Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#36. Disappointed

Ada yg nunggu? *gr:*

°|992 Words|•

Tubuh lemah yang sudah lama tidak bergeming itu kini telah sadarkan diri. Bahkan bocah kecil itu kini sudah bisa berjalan lagi sejak koma yang dialaminya sebulan yang lalu.

Begitu mata sipitnya terbuka, hal yang pertama kali dilihatnya bukan ayahnya—bukan juga bocah perempuan yang menyelamatkannya—melainkan seorang bocah perempuan lain yang memandanginya bingung.

"Kau siapa?" tanya Jimin dengan suara yang lemah.

"Ah—kau bukan orang Jepang, ya? Perkenalkan, namaku Myoui Mina."

#

"Bagaimana bisa kau tahu kalau aku sedang di Jepang?"

Rasanya Jimin masih belum mempercayai jika gadis yang ada dihadapannya saat ini adalah anak perempuan yang dulu sempat menemaninya saat dirawat di Jepang.

Tidak banyak yang berubah dari Mina selain menjadi lebih terlihat dewasa dan cantik—walau tetap saja, bagi Jimin, Dahyun lah yang paling cantik.

Mina hanya tersenyum kecil. Mulai menyeruput greentea late yang dipesannya sebelum menjawab pertanyaan Jimin—yang sebenarnya terdengar basa-basi sekali. Wajar saja, mereka baru bertemu lagi setelah sekian lama.

"Ayahku yang memberitahu kalau kau sedang ada di Jepang."

Omong-omong, ayahnya Mina juga merupakan pemilik perusahaan yang akan membantu perusahaan Jimin. Alhasil, tanpa mencari tahu pun, Mina sudah tahu perihal kedatangan Jimin ke sini.

Dari permulaan yang cukup canggung itu, keduanya terus bercerita mengenai banyak hal. Matahari yang perlahan tenggelam dengan sinar jingga menyilaukan menjadi saksi kedua teman lama itu yang sedang melepas rindu.

Sementara itu, Dahyun sedang dongkol setengah mati. Wanita itu baru saja menghabiskan ramen yang dibelikan oleh Hasung di mini market. Cup ramen yang isinya telah berpindah ke perut sang ibu muda itu lalu bergabung dengan beberapa cup lain yang kondisinya sama, tandas.

"Woah, kau rakus juga ya.” Hasung menatap kagum Dahyun.
Dahyun menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Perutnya yang sudah agak membuncit itu terasa sangat begah sekali. Bagaimana tidak begah, ia sudah menghabiskan tiga cup ramen jumbo sekaligus.

Selain karena ia sudah jarang sekali makan ramen sebab Jimin selalu membelikannya makanan mewah, makan banyak seperti ini sudah menjadi kebiasaannya jika mood-nya sedang buruk. Ya, walaupun nyatanya kebiasaannya itu tidak membantu sama sekali.

"Ya, kau tahu siapa gadis yang sedang bersama Jimin sekarang?" akhirnya Dahyun mengeluarkan pertanyaan yang terus mengusik benaknya itu.

Hasung mengangkat sebelah alisnya, membuat raut membingungkan yang sangat kentara. "Gadis? Gadis yang mana?"

"Gadis menyebalkan yang tiba-tiba menggangu acara kami. Ia berambut hitam sebahu dengan tahi lalat kecil di hidungnya. Ah sial, kenapa ia harus cantik?!" Walaupun Dahyun perempuan, tapi ia tidak bisa mengingkari kalau gadis itu memang cantik.

Hasung berpikir. Telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya seolah sedang berpikir keras. Satu menit berlalu sampai Hasung mencoba menebak gadis yang dijelaskan Dahyun tadi. "Apa mungkin, dia Mina? Setahuku Jimin pernah menceritakan gadis Jepang itu padaku. Tapi itu sudah lama sekali, aku sudah tidak ingat wajahnya."

Penjelasan Hasung itu membuat Dahyun mengerutkan keningnya. "Kapan? maksudku, apa Jimin pernah tinggal lama di sini atau semacamnya?"

Hasung menyatukan kedua tangannya di atas meja, menatap Dahyun dengan raut seriusnya. "Kau ingat saat aku mengatakan kalau Jimin tidak suka berada di rumah sakit?"

Dahyun mengangguk. Hasung pernah mengatakannya, tapi ia belum tahu alasan kenapa Jimin sampai bisa begitu.

"Setelah kejadian penculikan itu, Jimin langsung di bawa ke sini. Ia sempat koma selama satu bulan."

Dahyun kaget. "K-koma?"

"Iya. Namun bukan itu masalahnya. Selama lebih dari satu tahun, Jimin terus berada di rumah sakit. Tanpa orang tuanya dan di negeri orang. Kau bayangkan saja, bagaimana rasanya anak sekecil itu berada di dunia asing selama itu. Pasti rasanya sangat menyiksa."

Hasung melanjutkan. "Lalu, Jimin bertemu dengan Mina. Sama halnya dengan Jimin, Mina juga sendirian di sana. Ayahnya sibuk mengurus perusahaan dan ibunya berselingkuh dengan lelaki lain. Beruntung, ayah Mina keturunan Korea, jadi ia sedikit bisa menggunakan bahasa korea."

"Mina itu bisa dibilang adalah penyemangat Jimin disaat dia sedang terpuruk karena kesepian. Kalau Mina tidak ada, mungkin Jimin bisa gila saat itu—walaupun sekarang juga ia masih 'gila'."

Satu-satunya yang ada dipikiran Dahyun saat ini bukan perihal Mina yang bisa bahasa Korea atau semacamnya. Tapi kenyataan kalau Jimin pernah menghabiskan waktu dengan perempuan lain disaat dirinya tengah mananggung sakit luar biasa pasca kejadian itu. Astaga, memikirkannya saja sudah membuat Dahyun muak.

Ya, walaupun Mina juga menjadi salah satu orang yang berarti bagi Jimin tapi membayangkannya saja sudah membuatnya kesal. Kenapa ia baru tahu? Dan kenapa Jimin bisa memiliki rahasia sebanyak itu? atau hanya ia saja yang tidak tahu? Kenapa rasanya, ia tidak mengetahui apapun tentang Jimin? Sedangkan Jimin tahu segalanya tentang dirinya?

Lagi, Dahyun menghela napas frustasi. Andai saja ia bisa memutar waktu, ia tidak akan mengizinkan Jimin untuk pergi dengan Mina begitu saja tadi. Seharusnya ia menahan Jimin untuk tidak pergi atau memintanya untuk membawanya ikut serta.

Wanita itu tiba-tiba bangkit, ia menatap Hasung tajam sembari melontarkan kalimat bernada perintah. "Antar aku ke tempat Jimin sekarang juga. Lelaki itu harus diberi pelajaran."

#

Mereka tiba di sebuah café tepat setalah matahari benar-benar tenggelam. Manik mata Dahyun menyapu seluruh isi café yang terlihat sangat sepi ini. Entah karena tidak laku atau memang sedang di sewa, café ini benar-benar sunyi dan senyap.

Tungkai seputih tahu itu melangkah dengan anggun memasuki café bernuansa pastel pink itu hingga maniknya menangkap sang suami yang tengah asik mengobrol dengan gadis di hadapannya.

Posisi Jimin yang membelakangi Dahyun membuat lelaki itu sama sekali tidak menyadari beradaan sang istri. Dahyun menatap pemandangan itu dari kejauhan, entah kenapa tungkainya sulit sekali untuk digerakan begitu melihat Jimin seperti sedang tertawa dengan gadis itu.

Rupanya, Mina menyadari keberadaan Dahyun. Namun, bukannya memberi tahu Jimin, gadis itu malah mencondongkan tubuhnya ke arah Jimin.

Dahyun terdiam. Tungkainya yang baru saja akan melangkah jadi mengambang di udara. Wanita itu tak melanjutkan, hatinya sudah terasa sangat sakit saat melihat kenyataan bahwa Jimin diam saja saat Mina menciumnya, seolah dirinya juga menikmati ciuman itu.

Dahyun memegang perutnya yang terasa agak nyeri. Rasanya seperti ada sebuah tendangan pelan dari janin kecilnya yang membuat Dahyun semakin terpaku di tempatnya.

Dia bergerak, bayi kecilnya bergerak.

Namun, entah Dahyun harus merasa bahagia atau sedih, karena ia harus merasakan hal ini disaat suaminya tengah berciuman dengan gadis lain di depan matanya sendiri.

#

Udh berapa lama duh aku gk up cerita ini TT

Maafin aku ya yg udh ingkar janji huhuu. Real life bener" nyita waktu sampe gk ada waktu buat nyempeting nulis. Makanya aku juga sempet hiatus selama sebulan (∩︵∩)

Kangen masa saat aku bisa up cerita ini tiap hari :( tapi aku gk yakin bakal bisa kek gitu lagi soalnya sekarang aku kelas 12 so, lagi fokus" nya belajar buat lanjut kuliah nanti T.T

Btw, aku gk bermaksud menjelekkan karakter yg ada disini ya, semua tokoh disini pure imajinasi aku dan aku cuma gunain mereka buat visualisasinya aja.

So, buat ke depannya aku gk tau bakal bisa up lagi kapan soalnya ini juga aku masih agak aneh nulisnya (efek kelamaan gk nulis+writer block)

Maaf kalo part ini aneh (banget) semoga gk mengecewakan ya

Makasih buat yg masih mau nunggu cerita ini up

See you😘💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro