Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

O 1. Kisah sang Kawan Lama

Day 1 - Makam

Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku datang ke tempat itu.

Ada terlalu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, hingga rasanya aku tidak punya waktu barang sedetik untuk pergi tamasya. Tapi sebentar lagi pergantian bos baru, dan aku ingin mampir ke tempat itu setidaknya sekali sebelum saat itu tiba.

Jalanan Kabupaten Blitar sudah terasa ramai bahkan sejak pagi. Sepanjang jalan, aku berpapasan dengan pegawai kantoran, pedagang sayur yang membawa berlusin-lusin hasil panen hingga memenuhi jok belakang motornya, juga anak-anak sekolah yang kadang berkendara secara ugal-ugalan.

Di antara orang-orang ini, pasti ada yang mengalami kesulitan akibat kondisi saat ini. Tapi dunia terus berputar, dan orang-orang ini tetap harus menjalani hari mereka meski ditimpa hal buruk, dengan harapan segalanya akan membaik di kemudian hari.

Berkat orang-orang yang terus melanjutkan hidup inilah, aku masih ada di sini.

Kompleks makam yang sedang kutuju tidak seramai tempat lain. Wajar saja, karena ini belum jam buka. Ditambah, pengunjungnya tentu tidak sebanyak ketika akhir pekan.

Aku memarkir motor di antara deretan toko-toko seberang makam. Wah, padahal masih pagi, tapi sudah ada tukang parkir yang berjaga. Bahkan toko suvenir saja belum semuanya buka, kulihat beberapa toko masih sibuk menata barang dagangan mereka, ada juga yang masih belum dibuka sama sekali.

Setelah menyebrang, kulewati gapura menuju kompleks makam. Kalau orang biasa pasti akan sulit masuk ke dalam jika belum jam buka, tapi aku selalu bisa melakukannya. Sudah begitu sejak beliau pertama kali disemayamkan di tempat ini lebih dari setengah abad yang lalu.

Sama sekali tidak ada orang di sini, tapi makam itu masih ditaburi oleh bunga-bungaan yang sudah agak kering, pasti dari peziarah yang datang kemarin.

"Yo, Bung, piye kabare?" kataku seraya duduk di kaki makam.

Jika ada orang yang melihat, aku pasti bakal disangka aneh. Habisnya, orang gila macam apa yang bicara dengan orang yang sudah mati? Apalagi jika orang itu merupakan tokoh penting yang tak semua orang bisa menjangkaunya.

Tapi buatku tidak demikian. Bagiku yang mengenali orang-orang yang telah berpulang ini secara personal, bicara seperti ini rasanya sama seperti berbincang dengan kawan lama.

"Bung, negara kita saat ini sedang kacau."

Ada hal-hal yang tidak bisa kubicarakan dengan mereka yang masih hidup. Berbeda dengan orang-orang ini, orang-orang yang dulu sekali berjuang bersamaku. Aku selalu berpikir, apa yang akan orang-orang ini katakan saat melihat "Aku" yang sekarang?

Meski pertanyaan itu tidak akan terjawab sampai kapanpun. Mengunjungi tempat persemayaman terakhir orang-orang ini selalu terasa menenangkan. Rasanya jadi nostalgia.

Tapi aku tak bisa terlalu lama di sini. Sekarang sudah masuk jam buka dan jika aku tidak segera pergi, trending media sosial hari ini akan penuh dengan video seorang pemuda yang sedang bicara sendiri di depan makam Bapak Proklamator. Jangan sampai yang seperti itu terjadi, deh.

Saat aku keluar dari area makam, sudah ada satu bus pariwisata di lahan parkir. Terlihat anak-anak kecil berbaris turun dari bis dengan bersemangat, mungkin rombongan dari TK terdekat.

Nah, kunjungan hari ini sudah selesai. Sekarang aku mau mencari punten pecel dulu untuk sarapan, lalu kembali ke parkiran dan mengambil motor. Setelah itu, baru kupikirkan aku akan mampir kemana lagi.


______


Hetalia © Himaruya Hidekaz
Prompt by: SFragment

______

a/n: gais, akhirnya aku berhasil merealisasikan Mas Nesi dalam bentuk mini fanfic, ayo cepat tebar konfeti

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro