2: Once Upon a Time
Suatu hari, hiduplah seorang pangeran yang sangat mengagumkan. Tampang sang pangeran membuat siapapun melihatnya akan terpukau kagum. Rambut semerah apel ranum, netra ungu gelap, kulit seputih salju.
Sayang sekali, pemuda itu telah kehilangan ayah dan ibu kandung di usia yang muda. Sekarang, sebelum dirinya genap dewasa, ia telah dirawat oleh ayah tirinya. Benar, ayah kandung sang pangeran hanyalah bangsawan biasa sebelum ibunya menikah dengan sang raja.
Tak terlalu diperhatikan karena sang raja sibuk dengan dirinya, tetapi sang raja masih sedikit peduli padanya dengan membiarkan masih hidup di istana. Karena itu sang pangeran tumbuh menjadi pemuda yang kesepian namun baik hati.
Orang-orang sering memanggilnya sebagai Snow White. Meskipun namanya adalah Tsukasa.
"Oh, hari ini aku ingin berjalan-jalan ke hutan," gumam Tsukasa seraya melirik ke arah jendela. Langit terlihat cerah, tapi dirinya merasa tak enak.
Tsukasa berandai-andai apa yang sang raja sedang lakukan, ia sangat penasaran. Apa sang raja masih menganggap dirinya sebagai keluarga?
"Kagami o kagami! Siapakah orang yang paling jenius di dunia ini?"
"Sebelumnya sih anda, tapi sekarang jadi anak merah anda, chou uzai."
"Wahahaha―tunggu, Sena! Kau salah! Akulah! Aku adalah orang yang paling jenius di dunia ini!"
Tunggu, bukannya itu suara sang raja? Apakah Tsukasa salah dengar? Kenapa bisa bergema sampai di kamarnya? Dan bukankah seharusnya ia berkata aku adalah orang yang paling tampan di dunia?
Hampir saja ia kehilangan fokus pada peran, jika saja Tsukasa tidak melihat helaian rambut biru muda yang tengah bergerak-gerak kecil. Ia tersenyum, berusaha menenangkan diri. Tenang, ia harus menunggu agar sang putri dapat menyelamatkan dirinya.
Pintu dibuka paksa, sungguh tidak ada etika.
Ternyata, sang raja, Leo telah masuk ke kamarnya. Ia menatap pemuda berambut orange itu dengan tatapan berbinar, seperti tengah melihat hal yang disukainya.
"F-father? Maksudku, Your Majesty?" ujarnya sedikit terkejut akan kedatangan Leo. Pria yang dipanggil Ayah, hanya menyeringai. Lalu, matanya pun menyipit dan seringaian tersebut berubah menjadi tawa ceria.
"Oh, anakku! Kau pasti ingin berjalan-jalan, bukan?"
Beberapa pelayan mulai masuk, membantu pangeran untuk bersiap-siap. Tsukasa mengangguk kecil, lalu melihat ke arah jendela.
"Marvelous! Benar, Your Majesty. Tapi, apakah boleh?" tanya Tsukasa sedikit cemas. Pasalnya, selama Ibunya meninggal, ia tak diperbolehkan untuk meninggalkan kawasan Istana.
"Tentu saja, boleh! Hahaha! Kau akan aman bersama penjaga pilihanku! Suou bosan kan, berada di istana selama ini? Mengapa tidak berjalan-jalan sedikit?"
Yang benar itu pangeran! Bukan Suou, leader! Orang ini kenapa, sih?!
Tsukasa tersenyum, manis. "Ah, panggilan yang sangat bagus sekali, Your Majesty. Aku ingat ibuku telah menikah dengan anda tapi anda masih saja memanggilku seperti itu."
Menyadari percikan kebencian dari Tsukasa, Leo hanya memasang wajah cengiran seperti biasa. "Yah, kan aku raja. Aku bisa melakukan apapun yang aku mau! Termasuk ... mengubah alur cerita Snow White," ujarnya dengan bisikan di akhir kalimat pada telinga Tsukasa.
Deklarasi perang. Peran raja di sini sepertinya untuk menghadang alur sesuai naskah yang ditulis. Tsukasa menggertakan gigi kesal. Dimana-mana, sosok ini selalu saja mengacau dimana oneesama-nya berada.
Di panggung ini, Tsukasa tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Senyum paksa ia ulas, lalu ia memberi hormat selayaknya.
"Terimakasih atas kebaikan hatimu, Your Majesty. Aku akan segera berangkat bersama penjaga itu untuk berjalan-jalan di hutan."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro