikiran asal yang muncul tiba-tiba di otaknya, membuat ia malu setengah mati! Bagaimana mungkin dia berpikir bisa bersanding dengan pria sesempurna Daniyal? Latarbelakang hidupnya agak mengecewakan. Mana mungkin ia dilirik oleh pria itu?

Sungguh angan yang menggelikan.

"Hoi! Ngapain?"

Elka terperanjat akibat seruan Glori yang datang mendadak.

"Cielahhh! Muka mupeng amat. Oh, liatin Mas crush, yak? Makanya confess, Mbak. Apa enaknya cinta dalam diam? Tai kambing! Gak ada enaknya!"

"Udah tau tai, masih aja dimakan. Sinting," decak Elka. Sekali lagi, ia memandang jauh ke arah Daniyal berada. Pria itu mulai meninggalkan tempatnya berdiri. Elka lantas menghela napas berat. "Daniyal baik banget, Ri. Gimana ini? Gue makin jatuh hati sama dia."

"Confess, Elka. Diam di tempat mah sama aja bohong, tapi sulit, sih. Lihat lo yang gak ada effort gini, bikin cewek lain punya akses besar untuk gaet Daniyal lebih dulu."

"Takut, Ri. Akrab aja enggak sama dia."

"Ya makanya akrabin diri! Doi lewat depan lo aja, situ udah gak napas. Nunduuuk mulu natap tanah. Ngitung koloni semut?"

"Gak. Gak bakal gue confess. Lagian gue siapa, sih? Perempuan yang punya keluarga dan masa lalu problematik, mana boleh bermimpi bersanding dengan Daniyal? Ada tembok tebal yang bikin gue tahu diri." Elka terkekeh getir. Ia pun berdiri, seraya membersihkan celananya yang sedikit kotor. "Yuk pulang."

"Meski itu artinya, lo harus rela lihat Daniyal bareng cewek lain?"

"Yup."

"Lo akan baik-baik saja?"

Elka mengangguk pelan.

"Rela liat dia nikah? Punya anak? Punya kekuarga harmonis? Di mana bukan lo istrinya? Ibu dari bocah-bocah doi?"

"Good for him. Gue akan ikut senang."

"Yakin?"

"Iyaa."

"Gak bakal nyesel karena nggak berusaha take an action untuk deketin Daniyal yang bisa saja timbulin probabilitas untuk bikin kalian bersatu suatu saat nanti?"

Elka langsung dihantam kelu. Tidak. Dia tak boleh goyah. Selamanya, perasaan sepihak ini hanya akan tersimpan rapat-rapat di dasar hatinya.

"Perasaan gue nggak se--"

"Dalam itu? Halah bullshit. Tadi siapa coba yang bilang 'gue makin jatuh hati sama dia'?" Glori mengikuti gaya bicara Elka yang mendayu beberapa saat lalu. "Ka, kalau emang suka, lo tunjukin effort. Buat eksistensi lo familiar untuk Daniyal. Gak ada yang salah sama lo. Lo cantik, pinter, anggun. Masa lalu? Udah lupain aja. Apa enaknya ingat-ingat itu? Malah bikin lo makin insecure. Setahu gue, lo pribadi tangguh dan mau belajar dari kesalahan. Itu poin utama yang bikin diri lo lebih keren dari cewek lain. Untuk sampai pada tahap awareness di tingkat itu, sulit, lho. Trust me, lo itu paket komplit yang bakal digilai Daniyal kalau dia udah kenal lo lebih dekat."

Glori melingkarkan tangan di sepanjang bahu sang sahabat. "Setidak-tidaknya, Ka, lo coba deh deketin dia. Sekarang bukan zamannya lagi perempuan nunggu untuk ditembak."

"Kita punya hak buat ungkapin perasaan kita lebih dulu. Toh, kalau pun nanti hasilnya gak sesuai dengan ekspektasi yang kita patok, ya it's okay. Awalnya emang bakal sakit, but at the very least, kita udah berusaha. Konsekuensinya apa? Bikin kita move on lebih cepat karena penolakan adalah senjata terampuh untuk lupain seseorang. Yaaa, kecuali lo cewek dongo naif yang kukuh ngejar cowok meskipun dia udah nolak lo mentah-mentah." Kepala Glori ia sandarkan di kepala Elka. "Itu kalau misalnya usaha lo gagal. Gimana dengan kemungkinan sebaliknya? Which is, usaha lo berbuah manis? Daniyal kasih feedback bagus, kalian makin deket, and then happily ever after! So? Nggak tertarik buat coba?"

Elka mendapati dirinya merenungkan ucapan Glori. Bolehkah? Bolehkah dia menumpukan sedikit saja harapan untuk bersama Daniyal?

"Gimana? Yakin gak mau berusaha dulu?" Glori menuntut jawaban.

Elka membalas dengan gumaman singkat.

"Apaan ham hem hum? Jawab yang bener! Mau nggak? Gue bantuin nanti. Tenang aja, kemenangan ada di pihak lo. Gue sobat Daniyal. And i'll make it easy for you my dear best friend!"

"Iya gue mau," bisik Elka.

"Mau apa?! Ah elah, temen lo ini budek!"

"Mau deketin Daniyal!"

Tawa Glori langsung menguar. Dia puas atas jawaban penuh semangat sang sahabat. Hari itu, adalah hari di mana Elka memulai misi untuk perjalanan cintanya mengejar Daniyal.

Tanpa Elka sadari bahwa dari jarak yang cukup jauh, ada Daniyal yang melihatnya sedang tertawa lepas bersama Glori. Daniyal memang tidak mendengar obrolan seperti apa yang membuat dua dara itu tertawa riang.

Yang dia tahu, sejak tadi, Elka berada di balik pohon mangga. Memperhatikannya secara diam-diam. Entah dimulai sejak kapan, tapi ia menjadi begitu sensitif saat merasakan eksistensi perempuan itu di sekitarnya.

Elka jelas mendengar percakapannya dengan Pak Toni--seorang CS di fakultas mereka.

Senyum miring Daniyal tersungging jemawa.

Berhasil. Satu lagi impresi positif yang ia tampilkan di hadapan Elka. Menambah jejeran kesan baiknya di mata perempuan tersebut.

Elka, gadis cantik itu harus tahu bahwa Daniyal Lateef adalah pribadi yang sempurna. Sehingga dengan begitu, tiba saat yang tepat nanti, Daniyal bisa dengan mudah menggaet Elka untuk masuk dalam dunianya.

Usai rencana balas dendamnya berakhir, ia akan mendatangi Elka. Meminta kesediaan gadis tersebut, terikat bersamanya. Menyimpul janji resmi untuk sehidup semati, selamanya, hingga nanti mautlah yang menjadi pembentang jarak di antara mereka.

"Cantik."

"Kondisiin tatapan kamu. Banyak orang ini."

"Istriku cantik."

"Daniyal, please."

"Shh, not yet. After this is all over, it'll just be us. And I'll make sure you feel every bit of what I've been holding back."

Daniyal tersenyum menggoda saat melihat ekspresi tegang di wajah Elka. Istrinya--ya, istrinya yang telah resmi menjadi Nyonya Lateef, malam ini tampak begitu menawan dengan gaun silk ivory yang membungkus sempurna tubuh rampingnya. Gagal menahan diri, Daniyal kembali mengecup lembut bahu istrinya yang terbuka.

"You are truly captivating, my love. Your beauty shines with such grace and elegance. I can't take my eyes off you."

"Jangan muji, aku makin grogi," desis Elka gugup sembari mencengkeram tangan kasar Daniyal yang sedang ia genggam.

"Tumben malu-malu," kekeh Daniyal. Ia tak peduli pada banyaknya tamu yang sedang menatap penuh minat--bahkan melayangkan godaan kepadanya--karena terlalu fokus jatuh cinta pada istrinya sendiri.

"Biasanya?"

"Tergila-gila dengan godaanku sampai gak tahu tempat nyerang bibirku."

"Gak ada, ya, aku gitu." Elka mencebik.

"Denial."

"Kamu tuh yang denial. Coba aja dari dulu lamar aku, sekarang anak kita udah lima."

Sungguh, Daniyal tak akan pernah bosan meladeni ucapan ceplas-ceplos istrinya yang menggemaskan ini.

"Lima doang?"

"Ya udah tambah. Mau saingin gen gledek."

Kali ini, tawa pasutri baru itu terlepas secara bersamaan. Tawa yang juga menular pada keluarga, teman, dan tamu undangan yang hadir pada resepsi pernikahan mereka.

Dua insan yang saling jatuh cinta itu, telah mencapai stage tertinggi dalam suatu hubungan.

Yakni komitmen jangka panjang.

Jalinan doa penuh harap, adalah hadiah terbaik yang mereka inginkan dari semua orang.

Daniyal Lateef dan Elka Dyatmika, siap berlayar dalam bahtera penuh cinta. Hubungan yang mulanya terbangun dengan ketidaksempurnaan ini, menuju pada lautan kasih pernikahan yang pada hari ini, Selasa-16-September, resmi berlayar hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.

To our beloved family and friends,

Our hearts are overflowing with joy and gratitude because of you. Your presence has filled our day with warmth, laughter, and love, making this celebration far more magical than we ever imagined.

Thank you for being a part of this beautiful chapter in our lives. We will forever treasure the love, kindness, and support you've shared with us today.

We are blessed to have you in our lives, and we look forward to creating many more cherished memories together in the years to come.

With love and gratitude,
Mr. & Mrs. Lateef

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro