Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aku Masa Lalumu?

Dalam diamku, selalu terselip doa, agar kamu mau berbalik arah, melihatku sekali lagi, bersamaku terakhir kali.

***
"Thanks, udah mau nganterin aku pulang dan buat jemputannya tadi," kata Aluna saat ia turun dari motor Zello.
"Hmmm...aku pulang."

Aluna mengangguk kaku. Masih tidak memercayai apa yang terjadi pada dirinya dan Zello malam ini.

"Emhh Zell..."

Zello yang sudah menstater motornya, mengurungkan niatnya untuk segera pergi. Laki-laki itu menoleh pada Aluna dengan dahi mengerut, menunggu lanjutan kalimat Aluna yang terasa menggantung.

"Maafin aku," kata Aluna akhirnya. Zello membuang napasnya
"Maaf karena apa?"

Aluna mengigit bibir bawahnya gugup. Matanya bergerak gelisah, ia hanya menunduk, menekuri tanah berpaving di bawahnya.

"Karena, emh karena anu...karena dulu mutusin hubungan kita gitu aja."

Zello tersenyum miring, ia menaikkan kaca helmnya. Manik matanya meneliti tubuh Aluna yang tampak gugup.

"Kamu menyesal?"

Aluna menggeleng. Bukannya dia tidak menyesal, hanya saja Aluna tidak paham apa yang sebenarnya dirasakannya. Menyesal? Mungkin saja. Dan, kepalanya refleks menggeleng, yang dia asumsikan sebagai kebingungan, namun Zello mengansumsikannya lain.

"Baguslah kalau kamu tidak menyesal," ucap Zello sambil kembali membenahi helmnya.

"Aku harap kamu bisa dapetin yang lebih baik dariku, Zell," ucap Aluna pelan.

"Kamu tidak pernah tahu apa yang terbaik untukku Aluna, jangan merasa yang paling tahu tentang diriku. Kamu tidak lebih dari masa laluku, Aluna."

Setelah mengucapkan kalimat itu Zello meningalkan Aluna di depan rumahnya. Menyalakan motor kesayangannya membelah malam, tidak lagi berbalik ke arah Aluna yang hanya mematung di tempatnya, meresapi kalimat yang tadi dilontarkannya. Dia hanya masa lalu, tidak lebih. Aluna tersenyum masam.

***

Aluna mendorong trolly belanjanya dengan setengah melamun. Davika yang berjalan di sampingnya sambil memilih beberapa snack dari rak, bukannya tidak sadar akan kelakuan sahabatnya itu. Tapi, gadis itu membiarkan Aluna larut dalam lamunanya, sementara ia sibuk memilih makanan ringan dan beberapa bahan makanan mentah untuk mereka masak. Kegiatan rutin mereka setiap bulan, memasak bersama di rumah Aluna. Hitung-hitung Davika belajar memasak dari gadis itu, karena jujur saja awalnya dia tidak bisa memasak sama sekali. Dan, Aluna adalah guru terbaik--karena gratis--untuk mengajarinya memasak, yang tidak mungkin ia dapatkan dari mamanya yang wanita karier itu.

"Lunn...jeruk nipis apa lemon?" Tanya Davika sambil mengguncang bahu Aluna.

"Hah?"
"Tuh kan ngelamunn...gue tanya nih, jeruk nipis apa lemon?" Ulang Davika dengan wajah sebalnya. Aluna tidak sadar, mereka sudah sampai di area sayuran.
"Jeruk lemon aja," sahut Aluna sambil melirik beberapa sayuran di dalam keranjang besar yang sedang dijajakan.
"Lun, jadi masak gurame kan?"
"Eem..."

Davika berdecak, "kelamaan bergaul sama Zello, jadi ketularan irit bicara kayak dia ya, Lun?"
"Huh? Nggaklah!"

Davika terkekeh, mereka berjalan menuju tempat ikan-ikan segar yang dijajakan di dalam supermarket itu. Ada beraneka ragam ikan segar maupun ikan asin yang dijajakan di sana, dan semuanya itu membuat mata Davika berbinar ingin meminta Aluna mengajarinya memasak ikan-ikan yang dijajakan di sana.

"Loh, Aluna kan? Sama Davika?"

Seorang wanita paruh baya yang tadi sibuk memilih Ikan Bandeng membuat Aluna dan Davika terkejut. Wanita paruh baya dengan senyum cerianya itu tampak berbinar saat menatap mereka. Davika yang sadar siapa wanita itu langsung mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan wanita itu, disusul oleh Aluna.

"Tante Keya?" Sapa Davika sambil tersenyum.
"Astaga, tante nggak nyangka ketemu kalian di sini. Tapi, bagaimana bisa..." Keya tidak melanjutkan kalimatnya, membuat Davika tertawa dan Keya hanya tersenyum kikuk di tempatnya.

"Bisa dong, Tan. Kita sahabatan loh sekarang. Ya, kan Lun?"
"Hah? Oh iya hehe, bagaimana kabar tante?"
"Baik dong. Kalian sehat kan?"
"Alhamdulillah, Tan," jawab Davika mewakili.
"Oh iya, main yuk. Mumpung besok jumat, kalian libur kan kuliahnya. Mau ya?"

Davika dan Aluna saling pandang. Aluna mengisyaratkan ketidaksetujuan, namun Davika? Gadis itu malah menampilkan senyum jahilnya.

"Ayo, Tan!"

***

"Kuning telurnya dikocok sama margarin dan gula halus dulu, Tan. Sampai adonanya jadi putih lembut," kata Aluna memberi instruksi pada Keya. Wanita itu tempak mengangguk paham.

"Senangnya Tante, ada yang ngajarin bikin kue lagi. Kamu sudah lama loh, Al nggak main ke sini."

Aluna meringis. Yakali mantan main-main ke rumah. Tidak mustahil sih, tapi untuk kasusnya dan Zello, itu terlihat aneh.

"Hehe iya, Tan. Kemarin pindah ke Surabaya setahun, nemenin mama di sana."
"Wah pantes, kata Zello kamu pindah. Davika juga, lama nggak main ke sini."
"Wah haha iya, Tan. Terakhir main ke sini pas masih sama Zello, awal SMA dulu ya, Tan?"
"Iya, mentang-mentang sudah putus, kamu jadi lupa sama Tante."
"Hehe...iya, Tan. Maaf deh."

Keya tersenyum. Ia lalu melanjutkan mengaduk adonan kuenya dengan mixer.

"Oh ya, kalian sudah punya pacar?"
"Aku sih sudah, Tan."
"Yah calon mantu tante yang tertunda hilang satu," ucap Keya pura-pura sedih, disambut kekehan oleh Davika.
"Sebelah aku ini masih jomblo Tan, sejak putus sama Zello."

Keya menghentikan adukan kuenya, karena memang sudah sesuai dengan ajaran Aluna. Wanita itu menatap Aluna sambil tersenyum lebar, sementara satu tangannya mengambil tepung terigu di dalam mangkuk, mulai menuangkannya dengan pelan sambil terus diaduk.

"Wah, tante masih punya satu calon mantu yang tertunda dong," katanya, Aluna yang sejak tadi pura-pura sibuk membuat cream untuk olesan kue, memilih untuk pura-pura tidak mendengar.

"Tante restuin loh kalau mau balikan sama Zello, Lun," ucap Keya sambil terkikik. Davika menyetujui ucapan Keya.

"Udah balikan aja, Lun. Mereka satu organisasi loh, Tan. Zello ketua departemennya Aluna."
"Oh, ya?"
"Iya, Tan. Jodoh kali."

Keya tertawa sambil melirik ke arah Aluna yang wajahnya sudah merah padam. Aluna tidak menyahut sama sekali, ia sangat malu, oh tentu saja. Apa lagi kalau ingat ucapan Zello semalam. Rasanya ia ingin tenggelam di kolam ikan di dalam area kampusnya.

"Maaa..."

Suara teriakan itu membuat Aluna terkesiap, sementara Keya dan Davika tersenyum lebar.

"Mama di dapur Zell..." Sahut Keya, tak lama, sosok yang tadi memanggilnya itu tiba di dapur dengan peluh yang memenuhi dahinya. Ia baru pulang dari bermain futsal yang diadakan rutin oleh jurusannya, latihan futsal per angkatan. Zello bertindak sebagai kiper di sana.

"Loh, Ma--"
"Ada dua calon mantu mama yang tertunda," potong Keya atas ucapan Zello.

Laki-laki itu mengambil minum dari galon dan menuangkannya ke dalam gelas.

"Udah lama, Dav?"
"Baru sejam kok hehe...pulang futsal ya?" Tanya Davika, ia hafal kebiasaan Zello yang hobi bermain futsal. Dan, Zello selalu jadi kiper, di mana pun ia bermain. Beberapa kali, Davika pernah menemani Zello mengikuti pertandingan futsal.

"Ma, Dav, duluan," kata Zello, Keya menghentikan langkah anaknya itu.

"Nggak mau nyapa Aluna?"

Zello membuang napasnya. "Duluan, Lun," katanya sebelum berlalu, membuat Keya geleng-geleng kepala dan Aluna menelan ludahnya susah payah.

***

From: [email protected]
Subjek: Revisi pertama

Doc.Ex Circle 205 MB
Download. View at google drive

Aluna mendesah, ia mulai membuka file yang dikirimkan oleh editornya. Namun, tiba-tiba ponselnya memunculkan notif WA dari editornya.

Kak Wisnu: saya sudah mengirimkan file revisi pertama. Kalau ada yang ingin kamu tanyakan, jangan sungkan.

Aluna AD: thanks Kak Wisnu, siap laksanakan!

Aluna mengamati ponselnya, didorong rasa penasaran, ia memperbesar foto profil editornya. Yang sialnya hanya menampilkan siluet punggung Wisnu yang sedang menatap Gunung Bromo.

Huft

Aluna mendesah. "Coba pasang wajahnya sendiri, kalau ganteng, gue gebet deh. Pengin gitu punya editor ganteng," gumam Aluna, sambil mematikan layar ponselnya, dan mulai fokus pada lembar words di laptopnya.

"Astaga apaan nih. Buset per paragraf ada yang musti gue edit, bisa mati gue," ucap Aluna, ia memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.

"Fix, gue bakal gila."

Tbc

Mari cuap cuap banyak ya hehe...
Aku suka baca koment di prequel cerita ini dan menebak-nebak, almamater biru tua di cerita Jiver itu di kampus mana, terus aristav ini kuliah di mana dan jurusan apa wkwk. Ada yg nebak UB, Unair-lah, undip, IPB, dll. Well, aku cuma mau bilang, pas nulis itu di pikiranku cuma ada almet biru tua kampusku sendiri, tp kampus si jiver itu fiktif. Di mana itu? Aristav kuliah di Universitas Negeri Surabaya jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan aka BK smt 5. Oke bukan di kampus yang keren kok XD. Clear kan? Jadi, aristav bukan anak sastra, bukan anak manajemen tapi anak BK eak dah, yang kerjaannya dengerin orang curhat, ngasih solusi, ya gitu gitu. Da yang mau konseling? Wkwk

Ok sekian

Ig cast: arzello.prakarsa dan aluna_dewi

Regards
Aristavee

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro