Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Dersik

Kalian tahu dersik? Dersik dalam KBBI merupakan padanan kata 'desir' yang artinya bunyi atau suara angin. Itulah yang saat ini dapat didengar oleh mereka yang hanya duduk diam di dalam resort. Sesekali petir menyambar dan air hujan akan semakin kencang menghantam apapun yang ada di bawah langit.

"Vanya, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Pemuda dengan nama belakang Irving itu bertanya, menatap sang kekasih dengan tatapan sendunya. Ia mungkin tidak berpendidikan setinggi beberapa pendatang lainnya, tapi ia paham betul bahwasanya pembunuh dan perusak generator itu ada di lokasi saat itu.

"Aku tak tahu Nollan, harus apa lagi kita ... semua sudah kacau balau."

"Huft, ini salahku, seharusnya aku lebih selektif dalam melakukan pembukaan reservasi resort ini."

"Hei, ini bukan salahmu! Hm, bagaimana jika kita memeriksa lagi generatornya? Em, berdua saja. Yang lain terlihat sudah kelelahan..." Bisik Vanya, bertanya balik.

Nollan mengangkat alisnya, ia tahu Vanya berpendidikan cukup tinggi, tapi bukan berarti ia bisa memeriksa dan membenahi generator di dalam lebatnya hujan, kan? Tapi pemuda itu tak banyak tanya, berjalan menuju tempat penggantungan jas hujan, menyerahkan jas hujan yang kering pada Vanya.

"Jika menurutmu itu yang terbaik, kita berangkat sekarang. Badai sedikit reda di saat seperti ini." Jelas Nollan, memakai jas hujannya dengan tergesa-gesa.

"Aku tahu kau panik, bisa tidak jangan gegabah, hei, nanti jas hujannya robek." Vanya mendekat, membenahi jas hujan Nollan yang berantakan.

Pemuda yang jauh lebih tinggi hanya menghela nafas pelan, memeluk erat Vanya. Menyandarkan kepalanya pada kepala sang gadis. Entah apa yang terpikir dalam benaknya, yang terjadi setelahnya hanya Nollan secara tiba-tiba melepas pelukannya dan berlalu begitu saja.

"Tuan, Nona, kami izin keluar sejenak. Kami hanya akan pergi memeriksa generator, semoga kalian aman selalu. Semoga Tuhan menjaga kita semua, kami permisi."

***


Dalam perjalanannya menuju gudang yang menyimpan generator itu, Nollan hanya diam, mengunci bibir rapat-rapat. Vanya-pun tak bersuara. Angin dan air hujan bak berbelas kasih pada keduanya, untuk sementara mereda.

"Nollan, apa yang kau rasakan jika kelak kau kehilangan aku?" tanya Vanya, mengusik sunyi.

"Kehilangan? Aku akan sedih, kita belum lama bersama, kenapa harus dipisahkan?" jawab Nollan.

"Ya ... kita tidak tahu takdir, Nollan."

"Kalau begitu, sebaliknya. Bagaimana jika aku yang pergi meninggalkanmu?" tanya Nollan balik, kali ini ia berhenti, memaksa Vanya menghadap ke arahnya.

Vanya terdiam, seketika ia gugup. Ini memang bukan pertama kalinya, Nollan menatapnya hingga jiwanya hampir lepas dari tubuhnya. Entah mengapa, tatapan Nollan kali ini sendu, tidak bercahaya seperti biasanya.

"A-aku juga akan sedih jika kehilanganmu." Vanya tak berani mengangkat kepalanya, tatapan Nollan sudah menusuk hingga jiwa terdalamnya.

"Kalau begitu, aku tak perlu khawatir." Nollan berhenti menatap Vanya, melanjutkan langkah kakinya.

Vanya mengangkat alisnya, tapi tak bertanya. Dengan cepat ia berjalan, mengimbangi langkah kaki Nollan yang lebih lebar dan lebih cepat. Hujan berhenti dengan ajaibnya, meskipun langit menunjukkan adanya banyak awan hitam pekat yang sepertinya akan mendekat.

Keduanya sudah tiba di gudang tempat generator itu diletakkan. Nollan mengeluarkan kunci gudang dari sakunya, bergegas agar keduanya tidak semakin basah diterpa hujan. Meski kini yang terdengar dari gudang itu adalah dersik, suara angin yang berhembus pelan.

Clack! Ctak!

'Ini saatnya aku bertindak!'

***


Nollan mendekati generator, berjongkok di hadapannya, memeriksa dengan cahaya seadanya yang keluar dari pematik apinya. Sekilas saja ia lihat, ia bisa memastikan bahwa salah satu bagian generator itu telah dirusak atau diubah-ubah oleh seseorang. Jelasnya bukan ulah hewan liar, hasilnya terlalu rapih.

"Van? Eh, kemana dia pergi ...?"

Nollan berdiri, menatap sekitar. Ia tak bisa menemukan Vanya di dalam ruang generator itu. Merasa ditinggal, Nollan kembali fokus mengamati generator di hadapannya. Dirinya harus bersyukur walaupun memang anak orang kaya yang tak bisa banyak hal, ia pernah belajar elektronika sejenak.

Meskipun akhirnya menyerah dan segera keluar guna mencari Vanya yang tadi hilang entah kemana. Sejauh mata memandang, tak ia temukan gadis itu. Hanya bisa menghela nafas, ia mengunci kembali gudang dan memutuskan untuk mencari Vanya di sekitar gudang.

"Vanya!!! Vanya!!! Kamu di mana?"

Tak ada yang menjawab teriakan itu.

***


Brak!

"Aw!!! Astaga! Sakit sialan!" Vanya berteriak kencang, sebal karena seseorang menabraknya.

Sosok itu mendongak, tapi dengan cepat berjalan melalui Vanya. Sukses membuat Vanya mengamuk-amuk sendiri, dongkol karena dirinya yang terjatuh dicueki bahkan hanya dilalui saja. Padahal harusnya sosok itu tahu siapa dia.

Toh sosok itu datang setelah dirinya. Bagaimanapun juga, ia sudah sering melihatnya di sekitar resort milik sang pacar. Entah masih dongkol atau memang sudah lelah, Vanya memutuskan untuk kembali berjalan menuju resort, menurutnya, tak ada gunanya menasihati orang seperti itu.

"Ah, masa bodohlah, bocah seperti itu mau diapakan tetap begitu ..."

***


"Vanyaaa???"

Itu suara Nollan, terdengar sangat keras dari balik pintu kayu resort. Nadanya panik, bahkan saat membuka pintu, ia tidak melepas mantel hujannya tapi langsung berlari mencari Vanya. Seisi resort hanya menatap bingung Nollan, kenapa pemuda itu panik sekali?

"Nollan! Astaga! Kau sudah kembali! Maafkan aku ... hujan reda, aku mencari buah-buahan untuk semua orang, aku berusaha menyusulmu tapi seorang bocah menahanku untuk berbalik!" Adu Vanya, memeluk pemuda yang masih basah kuyup itu.

"Hah ... tak apa, aku panik saat kau hilang, kupikir kau sudah jadi ..." Tatapan Nollan beralih ke arah tubuh kaku yang sudah dibaringkan di tepi ruangan.

"Maafkan aku, ya? Membuatmu panik ..." Vanya melepas pelukannya, menangkup wajah Nollan agar menatapnya.

"Tentu saja, tak apa, selama kau aman, aku tidak akan khawatir lagi."

'Ah, Nollan ... betapa baiknya dirimu ini ...' Batin Vanya dalam hatinya.

"Panggilkan yang lain ya? Kita makan malam."

Nollan mengangguk, bergegas keluar dari dapur, memanggil para pendatang resort untuk berkumpul di ruang makan. Mereka harus segera makan atau mereka akan mati secara perlahan oleh rasa lapar dan hawa dingin yang mencekam.

Nollan sendiri tidak langsung bertolak ke ruang makan, ia memasuki ruang tempat para korban dikumpulkan kemarin. Tak lama ia keluar lagi, mencari para pendatang resort yang sedang menikmati hidangan dari Vanya.

"Permisi, maafkan saya, tapi saya mohon untuk Nan, Rave, dan Adriana, kemarilah sejenak."

"Oh? Anda perlu bantuan kah, Tuan Nollan?" tanya Adriana.

"Yup! Ada sedikit masalah, kemarilah sejenak!"

Nollan memanggil bukan tanpa alasan, ia merasa ada yang aneh dengan laporan Vanya tadi. Satu-satunya yang bisa ia anggap bocah di resort itu adalah Adriana, gadis yang usianya belum menyentuh usia legal. Tak berniat membuat orang lain curiga, Nollan tersenyum ramah pada Nan dan Rave yang berjalan lebih perlahan dari Adriana.

Ia hanya merasa ada sesuatu yang aneh pada Adriana. Hal yang tidak boleh ia ungkap seorang diri. Tentunya ia tak mau mengambil resiko, alangkah baiknya jika Adriana sendiri yang membongkar segalanya.


Part ini ditulis oleh ArgiNarun dalam sudut pandang karakter Nollan Irving.

____________________________


Nollan Irving

Umur: 20 Tahun

Profesi: Pemilik Resort

____________________________


Di dalam rumah penginapan yang dilingkupi badai dan kematian ini, siapakah yang akan bertahan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro