Chapter 12
TARA mendengus. Hari ini adalah hari pertama menstruasinya. Perutnya sakit dan dirinya berubah menjadi sensitif juga emosian. Sejak sepulang sekolah Tara sudah mengomel karena berbagai macam hal. Bahkan hal nonsense pun membuat emosi gadis itu naik.
Dan emosi Tara semakin mudah tersulut saat ia berhadapan dengan Dimas.
Setiap hari Jumat, sepulang sekolah Dimas akan membawa game konsolnya dari kamar ke ruang keluarga dan bermain di sana sampai tengah malam bahkan sampai pagi. Katanya dia malas kalau harus mondar-mandir dari lantai atas ke dapur jika tiba-tiba merasa lapar atau haus, maka cowok itu memilih untuk memonopoli ruang keluarga lantai bawah sebagai markasnya untuk main games. Untung saja setiap kamar di rumah Tara memiliki fasilitas televisi sehingga mereka tidak kesulitan untun nonton tv karena ulah Dimas.
Tetapi sepertinya hari itu merupakan hari sial Dimas. Seharusnya dia tidak berada di luar kamarnya karena sudah pasti akan menjadi korban pelampiasan emosi Tara yang sedang menstruasi.
"ADIMAS NUGRAHA! LO TUH YA GANTI BAJU DULU KEK! BAU TAU GAK LO MASIH PAKE BAJU SERAGAM JAM SEGINI!"
Dimas tersentak mendengar bentakan Tara sampai-sampai stick PS ditangannya menggelincir jatuh.
"Astagfirullah, Dimas, tuh liat, ini kaset PS lo jangan berserakan kek! Risih gue liatnya, terus itu mangkuk bekas makannya taro dulu kek ke dapur, nanti kalo ketendang pecah terus belingnya nyelip di karpet lo juga yang ketusuk!"
Dimas menganga. Ini kakaknya salah makan atau kesurupan, sih? Biasa Dimas seperti itu Tara bodo amat tapi kenapa sekarang ribet banget?
Ah Dimas tau. Kalau Tara sudah mulai out of character begini berarti dia sedang PMS. Iya, PMS. Pengennya Marah Selalu.
"Ngapain lo malah ngeliatin gue?Beresin, buruan!"
Setelah Dimas membereskan apa yang harus dibereskan cowok itu kembali duduk bersila di karpet bersiap untuk memainkan kembali permainannya yang dipause namun Dimas kehilangan semangatnya saat melihat kakaknya sedang memainkan permainannya dengan sangat tidak berkeprigamesan. Tara itu memang gamers yang payah. Mungkin games yang dia bisa hanya The Sims dan Harvest Moon, itupun dia lebih sering mengeluarkan uang daripada dapat uangnya.
"Ih apaansih nih games gak jelas amat," dan dengan kurang ajarnya Tara melempar stick tersebut ke lantai—yang untungnya dilapisi karpet.
Dimas hanya bisa pasrah saat kakaknya itu kembali mengacak-ngacak kaset PSnya untuk mencari—entahlah apa itu sesuai seleranya. Tetapi Tara menyerah mencari saat semua kaset yang baru Dimas bereskan sudah kembali berserakan. "Ah gak ada yang seru."
Dimas hanya bisa mengelus dada. Sabar Adimas, sabar.
"Ini dia yang bikin gue ogah pacaran. Serem anjir kalo gue harus ngadepin satu lagi cewek yang berubah jadi super duper annoying tiap bulannya! Cukup Mama sama Tara aja, deh!" gumam Dimas saat Tara berlalu ke kamarnya tanpa merasa berdosa setelah membuat semua kaset PS Dimas berantakan.
***
Tara merebahkan tubuhnya. Perutnya mulai terasa sakit. Ini dia tidak enaknya menstruasi, posisi seperti apapun rasanya tidak nyaman, ditambah perutnya yang sakit, ugh, Tara jadi kesal sendiri.
Ponsel Tara berbunyi menandakan satu pesan masuk.
Giovani Ardana: Tara
Giovani Ardana: Tara
Giovani Ardana: Tara
Tara Andini: Bacot.
Tara Andini: Apaan?
Giovani Ardana: Buset galak banget buu
Giovani Ardana: Gak apa-apa sih kangen aja
Giovani Ardana: Lagi apa?
Giovani Ardana: Read doang emangnya koran?
Giovani Ardana: Kakak Taraa
Giovani Ardana: Tar, nonton yuk?
Giovani Ardana: Tar lo pernah nyobain martabak redvelvet gak? Atau nutella ah pokoknya martabak kekinian gitu, mau nyoba gak?
Tara Andini: Sekali lagi lo ngebacot gue block.
Giovani Ardana: Galak amat sih, lagi PMS ye?
Tara Andini: KALO IYA KNP? MASALAH?
Tara membanting ponselnya. Gio selalu saja membuat Tara kesal, mau dia sedang PMS ataupun tidak.
Dulu memang Tara bersikap baik dan ramah pada Gio bahkan setiap teman adiknya itu sering mengajaknya chat Tara selalu merespon dengan baik karena Gio memang anaknya seru, tapi saat tau kalau ternyata Gio menaruh rasa padanya Tara mulai tidak merespon—Tara tidak ingin dianggap sudah memberi harapan kepada cowok itu, karena Tara sama sekali tidak bisa menganggap Gio lebih daripada sekedar adik untuknya. Tara selalu memandang Gio sama dengan Dimas—seperti adik—dan akan aneh jika Tara harus merubah cara pandangnya terhadap Gio menjadi cara pandang perempuan kepada laki-laki yang semestinya.
Tara memilih memejamkan matanya mencoba tidur untuk mengalihkan rasa sakit di perutnya. Tara berhasil tidur selama setengah jam dengan pikiran yang mengawang kemana-mana sehingga dia kembali bangun dan merasakan nyeri di perutnya semakin menjadi. Sebuah pesan kembali masuk di ponselnya membuat Tara mengintip sejenak dari notifikasi bar, dan lagi-lagi pesan dari Gio.
Giovani Ardana: Tar, mau gue yang ke atas atau lo yang turun ke bawah?
Hah?
Tara refleks bangun dari posisi tidurannya dan membaca ulang pesan yang dikirim Gio.
Tidak lama terdengar ketukan di pintu membuat Tara tersentak dan menatap pintu kamarnya dengan ngeri. "Siapa?" tanyanya.
"Gue, kak!" jawab orang yang ada di balik pintu itu membuat Tara menghembuskan nafas lega. Dimas rupanya.
"Ngapain?" tanyanya malas tanpa beranjak dari tempat tidur.
"Ada Gio, mau ketemu sama lo. Mau gue usir apa lo mau temuin?" tanya Dimas.
Tara menggeram. Rupanya Gio beneran datang.
"Ogah!" seru Tara malas.
"Dia bawain makanan tuh buat lo!" ucap Dimas lagi.
Meskipun Dimas adiknya Tara serta sahabatnya Gio, namun cowok itu tidak pernah lebih berpihak kepada satu sisi—istilahnya Dimas selalu bersikap netral. Jika Gio sudah terlalu berlebihan dan Tara sudah nampak risih maka Dimas akan menjadi penengah. Atau jika Tara sudah terlalu jutek dan galak kepada Gio padahal cowok itu hanya berusaha mengambil hati Tara, maka Dimas akan memberitau kakaknya untuk sedikit lebih membuka hati atau setidaknya bersikap lebih baik kepada Gio.
Termasuk sekarang. Gio sudah rela-rela datang ke rumahnya membawakan makanan untuk Tara, setidaknya Tara harus menemui cowok itu—sekedar untuk berterima kasih.
"Bodo amat! Gue gak minta dibawain, kok!"
"Tar, gak boleh gitu. Coba entar kalo lo punya anak terus anak lo digituin sama cewek, apa lo rela?" tanya Dimas membuat Tara terhenyak. Lalu Dimas menambahkan, "Paling bantar gue, deh! Lo rela kalau gue diginiin sama cewek? Tega lo?"
Dimas selalu punya cara untuk membujuk Tara.
Dengan geram Tara bangkit dan membuka pintu kamarnya. Masa bodo dengan tampilannya yang berantakan—kaus kebesaran, celana legging dan rambut yang dicepol asal. Tanpa repot-repot merapikan dandanan Tara langsung mengekori Dimas ke lantai bawah, dimana sudah ada Gio yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.
Gio tersenyum melihat Tara yang nampak sangat santai itu namun justru terlihat manis di matanya—oh kapan sih Tara tidak pernah kelihatan manis di mata Gio?
"Hai yang lagi PMS!" sapa Gio riang.
Dimas memutar matanya. "Cari mati lo, Yo, gue aja ogah berurusan ama dia kalau lagi PMS, eh lo malah nyamperin," sindirnya sambil kembali berkutat dengan game konsolnya.
Gio hanya bisa terkekeh. Gio sudah beberapa kali menjadi sasaran emosi Tara setiap cewek itu PMS. Lebih seringnya sih di Line saat mereka chat. Dulu waktu Tara masih bersikap ramah dengannya, cewek itu sering curhat jika perutnya sakit saat PMS oleh karena itu dia sering marah-marah untuk mengalihan rasa sakitnya. Dan Gio ingin ada di momen-momen saat gadis itu mengomel kepadanya, untuk melampiaskan rasa sakit di perutnya.
"Lo ngapain, sih?" tanya Tara to the point.
Gio bisa mendapati sesekali Tara meringis sambil sedikit membungkuk, sepertinya perutnya sakit.
Gio lalu menunjuk bungkusan plastik yang dibawanya. "Tuh, gue bawain martabak yang tadi gue ceritain," katanya.
Tara mendengus. "Gue gak minta!"
"Emang, tapi gue yang mau beliin!" jawab Gio santai.
Tara kehabisan kata-kata. Tidak habis pikir bagaimana bisa ada manusia sekepala batu Gio ini. Sudah jelas-jelas Tara menolaknya berkali-kali tapi seolah tidak ada kata menyerah, Gio terus saja maju.
"Ohiya Tar, gue juga beliin hai miiko yang volume terbaru, lho! Lo belum punya, kan?"
Tara menatap Gio takjub. "Demi apa?! Anjir, ih serius? Mana, mana?!" Tara langsung berseru antusias.
Komik Hai Miiko volume terbaru baru keluar dua hari yang lalu dan Tara belum sempat ke gramedia untuk membelinya dan terima kasih kepada Gio yang sudah membelikannya.
Gio ini memang pecinta komik, dia juga tau kalau Tara adalah penggemar berat komik Hai Miiko, maka saat tadi melewati toko buku, ia kepikiran untuk melihat-lihat dan ketika melihat Hai Miiko volume terbaru, Gio langsung tanpa pikir panjang membelinya untuk Tara.
Tara tau, dia terkesan seperti memanfaatkan Gio jika sekarang ia bersikap baik kepadanya. Tapi kalau Tara masih bersikap jutek kan akan lebih kurang ajar rasanya, masa sudah dibawakan martabak beserta komik kesukaan masih saja jutek? Maka mau tidak mau Tara sedikit menurunkan kadar kejutekannya dan menemani Gio mengobrol.
Selama hampir satu jam Gio mengobrol dengan Tara dan rasanya cowok itu semakin dan semakin jatuh cinta.
Gio selalu suka mendengar cerita-cerita Tara. Gio suka bagaimana ekspresi Tara yang tanpa sadar selalu berubah-ubah sesuai dengan jalannya cerita. Gio selalu suka bagaimana anak-anak rambut Tara yang menempel di sepanjang rahangnya, bagaimana cara Tara menyisipkan rambutnya yang terlepas dari sanggulan kembali ke kuncirannya, bagaimana cara Tara tertawa—ah pokoknya Gio suka apapun yang Tara lakukan, titik.
"Yo, udah malem, balik gih," usir Dimas.
Gio cemberut. Dia kan lagi asik-asiknya dengerin Tara cerita. "Ahelah Dim, nanggung!"
"Besok latihan futsal pagi, nyet! Entar lo kesiangan!"
Tara menatap Dimas sambil berdecih. Adiknya itu tidak ngaca sama sekali, padahal Dimas sendiri nanti malam pasti begadang main PS. Tara lalu menatap jam dinding yang tertempel di tembok. Pukul setengah sepuluh. Benar juga, sudah lumayan malam. Meskipun sebenarnya Gio sering keluyuran malam tapi apa salahnya memberi tau?
Akhirnya Gio menurut untuk pulang dengan syarat Tara harus mengantarnya ke pagar dan Dimas tidak boleh ikut, karena Tara yang merasa berterima kasih akhirnya dengan sedikit terpaksa diapun menuruti kemauan Gio.
Gio mengeluarkan motornya dari pagar rumah Tara namun cowok itu tidak langsung menyalakan mesin motornya melainkan dia menatap Tara dengan intens membuat Tara gugup. Baru kali ini Tara merasa gugup ditatap oleh Gio—padahal selama ini Tara tidak pernah merasakan apapun karena selalu menganggap Gio ini sama dengan Dimas. Apa karena sikap Gio malam ini sedikit lebih....gentle?
"Kenapa lo? Pulang sana!" usir Tara.
Gio tersenyum lembut, seolah ingin memperjelas ketampanannya. "Lo tau... Tar, waktu lo lagi butuh pelampiasan pas PMS, you can use me as your samsak. You know, lo boleh nonjokin gue atau gigit aja tangan gue kalo perlu, intinya lo boleh lampiasin kekeselan lo sama gue! Gue gak masalah, kok."
Tara mengerjap. Apa Gio sedang berusaha jadi sosok cowok-cowok di relationship goals tumblr atau bagaimana?
Namun tak pelak Tara tersenyum. Tara tau kenapa tadi ia sempat gugup saat ditatap secara intens oleh Gio. Itu karena reaksi alamiahnya sebagai perempuan. Meskipun tidak memiliki rasa, ada kalanya perempuan merasa gugup saat harus berdekatan atau bertatap-tatapan dengan lawan jenis. Tara pasti tau kalau dia memang menyukai Gio dalam konteks lain, namun sepertinya tidak, karena semua masih terasa normal di dalam dadanya. Tidak ada jantung yang berdetak lebih cepat, kupu-kupu berterbangan di perut or else.
Tara lalu melayangkan satu cubitan di lengan Gio membuat cowok itu meringis. "Thanks adik kecil. Tapi lain kali, lo gak usah repot-repot lagi ya demi gue. Lo tau, Yo? Gue gak bisa mandang lo lebih, gue udah terlanjur nganggep lo kayak Dimas, adek gue."
Gio menegang. Yaampun, masa dia mau ditolak lagi, sih? Menyatakan cintanya saja belum.
"Gue..."
"Gue tau, Yo, lo suka sama gue dan gue hargai itu. Tapi sori, gue bener-bener gak bis—"
Gio membekap mulut Tara dengan tangannya. "Belom! Lo bukannya gak bisa kak, tapi be-lom! Oh damn, gue gak bakal manggil lo dengan embel-embel 'kak' lagi. Dan berhenti mandang gue sebagai adik lo karena gue bukan adik lo! Kita gak sedarah! Lo sama gue bisa aja jatuh cinta, so gue percaya someday lo bakal sadar kalau gue ini bener-bener cinta sama lo dan lo bakal cinta juga sama gue!"
"mmhffhp" Tara berontak membuat bekapan Gio di mulutnya terlepas.
"Gila, ya lo, Yo?"
"Yes, definitely, I'm going crazy, because of you, Tara."
"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro