#8. Sh*t!
P.S. Dahyun's Point of View
Lima belas menit, setelah pengakuannya dihari ke dua puluh satu.
[ 390 Words ]
"Apa?! jadi pacarmu?!"
Lelaki bermarga Park itu—ah tidak dia hanya makhluk lain di dalam tubuh Jimin—menganggukan kepalanya dengan mantap seolah ia yang paling berkuasa di dunia.
"Jim, kau tidak bisa melakukan ini padaku!"
"Wae?" Jim menautkan alisnya, maju beberapa langkah dan menatapku dengan dingin. "Kemarin kau bilang ingin terus bersamaku, tak peduli dengan konsekuensi yang akan kau dapat. Kau lupa?"
"Itu kemarin, tapi sekarang aku berubah pikiran. Aku tidak ingin berurusan denganmu." Aku menatapnya tak kalah tajam.
"Sekali kau masuk, kau tidak bisa keluar, Dahyun. Lagipula, aku tidak benar-benar menjadikanmu pacarku." Jimin berkata dengan ringan—sekaligus meremehkan. "Kau bukan tipeku."
Aku tertohok. Astaga aku jadi menyesal karena pernah menganggap lelaki sialan ini segalanya.
"Lalu kenapa selama ini kau bersikap seolah mencintaiku?" Aku bertanya dengan alis dan dagu terangkat penuh percaya diri. Tentu saja, aku merasa diremehkan disini.
"Kau tidak ingat saat kita pertama kali bertemu? aku ini mimpi burukmu. Aku melakukan semua itu semata-mata hanya untuk membalaskan dendam pemilik tubuh ini padamu." Jim mendudukan dirinya di sampingku.
Aku menoleh cepat dan melotot.
"Dendam? padaku?! bahkan aku jarang berpapasan apalagi berbicara padanya. Bagaimana mungkin dia dendam padaku?"
Itu memang benar, selama ini aku memang sekalas dengannya tapi kami tidak dekat. Satu-satunya hal yang membuatku menyadari kehadirannya—selain karena penampilannya—adalah karena ia sering mengirim surat untukku dan tidak ada satupun yang ku balas.
Jim mengangguk beberapa kali. "Ya, karena kau yang seperti itu dia jadi membencimu."
Terkutuklah Jim dengan muka datar tanpa dosanya itu.
Aku mengacak rambut frustasi, bingung harus merespon seperti apa. "Lalu aku harus seperti apa? kau tahu, hidupku tak pernah serumit ini sebelum kalian muncul!"
"Aku tidak akan muncul jika bukan karena dirimu. Dan dia—pemilik tubuh ini—tidak akan dendam padamu jika bukan karena dirimu. Intinya, semua ini terjadi karena dirimu." Jim mengedipkan matanya padaku. "Kau harus pulang bersamaku nanti, aku akan menunjukan sesuatu padamu."
Beberapa detik kemudian, Jim melangkah mendekat lalu mengecup bibirku cepat dan pergi.
Aku masih diam dan melongo di tempat. Pikiranku kosong, lututku lemas hingga jatuh terududuk di rerumputan.
Aku menyentuh bibirku dengan bergetar. Itu hanya kecupan, tapi rasanya darahku langsung berdesir hebat. Sesuatu dalam perutku terasa akan meledak hingga aku merasa mual.
Oh, sial. Dia telah mencuri first kiss ku!
•🍒•
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro