Prolog
Soerat Djoerijah
Prolog
Sepasang mata bola
Dari balik jendela
Datang dari Jakarta
Menuju medan perwira
Kagum kumelihatnya
Sinar sang perwira rela
Hati telah terpikat
Semoga kelak kita
Berjumpa pula
Sepasang Mata Bola – Ismail Marzuki
Dari ruang tengah terdengar alunan merdu lagu Sepasang Mata Bola yang keluar dari kotak kayu berwarna cokelat dengan aksen putih di bagian pengeras suaranya. Irama keroncong yang khas seolah memenuhi rumah jengki bercat putih tulang itu. Jendela-jendela besar yang dibuka, membawa angin segar masuk di antara celah tirai tule yang terpasang. Terlihat pula barisan potret hitam putih yang dipajang di bufet panjang dengan beberapa trofi dan piala.
Di dalam kamar, ada seorang wanita berkebaya kembang marun yang sedari tadi hanya memandangi kaleng besar di hadapannya. Tiba-tiba helaian rambut yang terlepas dari gulungan, dia selipkan ke belakang telinga. Wanita itu membuka kaleng dan menemukan surat-suratnya dulu. Puluhan kertas bekas pamflet opera yang sisi belakangnya bertuliskan kalimat-kalimat rindu untuk pujaan hati.
Matanya memerah dan berair saat membaca surat itu satu per satu. Ingatannya kembali terlempar ke satu dekade lalu. Ketika kuncup bunga di hatinya masih bermekaran. Tangannya gemetar saat menemukan sepucuk surat dari laki-laki itu. Surat yang membuatnya menyesal seumur hidup.
Isakan wanita itu makin tak terkendali, dadanya seperti tertusuk ribuan jarum ketika membaca untaian kata yang tertulis di sana. Dialah penjahatnya! Dia memang pantas mendapatkan karma!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro