Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#29. Positive

P.s. Tanda (*) = terjemahannya

•|801 Words|°

Pada akhirnya, semua kekhawatiranku terbukti.

Aku positif hamil.

Dan lihatlah keadaan Jimin saat ini—yang mungkin jika tidak mengingat kalau sekarang sedang di rumah sakit, Jimin akan salto saking bahagianya. Semua itu tercetak jelas di wajahnya yang sudah tidak bisa menahan senyum bulan sabitnya.

Pagi tadi, Jimin memergokiku yang terus bolak-balik kamar mandi karena terus merasa mual dan muntah. Ia kembali ke rumah karena ketinggalan iphone-nya. Alhasil, Jimin tidak jadi berangkat kerja dan malah membawaku ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, Jimin terus mengoceh karena terlalu bersemangat, memikirkan bagaimana jika ia akan jadi ayah muda dan selamat, keinginannya terkabul sekarang.

"Yeobo, mau diberi nama apa anak kita nanti? Park Ji Hyun? Park Da Min? atau Park Min Ji? *ah—neomu haengbokhae." Jimin terus membicarakan hal itu selama perjalanan pulang.

(*ah—aku sangat bahagia)

Sementara aku hanya bisa mendesah panjang sambil mendelik bosan. "Ya! anak kita bahkan belum berbentuk dan kau sudah memikirkan nama mereka?"

"Waeyo? apa salahnya jika kita memikirkannya dari sekarang?" Jimin sedikit melirik ke arahku, membuatku membuang muka sebal.

Entahlah, aku merasa—kalau aku belum siap untuk ini.

Kenapa? Bukankah itu wajar? aku masih berumur 20 tahun dan ya—aku memang bodoh karena tidak pernah memikirkan kalau aku akan hamil secepat ini begitu aku setuju untuk menikah dengan Jimin sebulan yang lalu.

Tepat di lima menit waktu berlalu dengan keheningan, Jimin menepikan mobil di pinggir jalan. Ia mematikan mesin dan memutar tubuhnya sembilan puluh derajat ke arahku.

"*Wae? neo haengbokhae opsseo? " tanyanya dengan raut wajah serius. Aku tahu, ia mungkin marah padaku karena terus murung sejak dokter memberitahukan kehamilanku yang baru berusia satu minggu.

(*Kenapa? Kau tidak bahagia?)


Jari-jariku saling meremas satu sama lain, ditanya dengan serius juga ditatap dengan tatapannya yang menuntut penjelasan itu membuatku gugup.

Aku meneguk ludah susah payah. "*Ani—nan haengbokhae ... geunyang"


(*Tidak—aku bahagia ... Hanya—)


"Geunyang? "

"A-aku takut."

"Takut?"

"—Aku takut tidak bisa melahirkan dan merawatnya dengan baik." Aku menunduk, tidak berani menatap wajah Jimin.

"Kau tahu, orang seusia kita kebanyakan masih sekolah di perguruan tinggi. Hanya sedikit dari mereka yang memilih jalan—untuk menikah di usia muda—seperti kita." Air mataku tiba-tiba menetes. Sial, kenapa aku sensitif sekali.

"Ta-tapi kau jangan salah paham! ini bukan berarti aku tidak bahagia! aku bahagia—sangat! tapi aku masih ragu pada diriku sendiri. Apakah aku mampu untuk melewati semua itu atau—"

Aku tidak melanjutkan perkataanku saat Jimin menyapu air mataku dengan tangannya. Raut wajah Jimin melunak, ia mengambil salah satu tanganku lalu digenggamnya dengan erat.

"Maaf jika aku membuatmu seperti ini."

Kepalaku sontak menggeleng. "Ani! ini bukan salahmu! itu sudah keputusanku untuk menikah denganmu dan seharusnya—aku sudah memikirkan hal ini. Aku hanya sedikit kaget."

Jimin tidak berbicara, ia hanya terus menggenggam tanganku sambil menatapku dengan seulas senyum hangat.

Mataku mengerjap-ngerjap. "Kenapa—menatapku seperti itu?" tanyaku setelah beberapa saat.

"Kau tahu? aku tidak pernah bertemu dengan wanita sepertimu. Dan dari semua wanita yang pernah ku temui, kau yang terkuat. Aku percaya, tidak ada yang lebih baik untuk melahirkan anakku selain dirimu. Geobjeong hajima*, aku akan selalu ada bersamamu." Jimin mengakhiri ucapan manisnya itu dengan sebuah kecupan di keningku.


(*Jangan khawatir)


Aku dapat merasakan ketulusannya—namun, karena hal itu, aku malah semakin menangis hebat. Aku langsung memeluk Jimin, menyembunyikan wajah basahku di dadanya.

Aku merasa bersalah padanya karena sempat merasa kesal akibat kehamilanku saat ini. Padahal seharusnya aku bersyukur karena tuhan telah menitipkan kepercayaannya dengan memberikan seorang anak kepada kami tapi aku malah takut.

Dapat kurasakan Jimin menegang ketika aku dengan agresif memeluk erat tubuhnya, padahal sebelumnya, aku paling anti melakukan kontak fisik duluan.

"Hey, ka-kau kenapa?!" tanya Jimin sedikit tergagap. Mungkin ia masih terkejut dengan tingkahku yang tiba-tiba memeluknya.

Aku menggigit bibir. "Aku minta maaf. Aku berjanji akan membesarkan anak kita dengan baik," cicitku malu.

Jimin terkekeh, ia mengusak rambutku gemas. "Astaga—kupikir kau kenapa."

"Arrasseo, untuk ke depannya ayo kita membesarkannya bersama. Lalu jika ia sudah besar nanti, kita buat lagi adiknya lalu—Arrgghh kenapa kau mencubit perutku?!"

Aku melepaskan pelukan dan menatapnya geram, dia tidak pernah berubah—selalu saja berkata mesum dimana dan kapan saja.

"Kau harus memperbaiki ucapan mesummu itu dulu jika ingin menjadi ayah yang baik untuk anak kita! aku tidak mau jika anakku nanti mendengarnya dan nanti jadi mesum juga sepertimu!"

"Hey, bukannya kau yang mengatakan kalau dia belum berbentuk? dia tidak akan bisa mendengarnya!"

"Tapi dia sudah ada didalam perutku!"

Jimin menghela napas. Ia menyibak rambutnya ke belakang sambil menggigit bibir bawahnya. "Ya! perlu kau ketahui, kalau aku tidak mesum. Anak kita tidak akan tumbuh di dalam sana."

Aku terdiam. Sial, dia menggodaku.

Kenyataannya, sebaik apapun aku mendebatnya dan melarangnya untuk melakukan hal itu, ia selalu menang. Dan aku hanya bisa berharap, semoga anakku tidak memiliki sifat mesum sepertinya.

•🍒•

Huaa ini aneh banget😭

Dan lagi-lagi aku ngelanggar janji buat up tiap harimianhe yeorobun(╥﹏╥)

Data filenya kehapus—padahal aku udh nulis cerita ini sampe selesaiso, aku harus nulis ulang lanjutannya lagi T^T

Maaf ya, karena kedepannya mungkin aku hanya akan up dua atau tiga hari sekali 🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro