Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5: True Ending?

.
.

Siang itu, para kurcaci pergi untuk bekerja. Sebelumnya, Ritsu sudah berpesan kepada Tsukasa agar berhati-hati terhadap orang asing dan Tsukasa mengangguk sebagai tanda menurut. Lagipula, Tsukasa tidak sebodoh itu bukan agar terpengaruh pada orang yang tak ia kenal sama sekali?

Yah, seharusnya sih seperti itu. Tapi ada seorang kakek yang datang padanya di saat ia tengah menatap di jendela. Kakek dengan jubah hitam tersebut terlihat sedih sembari membawa keranjang di lengannya. Tsukasa, sang pangeran salju yang berhati besar, merasa iba dengan sosok tua itu.

Dengan hati-hati, ia pun bertanya. "Permisi, mengapa kakek menangis?"

"Oh, aku sangat sedih, anak muda! Apel jualanku tak laku, pasti buah ini akan busuk karena tak ada yang ingin memakannya. Padahal ini sangat manis, lho," ujar si kakek mendramatisir.

Ma-manis? batin Tsukasa sedikit terguncang.

"Hm, sayang sekali," balas Tsukasa.

"Oh! Aku punya ide, apa kau ingin mencobanya?" tawar kakek tersebut seraya menyodorkan apel merah yang ranum pada Tsukasa.

Tsukasa menggeleng, tak mau. Ia teringat akan pesan Ritsu. "Maaf, tapi ... aku tidak bisa menerima barang pemberian dari orang asing."

"Sudahlah, Suou. Ayo dimakan!"

Suara yang awalnya serak, tiba-tiba berubah menjadi suara cempreng nan familiar. Tsukasa ingin memprotes karena timing perubahan yang tidak tepat, namun mulutnya tersumbat oleh apel. Membuat pemuda berambut merah tersebut, terbatuk-batuk sebab tersedak lalu jatuh.

"Wahahahaha! Sekarang akulah orang yang paling jenius di dunia! Selamat tinggal, Suou!"

Jubah hitam itu telah dilepas. Menampakkan helaian rambut oranye dan iris kehijauan. Leo, sang raja, pergi meninggalkan panggung serta Tsukasa yang sudah teracuni oleh apel.

.
.
.

Kumiko yang tengah berjalan-jalan di hutan, menemukan sebuah peti kaca yang berisi pemuda dengan rambut merah dan kulit sepucat salju. Tampang yang dimiliki Tsukasa membuatnya mengerjapkan mata, sepertinya tak ingin melepaskan sosok tersebut.

Di samping peti, terdapat enam orang kurcaci. Meskipun Kumiko bingung kenapa hanya ada enam orang. Tapi ia tidak ingin bertanya lebih jauh. Ada yang menangis, ada yang tertawa―yang tertawa ini mungkin saja sudah tidak tahu lagi cara mengekspresikan kesedihan, bukan karena betul-betul senang sang pangeran telah tiada.

"Halo, permisi! Apa aku boleh memiliki peti ini?" tanya Kumiko dengan girang.

"Huh? Kenapa seorang putri ... ada di sini?" tanya Nazuna kebingungan.

"Tentu saja sedang berjalan-jalan untuk menangkap kelinci!" jawab Kumiko sembari menggerutu. Sepertinya tidak ingin ditanya lebih jauh lagi.

Jawaban Kumiko membuat anak Ra*bits gemetaran. Karena hal tersebut, gadis dengan rambut baby blue itu melambaikan tangannya kecil,  "M-maaf. Aku cuman bercanda, kok!"

"Hei, soal kau mau mengambil peti ini―boleh! Ambil saja, kami sudah tidak perlu lagi!" seru Tori dengan memasang pose seolah  tak butuh.

Kalau saja aku tidak sedang dalam adegan mati, anak itu sudah pasti kubalas, batin Tsukasa yang masih memejamkan mata.

Karena perkataan Tori, seluruh kurcaci mulai berdebat. Meskipun pada akhirnya, mereka setuju untuk memberikan peti kaca Tsukasa kepada Kumiko. Peti tersebut pun mulai diletakkan pada kereta kayu kecil dan dibawa menuju istana tempat Kumiko berada.

Bugh―

Roda kereta tersandung batu. Membuat apel yang Tsukasa makan sebelumnya, ke luar dari mulutnya.

"Huh?" Semuanya terkejut ketika mendapati Tsukasa yang tiba-tiba terbangun.

"K-kenapa bisa?" tanya Tori dan yang lain.

"S-sepertinya apel itu yang membuat pangeran seperti orang mati," sahut Hajime dengan nada kecil.

Pangeran yang telah terbangun, membuat semuanya mulai merasa senang dan merayakan. Tsukasa pun menceritakan semua yang terjadi pada para kurcaci dan sang putri.

"Kasa-kun, ingin membalas dendam?" bisik Kumiko dengan raut ceria. Tentu saja, gadis itu punya dendam karena drama ini telah menyita waktunya untuk hal yang sia-sia. Tsukasa mengerjapkan mata, tak mengerti, "Bukankah seharusnya sudah selesai saat sampai di istana, Oneesama?"

"Kau ingin versi ending bahagia seperti itu setelah Leo-senpai dan Naoto merusak segalanya? Yang benar saja?"

Tsukasa menggeleng dengan enggan.

"Ada versi yang setelah bangun, Snow White dan pangeran membalas pada ibu tirinya menggunakan sepatu. Tapi, bagaimana kalau aku berduel dengan Leo-senpai? Karena ceritanya sudah hancur, kita buat versi kita sendiri!"

Tsukasa sedikit terkejut mengenai respon gadis itu. Namun, ia pun setuju dengan usulan membuat versi sendiri.

"Aku yang akan berduel dengan Leader―"

"Tidak boleh. Kau pikir berduel pedang? Aku putri yang akan menyelamatkanmu. Kalau cuman battle menyanyi sih, aku juga bisa, hehe."

Dan gadis itu mulai mengambil alih alur cerita. Menantang Leo dan berlomba dengannya.

Tsukasa hampir saja lupa, sosok di hadapannya juga hebat dalam seni. Hal itu membuat Tsukasa tersenyum, mempunyai kisah versi sendiri tidak buruk juga. Meskipun ia yang diselamatkan, ia merasa senang.

Kisah ini berakhir dengan Arashi yang kewalahan menyesuaikan narasi cerita. Para pemain sangat bersemangat ingin memonopoli meskipun pada akhirnya sisi sang pangeranlah yang menang.

Oh, dan jangan lupakan juga. Banyak yang memprotes kakak Kumiko tersebut, sebab telah membuat naskah berbeda tiap orang sesuai usulan Leo.

―meskipun pada akhirnya tidak jadi karena masing-masing diberikan bayaran yang sesuai kerja keras.

.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro