Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. A - Ningroem 2

"Roem!"

Saat Ningroem menghadap ke sumber suara, ekspresinya sedikit berubah. Wajahnya tiba-tiba saja merah. Dia pun bertingkah sangat aneh. Djoerijah penasaran, siapa sebenarnya orang itu.

Laki-laki pribumi yang bergaya seperti bangsa Eropa itu menghampiri mereka. Dilihat dari penampilannya, Djoerijah menebak bahwa laki-laki remaja itu bukan orang sembarangan. Karena laki-laki itu memakai kaos kaki dan sepatu.

"Roem, bagaimana kabarmu?" kata laki-laki itu mengawali pembicaraan mereka.

"Baik," balas Ningroem malu-malu. Terlihat jelas gestur bocah tiga belas tahun itu mempunyai ketertarikan pada lawan bicaranya.

Laki-laki itu bertanya lagi. "Apa kau sudah pandai membaca?"

Ningroem menggeleng. "Belum, Mas."

Air wajah laki-laki itu seketika berubah kecewa. "Aku harap kau segera belajar membaca, agar kita bisa berkirim surat."

Djoerijah hanya memperhatikan mereka bercakap-cakap. Tak lama laki-laki itu memutus obrolan lalu pergi meninggalkan mereka.

Dalam perjalanan pulang setelah membeli beberapa barang yang diamanahkan, Djoerijah memberanikan diri bertanya pada Ningroem. "Siapa laki-laki tadi?"

Ningroem diam sejenak. Ragu untuk menjawab pertanyaan Djoerijah. Dia takut, gadis itu akan mengadu pada simbok atau bapaknya.

Djoerijah paham. Gadis itu buru-buru berujar, "Jika kau mengatakannya, aku berjanji tak akan bilang pada Mbok Sarjem atau Pak Giman."

Ningroem melirik ke arah Djoerijah. Menimbang-nimbang apa yang sebaiknya dia lakukan. Tiba-tiba gadis itu berhenti berjalan. "Itu Mas Soebagjo."

"Kami sering bertemu di pasar ini. Karena dia bersekolah di sana." Ningroem menunjuk sebuah bangunan sekolah bumiputera yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Matanya mengisyaratkan kekaguman yang mendalam pada laki-laki itu. "Dia sangat baik. Walaupun anak priyayi tapi Mas Soebagjo masih sudi mengenalku."

Djoerijah hanya diam menyimak apa yang dikatakan Ningroem. Sesekali gadis itu ikut tersenyum saat Ningroem menceritakan hal-hal menyenangkan yang dia dan Soebagjo lakukan.

Tiba-tiba wajahnya menyendu. "Tetapi akhir-akhir ini aku menyadari sesuatu." Dia menahan kesedihan dan berusaha tetap tersenyum. "Pada akhirnya aku dan Mas Soebagjo sangat berbeda."

"Duniaku dan dia benar-benar berbeda, Jah," imbuhnya.

Djoerijah tak tahu apa perbedaan yang dimaksud Ningroem. Padahal laki-laki itu sama-sama berkulit cokelat seperti orang pribumi kebanyakan. Bukan seperti Tuan Antonio yang punya kulit pucat dengan mata cokelat terang.

***

Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Tuan Antonio memutar beberapa lagu-lagu pada gramephone-nya. Djoerijah sangat suka hal iu. Sudah hampir tiga tahun dia bekerja di rumah Tuan William, hampir semua lagu-lagu yang diputar dia hafal dengan baik. Lagu dengan judul We Gaan Naar Zandvoort adalah yang paling dia suka.

"Zandvoort bij de zee. We gaan naar Zandvoort bij de zee. Met vader, met moeder, met broertje en met zusje ome Piet, tante Griet en het hele familie husje."

Joerijah sedang menyapu di halaman kediaman utama. Gadis itu menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik yang begitu asyik. Gagang sapunya ikut bergoyang. Sesekali gadis yang kini menginjak usia remaja ini ikut menyanyikan lirik lagunya saat sedang bekerja. Hal itu membuat perasaannya jadi baik dan bersemangat dalam menjalani hari. Padahal dia sendiri tak tahu apa arti lagu yang dinyanyikan itu.

Dari kejauhan Tuan Antonio memperhatikan gerak-gerik gadis belia itu dari balik jendela. Sebenarnya bukan kali ini saja Djoerijah ketahuan. Sudah hampir setahun terakhir gadis itu melakukannya. Dia bahkan sengaja menyapu di area dekat ruangan itu agar bisa curi dengar lagu-lagu yang diputar.

***

Catatan :

"Zandvoort bij de zee. We gaan naar Zandvoort bij de zee. Met vader, met moeder, met broertje en met zusje ome Piet, tante Griet en het hele familie husje." 

Artinya :

"Zandvoort di tepi laut. Kami akan pergi ke Zandvoort di tepi laut. Dengan ayah, dengan ibu, dengan saudara laki-laki dan perempuan paman Piet, bibi Griet dan seluruh keluarga husje."

Itu adalah penggalan lirik lagu We Gaan Naar Zandvoort

https://youtu.be/u4gHwZebrys

*** 

Kalau suka latar kolonial, bacajuga cerita fiksi sejarah dari Alveename - Surat Ibu.
Kalau yang suka latar kerajaan bisa mampir baca punya Kak nataliafuradantin - Sandyasa Lebu Letter of Dusk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro