#6. Never Change
Malam yang dingin,
dihari ke dua puluh.
°|284Words|•
"Kita harus menghentikan ini sekarang juga."
Jim mendatangi rumah Dahyun. Saat itu, Dahyun memang sedang menunggu kedatangannya tapi ia tidak memikirkan hal seperti ini akan terjadi.
"Apa maksudmu? memangnya kita melakukan apa?"
Jim menghela napas, ia menyenderkan tubuhnya hingga terduduk di lantai. "Kita tidak bisa terus bertemu setiap malam seperti ini lagi."
"Wae? nan Gwenchana. Aku tidak peduli jika harus menerima konsekuensi atau apapun itu nanti. Aku hanya ingin bersamamu, Jim."
Jim berdecih, tiba-tiba ia mendongak, menatap Dahyun dengan tatapan yang sama persis seperti saat mereka pertama kali bertemu.
"Tahu apa kau tentangku, huh?"
"Jim ... Kau—kau kenapa?"
"Kau tahu, pemilik tubuh ini sedang sekarat. Seharusnya, jika kau benar-benar peduli padaku, kau tidak membiarkan hal itu terjadi."
"Memangnya kenapa? bukannya kau akan keluar jika pemilik tubuh itu dalam kondisi lemah? seharusnya kau senang karena dengan begitu kau jadi bisa menguasai tubuh itu untuk waktu yang lebih lama."
Jim perlahan mendekat, tatapannya tidak pernah terlepas dari manik Dahyun hingga kedua lutut mereka saling bersentuhan.
"Apa kau selalu egois seperti ini? kau pikir apa yang akan terjadi padaku jika pemilik tubuh ini mati?"
"Kau rupanya tidak berubah ya," tambah Jim.
Dahyun mengerutkan keningnya bingung.
"Kau masih saja melihat seseorang dari rupanya, andai saja aku berpenampilan lebih buruk dari Jimin, apa mungkin kau masih mau bertemu denganku?"
Dahyun tidak menjawab, membuat Jim mengambil kesimpulan sepihak.
"Cih! tentu saja tidak. Aku benar-benar menyesal telah memberimu kesempatan selama ini."
Dahyun mematung. Begitu selesai mengucapkan kalimat itu, Jim langsung pergi dengan membanting pintu.
Dahyun masih mencerna ucapan Jim, bahkan hingga tengah malam, ia masih belum bisa tidur. Ia masih dibayang-bayangi ucapan Jimin tadi.
Apa aku seburuk itu?
*🍒*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro