Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Love like You

Pagi ini Kyungsoo menapaki jalan setapak di pinggiran pantai Ulsan. Ia menghela napas panjang lantas merapatkan jaket yang di kenakannya ketika udara pagi berhembus lembut membelai kulitnya. Ia memeluk tubuhnya sendiri seolah hanya itu yang dapat menghangatkannya.

Baru pukul enam pagi. Matahari masih belum menampakkan cahayanya dan Kyungsoo berharap bisa melihat matahari terbit seperti pegawai hotel itu katakan ketika ia menanyakann tempat yang indah untuk menikmati pagi di Ulsan.

Kyungsoo menghentikan langkahnya lantas duduk di sebuah bangku kosong yang menghadap langsung laut lepas. Sekilas ia tersenyum, betapa ia merindukan suasana pagi seperti ini akan tetapi hal itu tak berlaku lama ketika ia kembali mengingat apa yang Jongin katakan semalam.

Sebuah lamaran.

Kyungsoo yakin, tujuan dari perkataan Jongin semalam bukan hanya sebuah keinginan biasa. Jika ia berpikir bahwa ia senang untuk itu, selebihnya ia merasa ragu.

Mungkin benar, ia memang menginginkan kejelasan tentang hubungan mereka. Terlebih ketika Kyungsoo mulai memaafkan kesalahan Jongin juga menerima kehadiran pria itu lagi di dalam hidupnya. Akan tetapi sebuah ikatan pernikahan adalah hal yang teramat serius baginya.

Menikah. Semua wanita menginginkan hal itu termasuk itu dirinya. Mungkin saja setitik perasaannya pernah memikirkan hal itu dengan Jongin suatu saat nanti. Tapi itu terlalu jauh dari bayangannya, bukan sekarang. Ini terlalu cepat.

Kegundahannya semakin membuat Kyungsoo merasa bersalah ketika mereka berdua kembali ke hotel dan Jongin hanya mengatakan maaf saat Kyungsoo mulai mendiamkannya. Mungkin ini salah, tetapi Kyungsoo belum siap untuk hal yang lebih serius dari ini.

Deringan ponselnya membuat Kyungsoo tersadar, lantas meraih ponselnya ketika menatap nama Jongin tercantum di layar. Pria itu menghubunginya, Jongin pasti khawatir karena Kyungsoo tidak berada di kamar sepagi ini.

Meskipun keinginan untuk menghindar sangat kuat dalam diri Kyungsoo, keinginannya untuk tidak membuat Jongin cemas mendorongnya untuk menggeser tombol menerima panggilan saat itu juga.

"Kau dimana?"

Kyungsoo mendesah ringan, "Ganjeolgot, ada mercusuar disini dan taman yang indah. Aku ingin melihat matahari terbit."

"Jangan pergi kemana-mana, aku akan datang sekarang."

Kyungsoo terdiam ketika Jongin memutuskan panggilannya. Sebenarnya ia pergi sepagi ini untuk menghindar dari keharusan bersitatap dengan Jongin yang dirundungi perasaan bersalah. Tetapi sebaliknya, kini ia mengatakan lokasi tempat ia berada sekarang. Mungkin ini waktunya untuk berpura-pura. Kyungsoo memang wanita jahat tetapi ia hanya berusaha untuk tidak terlalu nampak menghindari Jongin. Masih ada dua hari tersisa dan Kyungsoo tidak mungkin mendiamkannya.

Membutuhkan waktu sepuluh menit hingga akhirnya Kyungsoo mendapati Jongin berjalan tergesa mendekatinya. Dari pandangannya sudah sangat jelas bahwa pria itu tengah khawatir. Kyungsoo kembali digelayuti perasaan bersalah. Terlalu sering membuat Jongin cemas akan keadaannya.

"Berapa lama kau berada disini?" buka Jongin sesaat ketika ia duduk di samping Kyungsoo.

"Sebelum kau bangun, aku keluar untuk mencari udara segar," balas Kyungsoo.

"Kau membuatku khawatir. Kau tidak ada di kamar saat aku bangun."

"Maafkan aku, aku hanya tidak ingin membangunkanmu," jawab Kyungsoo kembali berharap kekhawatiran Jongin lantas menghilang.

Jongin mendesah ringan, "kupikir kau marah karena kemarin malam."

Kyungsoo menatap Jongin dan mendapati tatapan kecemasan lainnya yang membuat Kyungsoo semakin merasa bersalah. Meskipun jawabannya adalah iya, tetapi itu bukan berarti ia marah kepada Jongin. Selebihnya ia marah kepada dirinya sendiri yang belum siap dengan apa yang ditawarkan Jongin kepadanya.

Jongin berpaling, kini memperhatikannya lekat dan Kyungsoo dibuat salah tingkah oleh itu. Kyungsoo lantas menundukkan wajahnya karena tidak tahu harus berbuat apa di tengah kecanggungan yang ia rasakan kali ini.

Sebuah sentuhan halus menyentuh ujung bibirnya membuat Kyungsoo terkesiap sebelum sentuhan itu berlalu begitu saja.

"Kau terlalu lama berada disini kurasa, bibirmu kering."

Tanpa sadar Kyungsoo mengulum bibirnya yang kering dan tertutup untuk waktu yang lama. Jongin selalu memberikan perhatian yang tidak pernah bisa Kyungsoo tebak dan itu merupakan salah satu dari pengaruh Jongin terhadap perasaan yang dimilikinya saat ini.

Perasaan bersalah semakin menggelayuti hatinya. Siapa dia yang telah mencampakkan semua jenis perhatian yang pria itu berikan kepadanya? Kenapa bisa-bisanya ia tidak membalas satupun semua jenis perhatian Jongin kepadanya padahal pria itu sudah sepenuh hati memberikan semuanya hanya untuk Kyungsoo. Ia terlalu egois dengan perasaannya sendiri dan inilah yang membuat ia takut bahwa sebenarnya bukanlah Jongin yang akan menyakitinya melainkan dirinyalah yang akan menyakiti Jongin.

"Maafkan aku," bisik Kyungsoo tiba-tiba setelah keheningan cukup panjang di antara mereka. Jongin masih memantapkan perhatiannya kepada Kyungsoo ketika wanita itu kembali bicara. "Tentang semalam, aku tidak ada maksud untuk menghiraukannya. Hanya saja aku..."

"Kau belum siap? Aku mengerti itu," sela Jongin membuat Kyungsoo menatap iris mata kelembutan yang dimiliki pria itu.

"Aku paham dengan perasaanmu. Aku tahu ini terlalu tiba-tiba tapi aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku. Aku baik-baik saja saat ini," lanjut Jongin.

"Aku merasa bersalah," bisiknya seraya menunduk. Terlalu malu telah mengabaikan perasaan Jongin hingga sejauh ini.

Ketika ia sadar bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk menangis. Rangkulan tangan Jongin pada bahunya membuat ia sadar bahwa ia tidak sekuat itu untuk menahannya. Ketika tubuhnya ditarik mendekat dengan sebuah pelukan hangat di sekeliling bahunya. Kyungsoo mengerti bahwa ia sudah berada di titik dimana ia telah sangat jatuh pada pria yang dulu sempat dibencinya.

Ia terisak kecil tanpa suara dan Jongin hanya memberikan usapan halus di bahunya seolah menenangkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Jangan merasa bersalah, aku tidak apa-apa. Jangan terlalu memikirkannya, lagipula jika kau mengatakan tidak ini juga bukan akhir bagi kita. Kita akan tetap memulainya."

Kyungsoo semakin terisak, menyamankan dirinya pada pelukan Jongin yang kini tengah mendekapnya. Ia telah dicintai sebegitu besarnya oleh seseorang yang tepat dan Kyungsoo harus mengakui bahwa ia juga telah jatuh cinta kepada seseorang yang tepat hingga akhir hayat hidupnya.

***

Semuanya kembali seperti semula, tentang pernikahan itu Jongin tak lagi membahasnya karena ia tahu Kyungsoo belum siap untuk itu. Jongin tidak seharusnya kecewa karena sepenuhnya ia sadar bahwa untuk mendapatkan hati Kyungsoo tidak semudah bagaimana ia bertemu dengan wanita itu.

Jongin sudah cukup senang berada di posisi seperti ini dimana Kyungsoo telah menerimanya kembali di dalam kehidupannya. Itu sudah sangat cukup baginya yang begitu teramat mencintai wanita itu.

Ketika mereka telah melewati pagi hari dengan menyaksikan mata hari terbit di mercusuar Ganjeolgot. Mereka kembali ke hotel untuk sarapan dan Jongin menepati janjinya untuk membawa Kyungsoo ke restoran yang semalam mereka kunjungi. Jongin berpikir mungkin akan canggung berada disana terlebih setelah kejadian semalam akan tetapi di luar dugaannya Kyungsoo dapat bersikap biasa saja seolah tidak ada yang pernah terjadi di restoran itu. Entah apakah Jongin harus senang tentang ini tetapi ia bersyukur, setidaknya Kyungsoo tak lagi muram seperti kemarin malam.

"Kemana kau ingin pergi hari ini?" tanya Jongin ditengah Kyungsoo menyantap makanannya.

"Entahlah. Aku tidak tahu banyak tentang Ulsan," jawabnya.

"Tetapi kau pergi ke mercusuar itu sendirian."

Kyungsoo mengangkat dagunya, "aku bertanya ke pihak hotel tempat yang bagus untuk menikmati pagi disini lalu mereka mengatakan aku harus pergi ke Ganjeolgot Cape agar bisa melihat matahari terbit disana."

Jongin mengangguk paham. Sejujurnya ia merasa terkejut ketika bangun dan tidak mendapati Kyungsoo berada di ranjangnya pagi tadi. Jongin bersyukur bahwa Kyungsoo tidak dengan sengaja meninggalkan ponselnya hingga akhirnya ia bisa menghubungi Kyungsoo saat itu juga. Jika saja ia tidak dapat menghubungi Kyungsoo pagi tadi, mungkin ia telah menganggap Kyungsoo pergi meninggalkannya.

"Apa rekomendasimu? Kau yang mengajakku kesini pasti kau lebih banyak tahu tentang Ulsan."

"Aku mempunyai rencana lain tapi aku akan melakukannya besok."

"Melakukan apa?" tanya Kyungsoo penasaran.

"Hobiku yang lama, aku sudah lama tidak melakukannya. Dan aku akan mengajakmu."

Kyungsoo terlihat seperti tengah berpikir saat ini sebelum mengarahkan sendoknya kepada Jongin. "Pria sepertimu memiliki hobi? Hobi macam apa?" ejeknya dengan seringaian kecil membuat Jongin yakin bahwa wanita yang di hadapannya kali ini adalah benar-benar Kyungsoo yang ia kenali sejak lama.

"Hanya hobi kecil."

"Baiklah jika hanya hobi kecil. Itu mudah bagiku untuk mencobanya."

"Kau ingin mencobanya?" tanya Jongin penasaran.

"Ya, lagipula aku penasaran hobi macam apa yang ditekuni dokter menyebalkan sepertimu."

Jongin hanya terkekeh menanggapinya. Pemikiran Kyungsoo terkadang terlalu sempit. Tidak pernah bertanya hal yang lebih pasti tetapi ia selalu memutuskannya sepihak. Lagipula itu adalah keinginannya. Kyungsoo mungkin akan kesal setengah mati kepadanya besok tetapi sepertinya menyenangkan untuk tetap membiarkan Kyungsoo mengikuti hobi kecilnya ini.

"Kalau begitu untuk hari ini aku akan membebaskanmu untuk pergi kemanapun kau mau. Aku akan menemanimu?"

Kyungsoo terlihat berbinar mendengar itu dan dengan senang menangkup kedua tangannya di depan tubuhnya.

"Kemanapun?"

"Ya kemanapun yang kau mau."

"Seperti toko pakaian, restoran , manik-manik dan yang lainnya?"

"Aku tidak menyuruhmu untuk pergi berbelanja Kyungsoo."

"Hey.. Kau yang mengatakan aku bisa pergi kemanapun yang aku mau. Apa itu termasuk kau yang akan membayarnya?"

Jongin mendesis. "Dasar wanita. Jangan memulai lagi."

Bukannya diam Kyungsoo malah semakin bersemangat untuk menggoda Jongin kali ini. Kini ia berpindah untuk duduk di samping Jongin lantas menarik-narik lengannya seolah memintanya untuk mengabulkan permintaannya. Khas seorang anak kecil yang meminta perhatian pada orang tuanya.

Jongin terkekeh sesaat melihat tingkah lucu Kyungsoo. Tidak menyangka bahwa wanita sedingin dan se-perfectionis Kyungsoo bisa bertingkah lucu. Sejak kapan wanita itu mulai bisa melakukan aegyo di hadapannya? Dia terlalu menggemaskan untuk bisa Jongin abaikan dan ia hanya bisa mengusak kecil rambut Kyungsoo. Mendapati bahwa wanita dewasa seperti Kyungsoo tengah merayunya untuk bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Dan Jongin tidak keberatan untuk itu, ia akan memberikan semuanya terlebih hatinya.

***

Jongin benar-benar memenuhi semua keinginan Kyungsoo hari itu. Seolah membayar kesalahannya karena telah membuat Kyungsoo bingung hingga menangis tadi pagi.

Setelah menyelesaikan sarapan mereka. Kyungsoo meminta Jongin mengajaknya untuk pergi ke tempat-tempat yang indah di Ulsan. Meskipun Ulsan merupakan kota industri terbesar akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa nuansa alam yang ditunjukkannya begitu menggiurkan untuk dinikmati.

Jongin mengajak Kyungsoo pergi dari satu tempat ketempat lainnya. Dari sekedar menyusuri pantai, menikmati gemericik aliran sungai yang jernih di Bangudae Cliff hingga Daewangam Park dimana pada jalur sepanjang enam ratus meter itu ditumbuhi oleh pepohonan pinus yang menyegarkan untuk suasana musim panas.

Tak jarang Jongin membantu Kyungsoo untuk memotret dirinya ketika wanita itu meminta. Seperti lupa bahwa keinginan Kyungsoo sebelumnya adalah mengunjungi satu toko ke toko lainnya untuk berbelanja. Kyungsoo lebih menikmati suasana kesejukkan yang ditawarkan Ulsan saat ini.

Jongin dapat melihat senyuman Kyungsoo kembali dan itu menenangkan hatinya. Seharian ini ia memberikan sepenuh waktunya hanya untuk Kyungsoo. Membahagiakan wanita itu. Jongin berjanji bukan ini saja waktu yang akan diberikannya, meskipun akan sulit tetapi ia tidak keberatan jika wanita itulah yang menyita seluruh waktunya dalam kehidupannya. Selagi itu adalah Kyungsoo, Jongin akan melayaninya. Setulus hati, seluruh jiwa raganya, ia benar-benar mencintai Kyungsoo sebagai satu-satunya wanita yang ada di relung hatinya.

Waktu berjalan terasa begitu singkat. Tidak terasa bahwa mereka telah berada di penghujung hari, memutuskan mereka untuk segera kembali ke hotel dan beristirahat.

Setibanya mereka di kamar. Kyungsoo langsung merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjangnya sedangkan Jongin di ranjang lainnya. Membuka sepatunya yang terasa panas dikenakan karena harus berjalan-jalan seharian penuh ini.

"Ini menyenangkan, sayang sekali besok adalah hari terkahir kita disini," ucap Kyungsoo seraya menatap Jongin yang masih membuka sepatunya.

"Kau ingin menambah waktu liburannya?" tanya Jongin.

"Meskipun ingin aku tidak bisa melakukannya," Kyungsoo mendesah ringan. "Aku hampir melupakan pekerjaanku disini dan ketika aku kembali aku harus berkutat lagi dengan Cloud9. Ngomong-ngomong apa penjualan untuk bulan ini berjalan baik tidak ya?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.

Jongin terkekeh singkat. "Aku lupa bahwa saat ini aku tengah bersama wanita paling sibuk di dunia ini."

Kyungsoo mengernyit, "bukan begitu, aku khawatir dengan keadaan kantorku. Baekhyun akan kesulitan."

"Kau khawatir? Kenapa tidak menghubunginya saja?"

Kyungsoo menggeleng membuat Jongin heran. "Sebelum aku pergi, aku mengatakan kepada Baekhyun untuk menghubungiku jika terjadi masalah tetapi hingga saat ini ia tidak sekalipun menghubungiku. Meskipun aku yakin Baekhyun bisa menanganinya dengan baik tetapi aku juga tidak ingin membebaninya untuk terus menanyakan keadaan kantor."

"Kau mempunyai sisi lembut terhadap Baekhyun ternyata."

"Aku menang bos yang sangat baik."

Jongin hanya tersenyum. Ia meninggalkan Kyungsoo sesaat ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya sebelum akhirnya kembali dengan kaos yang lebih santai dikenakan. Ketika ia kembali, Jongin pikir Kyungsoo akan melakukan hal yang sama seperti dirinya akan tetapi yang ia temukan adalah wanita itu yang telah meringkuk dengan selimutnya seraya menatapi langit-langit kamar yang kosong. Seolah memikirkan sesuatu.

"Kau masih memikirkan Cloud9?" tanya Jongin tiba-tiba membuat lamunan Kyungsoo terpecah dan kini perhatiannya kembali teralih kepada Jongin.

"Tidak, aku tidak lagi memikirkan Cloud9. Aku tengah memikirkan diriku sendiri."

Jongin mengernyit. Dibandingkan untuk berbaring. Ia memilih duduk di tepi ranjangnya untuk memerhatikan Kyungsoo yang tengah kembali menerawang langit-langit kamar.

"Hei.. Jongin," panggil Kyungsoo dan dibalas sebuah deheman dari Jongin. "Apa kau tidak keberatan dengan kehidupanku sekarang. Maksudku kau tahu, aku adalah orang yang sangat sibuk. Aku bahkan tidak memiliki banyak waktu untuk menemuimu tetapi kenapa kau masih menyukaiku dan menungguku hingga sejauh ini?"

"Aku juga orang yang sama sepertimu. Aku adalah orang sibuk dan tidak memiliki banyak waktu luang di luar rumah sakit. Kenapa kau masih ingin menemuiku?"

Kyungsoo berdecih, "aku yang lebih dulu bertanya."

"Karena jawabanku sudah jelas. Aku menyukaimu entah itu dulu ataupun sekarang. Tidak masalah sesibuk apapun itu karena aku juga memiliki kesibukan yang sama. Kita memang tidak memilki banyak waktu tapi bukan berarti kita tidak dapat menghubungi satu sama lain. Lagipula kita bukan lagi dimasa-masa saat kuliah dulu yang memiliki banyak keterbatasan untuk saling menghubungi. Itu jawabanku, jadi apa jawabanmu?"

"Jawabanku tidak sebaik dirimu," desah Kyungsoo. Ia memiringkan tubuhnya lantas tersenyum tulus. Sesuatu yang belum pernah Jongin dapati setelah sekian lama bersama Kyungsoo sejak pertemuan pertama mereka. "Aku ingin mengatakan sesuatu tetapi aku hanya akan mengatakannya satu kali jadi dengar baik-baik."

Jongin tergugup. Tiba-tiba ia merasakan jantungnya berdebar kian keras saat ini. Ia menunggu penuh antisipasi ketika tatapan Kyungsoo semakin menyejuk memperhatikannya.

"Aku beruntung dicintai pria sepertimu," bisiknya lirih. Ada jeda cukup lama membuat Jongin sendiri tidak percaya dengan apa yang Kyungsoo katakan kali ini. Ia masih belum bisa bereaksi apa-apa bahkan ketika Kyungsoo semakin menyunggingkan senyuman malu-malunya. "Aku mencintaimu," bisiknya lagi. Begitu sangat lirih. Nyaris tidak dapat didengar seolah itu hanyalah bisikan angin semata di telinganya.

Akan tetapi senyuman itu terlalu nyata. Pancaran mata Kyungsoo yang berbinar tulus dengan senyum yang tersinggung indah membuat Jongin yakin bahwa itu diberikan hanya untuknya.

"Selamat malam," ucap Kyungsoo kembali. Lebih keras seperti sebelumnya dan wanita itu memilih berbalik memunggungi Jongin yang masih tidak percaya dengan apa yang didengarkannya.

Ribuan pertanyaan berjejalan di dalam kepalanya. Beberapa kemungkinan yang ia dapatkan tidak lantas membuat jantungnya berdebar tenang. Sebaliknya jantungnya semakin terpacu kencang. Jatuh pada sebuah ketidak percayaan yang baru saja didapatkannya.

Apa itu berarti Kyungsoo telah kembali menerima cintanya?

***

Semuanya terasa lucu ketika mereka berdua bangun tadi pagi. Jika kemarin masing-masing dari mereka tidak menatap satu sama lain karena Kyungsoo yang pergi menghindar dan Jongin yang mencarinya. Kini mereka berdua seperti sepasang ramaja lugu yang tersenyum malu-malu setiap kali mendapati mereka yang diam-diam saling menatap satu sama lain.

Konyol memang, Kyungsoo tidak habis pikir bagaimana Jongin bisa membuatnya salah tingkah hanya dengan menatapnya. Ia mencoba untuk tidak bersitattap langsung dengan pria itu akan tetapi hasilnya ia sendiri yang lebih banyak mencuri pandangan dari Jongin pagi ini.

Sebenarnya Kyungsoo malu pada kenyataan bahwa ia telah mengungkapkan perasaannya kepada Jongin langsung tetapi ia berusaha menutupinya agar tidak terlihat konyol di hadapan Jongin. Selagi mereka berjalan ke tempat tujuan mereka saat itu; tempat dimana Jongin ingin melakukan hobi kecilnya bersama Kyungsoo. Wanita itu memilih diam menghiraukan segala kemungkinan kekonyolan yang mungkin saja terjadi jika ia tidak berhati-hati.

Mereka sampai di sebuah tempat luas berupa rerumputan yang membentang di lebih dari empat kilometer. Tetapi hal yang lebih membuatnya penasaran adalah adanya landasan pacu dan sebuah pesawat yang ada disana. Kyungsoo mengernyit sesaat ketika langkah mereka mulai mendekati pesawat kecil itu.

"Kita mau kemana? Apa tempatnya sejauh itu hingga harus menggunakan pesawat."

Jongin terkekeh sekilas, "ya.. Ini satu-satunya transportasi yang digunakan untuk melakukan hobiku."

Kyungsoo mengernyit ketika mereka telah sampai dipesawat itu. Beberapa orang disana menyapa Jongin, seolah mereka telah saling mengenal cukup lama dan Kyungsoo hanya tersenyum ketika Jongin mulai memperkenalkannya sebagai kekasihnya. Tidak biasa tetapi ia tidak mungkin mengelaknya, Kyungsoo memang sudah membalas perasaan pria itu jadi tidak masalah jika Jongin telah menyematkan status dalam hubungan mereka saat ini.

Mereka bercakap-cakap untuk waktu yang cuku singkat sebelum akhirnya sebuah perlengkapan terjun payung seperti helm hingga tas parasut diterimanya dari tangan Jongin tiba-tiba.

"Apa ini?" tanya Kyungsoo penasaran.

"Ini parasut."

Kyungsoo mendesah, "aku tahu, tapi maksudku untuk apa kau memberikannya kepadaku?"

"Tentu saja untuk kau gunakan. Untuk apa lagi? Kau tidak fobia ketinggian kan?" tanya Jongin memastikan dan Kyungsoo menjawabnya dengan sebuah gelengan. "Baiklah kalau begitu kita akan melakukan Sky diving sekarang."

"Sky diving? Apa? Kau gila ya?!" dan Kyungsoo tidak habis pikir bagaimana Jongin yang hanya menyeringai di tengah keterkejutannya saat ini. Tidak percaya bahwa hobi kecil yang Jongin maksud adalah sky diving. Kyungsoo menyesal telah mengatakan untuk mencobanya.

***

Sapuan angin menerjang tubuh Kyungsoo ketika pintu pesawat baru saja dibuka. Kyungsoo mencengkram kuat-kuat ambang pintu dan semakin memundurkan tubuhnya jauh di muka.

"Ini gila!" Kyungsoo mengumpat dan lagi-lagi memberanikan diri untuk melemparkan tatapannya menuju ke bawah.

Sangat tinggi dan Kyungsoo mendadak mual. Sudah berapa tinggikah jarak pesawat ini dari daratan? Bahkan Kyungsoo tidak bisa meyakini dirinya sendiri bahwa ia bisa melihat tanah di bawah sana. Kyungsoo hanya bisa melihat gumpalan awan putih menutupi gambaran daratan.

"Kau takut?" suara mengejek di belakangnya membuat Kyungsoo mendengus. Kyungsoo hanya memutar bola matanya tidak tertarik sedikitpun untuk menimpali ejekan itu. Bukan waktu yang tepat saat ini untuk bercanda.

"Ayolah.. kau bilang hobiku ini kecil, apa salahnya jika kau mencoba hobi kecilku ini?" lanjutnya lagi dan Kyungsoo bersungguh-sungguh, sepertinya pria ini lupa bagaimana kerasnya Kyungsoo jika ia memukul rahangnya.

"Sky diving bukanlah hobi kecil, aku bisa terkena serangan jantung!" teriak Kyungsoo melawan angin yang berhembus kian kencang.

Tawa itu kian keras terdengar dan demi Tuhan, semakin lama suara tawa itu semakin menyebalkan saja.

"Berhenti tertawa Kim Jongin!" Kyungsoo menoleh lantas berteriak meminta agar pria itu menghentikan tawa menyebalkannya. Meskipun berhasil tetapi pria bernama Jongin itu masih tidak dapat menyembunyikan senyum gelinya akan ekpresi ketakutan Kyungsoo saat ini. Dibalik kacamata khusus yang digunakan Kyungsoo, Jongin dapat melihat bagaimana mata gadis itu berkaca-kaca seolah siap untuk menangis kapan saja.

Kyungsoo kembali mengalihkan tatapannya ke luar. Sang langit tengah menunggunya untuk terjun bebas dan ini adalah kali pertama Kyungsoo melakukan olahraga ekstrem seperti Sky diving ini.

"Aku membencimu Jongin." Kyungsoo mengumpat dengan suara pelan namun suara itu masih dapat terdengar jelas oleh Jongin yang dengan sengaja mengencangkan sabuk pengaman tubuhnya yang terhubung langsung dengan tubuh Kyungsoo.

"Aku juga mencintaimu," balasnya santai.

Kyungsoo melirik dengan tatapan tajam tetapi sebaliknya, bukannya takut Jongin malah tersenyum seolah tahu bahwa ucapannya itu dapat tersampaikan baik kepada Kyungsoo. Tatapan mereka hanya bertahan untuk beberapa detik saja sebelum akhirnya Kyungsoo kembali mengalihkan perhatiannya lagi ke luar.

"Jika aku mati hari ini, aku harap Cloud 9 mendapatkan posisi pertama penjualan majalah fashion edisi New York Fashion Week."

"Kau masih memikirkan Cloud 9 di detik-detik terakhir hiudpmu, ck!" Jongin berdecak dan Kyungsoo hanya bisa mendengus tanda ia tidak suka dengan komentar Jongin.

"Diamlah, ini urusan karirku!"

"Sejak kapan orang mati ingin mengurus karir hah? Kau ingin membuat perusahaan majalah hantu saat kau mati nanti?" ejek Jongin kembali namun kali ini Kyungsoo hanya diam. Ia tidak menjawab sindirian Jongin kembali, lebih tepatnya ia sudah terlalu lelah untuk menanggapi ucapan Jongin yang terkadang selalu tidak peduli dengan apa yang dipikirkannya.

Ya itulah Kim Jongin, dia tidak akan pernah berubah.

"Kita akan mendekati 13.000 kaki, sebentar lagi kita akan melompat," ingat Jongin ketika ia mengamati rekannya yang membantu membimbingnya untuk melakukan lompatan sky diving.

"Aku belum siap untuk mati!" teriak Kyungsoo dengan panik. Kini cengkraman tangannya semakin kuat. Tubuhnya seolah menahan dirinya untuk bergerak satu senti pun dari tempatnya berdiri saat ini.

"Bukannya kau sudah berdoa untuk Cloud 9, eh?" goda Jongin namun balasan Kyungsoo kini terdengar lebih panik dibandingkan marah.

"Itu kan jika aku mati, bodoh!"

Jongin sedikit terkekeh lantas mengulurkan tangannya untuk menggenggam erat kedua telapak tangan Kyungso yang mencengkram kuat ambang pintu pesawat. Jongin berusaha melepaskan kedua cengkraman itu dengan selembut mungkin. Meskipun Kyungsoo hendak menolak tetapi pada akhirnya ia menyerah dan membiarkan kedua telapak tangannya kini beralih mencengkram kuat-kuat telapak tangan Jongin. Secara tidak langsung menyampaikan bahwa ia takut akan apa yang akan ia lakukan saat ini.

"Tenanglah, ada dokter yang mendampingimu saat ini. Kau tidak akan terkena serangan jantung. Aku menjamin itu," ucap Jongin dengan halus.

Sebenarnya Kyungsoo ingin sekali tertawa mendengar ucapan Jongin tetapi yang bisa ia lakukan hanya menyunggingkan senyumnya sedikit lantas menoleh kepada Jongin yang berdiri begitu sangat dekat dibalik punggungnya.

"Memangnya kau bisa melakukan pertolongan saat kita jatuh bebas?"

"Memangnya apa yang aku tidak bisa. Selama satu minggu merawatmu saja, aku sudah bisa membuatmu jatuh cinta lagi kepadaku."

Kyungsoo berdecak lantas terkekeh menimpali ucapan Jongin.

"Aku bersungguh-sungguh Kim, jika aku mati bagaimana?"

"Ada aku, kita akan mati bersama-sama."

Kyungsoo menoleh dan saat itulah hatinya kembali berdebar akan senyuman hangat itu. Senyuman itu tidak berubah, tidak akan pernah berubah karena senyuman itu masih sama hangatnya seperti sembilan tahun yang lalu. Senyuman yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama dan kedua kalinya.

Sekeras apapun ia berusaha membenci Kim Jongin, pada akhirnya seorang Do Kyungsoo akan kembali mencintai pria itu. Sama seperti sebelumnya.

"Kau sudah siap?" tanya Jongin memastikan.

Kyungsoo menghembuskan napasnya sekilas sebelum mengangguk kecil. "Aku sedang mencoba untuk siap."

"Baiklah hitungan ketiga. Oke?" ucap Jongin lagi dan Kyungsoo mengangguk menyetujui. Jongin melepaskan salah satu genggaman tangannya dari telapak tangan Kyungsoo dan beralih memeluk pinggangnya. "Cukup genggam tangan kiriku, aku akan menarik tali parasut dengan tangan kananku." Jongin terkekeh ketika Kyungsoo langsung mencengkram erat lengan kirinya. "Tenang saja, oke?"

Sekali lagi Kyungsoo hanya mengangguk membuat Jongin tersenyum tipis memerhatikan ketakutan wanita itu. Ini adalah pertama kalinya bagi Kyungsoo dan Jongin tidak akan pernah memberikan kesan buruk. Jongin telah berjanji akan menjaga Kyungsoo dan selagi dirinya masih berada disini, Kyungsoo akan tetap aman.

Jongin mulai menghitung dari angka satu hingga angka ketiga lalu dengan aba-aba Jongin, ia mendorong tubuhnya sendiri begitupun dengan Kyungsoo jatuh bebas di angkasa. Suara teriakan Kyungsoo begitu sangat nyaring dan Jongin berusaha untuk mengendalikan kepanikan Kyungsoo selagi ia harus menyeimbangkan tubuhnya maupun tubuh Kyungsoo agar tetap pada posisi yang semestinya.

Butuh waktu beberapa detik hingga Jongin berhasil menyeimbangkan tubuh mereka berdua bersamaan dengan teriakan Kyungsoo yang mulai menghilang. Entah apa yang tengah Kyungsoo rasakan kali ini, Jongin berpikir bahwa wanita itu tengah menangis tetapi hingga detik kelima ia masih tidak bisa mendengar reaksi Kyungsoo.

Setelah jatuh bebas hingga mereka hampir mencapai 1.000 kaki, Jongin segera menarik parasutnya membuat tubuh mereka kini berada dalam posisi terayun oleh parasut yang melayang di angkasa. Membawa mereka turun ke daratan.

Jongin masih tidak mendengar Kyungsoo hingga saat ini, ia ingin melirik akan tetapi ia terlalu kesulitan untuk melakukan itu. Namun suara tawa yang pecah membuat Jongin yakin bahwa Kyungsoo tidak benar-benar kehilangan kesadarannya ketika jatuh tadi. Selanjutnya yang bisa Jongin dapati adalah teriakan Kyungsoo yang tidak kalah nyaring dengan teriakan sebelumnya.

"Wahh! Aku terbang.. Jongin ini indah! Itu.. Itu!" Dengan semangat Kyungsoo terus menunjuk-nunjuk ke setiap arah yang menurutnya indah.

Kyungsoo terus mengungkapkan keterpukauannya dan mengatakan bahwa ini adalah pengalaman terbaik dalam seumur hidupnya; dan Jongin bersyukur bahwa dirinya lah yang membawa pengalaman terbaik itu dalam kehidupan Kyungsoo.

"Sama cantiknya seperti dirimu," bisik Jongin di telinga Kyungsoo selagi mereka masih melayang di angkasa.

Jongin penasaran dengan reaksi Kyungsoo akan perkataannya tadi tetapi dilihat dari keterdiamannya dan pipinya yang mulai bersemu dibalik pandangannya yang terbatas. Jongin yakin bahwa ia telah membuat Kyungsoo tersipu.

"Terima kasih," balas Kyungsoo setelah sekian lama ia terdiam dan Jongin kembali tersenyum akan ucapan yang terdengar sangat manis di telinganya.

***

Kyungsoo mungkin adalah salah satu dari sekian juta wanita yang beruntung bisa dicintai oleh lelaki seperti Kim Jongin. Banyak hal yang baru disadarinya dan Kyungsoo telah banyak menutup mata maupun hatinya ketika ia mulai memutuskan hubungan dengan Jongin.

Jongin adalah satu-satunya pria yang paling mengerti dirinya selain ayahnya. Selama ini apa yang sebenarnya ia cari? Kyungsoo bahkan tidak pernah berpikir untuk bisa menemukan sosok yang bisa mendampinginya. Meskipun kadang kala ia mengenal beberapa rekan pria selama lima tahun belakangan ini, ia menyadari bahwa selama ini yang ia cari adalah sosok yang sama seperti seorang Kim Jongin.

Tidak akan pernah ada pria yang sama seperti dia. Kim Jongin tetaplah Kim Jongin dan selama ini yang ia butuhkan menanglah Kim Jongin. Sosok yang membuat Kyungsoo kehilangan jati dirinya sekaligus mengembalikan dirinya sendiri agar sama seperti Kyungsoo yang dulu.

Entah seberapa sering Kyungsoo mengumpati pria itu tetapi semakin banyak perkataan kasar yang pernah ia lontarkan, sebanyak itu juga ia menyembunyikan perasaan rindunya terhadap Jongin.

Sekali lagi Kyungsoo memerhatikan Jongin yang tengah menyetir dengan tenang di sampingnya. Liburan mereka telah berakhir dan sekarang mereka tengah dalam perjalanan pulang. Tinggal beberapa jalan lagi yang akan mereka lewati hingga akhirnya mereka sampai di rumah Kyungsoo. Ini bukanlah yang akhir, ini adalah awal dari hubungan mereka; meskipun sebenarnya Kyungsoo maupun Jongin sendiri tidak yakin sejak kapan hubungan mereka bermula, yang mereka berdua ketahui bahwa cinta mereka telah saling terbalaskan dan bukan lagi hanya cinta sepihak dari Jongin.  Hari ini adalah hari terkahir mereka bersama dan entah kenapa Kyungsoo tidak menginginkan itu terjadi.

Besok, mereka akan kembali disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Kyungsoo dan Jongin telah berjanji bahwa mereka akan tetap saling menghubungi seperti biasanya meskipun mereka sibuk tetapi Kyungsoo masih berpikir apakah ia bisa menjalani hubungan seperti ini? Dimana tidak banyak waktu yang bisa mereka luangkan satu-sama-lain ketika masing-masing dari mereka memiliki kesibukkan yang berbeda setiap waktunya.

Hal yang paling tepat adalah mengalah. Kyungsoo sempat memikirkan hal ini sebelum ia melakukan perjalanan ke New York, ia harus segera berhenti mengurus Cloud9 dan meminta Sehun untuk mengambil alih posisinya. Bagaimanapun Kyungsoo masih memikirkan dirinya sendiri yang memimpikan sebuah kehidupan harmonis dalam keluarga. Hal indah yang selalu ia impikan bahwa ia akan membesarkan anak-anaknya sendiri tanpa terbebani oleh pekerjaan yang di tanggung nya.

Meskipun Kyungsoo belum sepenuhnya yakin dengan keputusannya ini, tetapi melihat Jongin yang kini telah berada di sisinya. Hatinya seolah siap untuk memantapkan impiannya itu jika Jongin memang benar-benR serius akan hubungan mereka; terlebih tentang lamarannya dua hari yang lalu.

Tidak terasa bahwa perjalanan mereka telah berakhir dan Kyungsoo mendapati bahwa kini mobil yang tengah mereka tumpangi telah berada di halaman rumah Kyungsoo.

"Akhirnya aku bisa memulangkanmu dalam keadaan sehat," goda Jongin dan Kyungsoo hanya terkekeh atas candaan yang Jongin lontarkan kepadanya.

Jongin lebih dulu keluar dari mobil lantas membantu Kyungsoo untuk membukakan pintu untuknya juga mengeluarkan koper Kyungsoo dari dalam bagasi.

"Kau harus langsung beristirahat, aku tidak ingin mendengar kabar dari Baekhyun kalau kau pingsan lagi karena kelelahan."

Kyungsoo tergelak, "aku lupa bahwa kekasihku sekarang adalah seorang dokter."

Jongin tersenyum lebar, "aku senang kau mulai mengakuiku kekasihku daripada mantan kekasih."

"Bukankah itu sama saja?" ejek Kyungsoo dan Jongin hanya mengangkat bahunya acuh.

Kyungsoo berjalan mendekat lantas memeluk Jongin yang dibalas pelukan tak kalah erat dari pria itu kepadanya. Kyungsoo tersenyum merasakan kehangatan tubuh pria itu, ini sangat nyaman dan kenapa Kyungsoo tidak pernah menyadarinya kemarin? Semakin lama ia terbenam, semakin lama juga ia ingin terus bersama pria itu.

"Terima kasih," bisik Kyungsoo. "Dan selamat kau sudah berhasil merebut hatiku kembali."

Jongin berdecak lantas terkekeh. "Picisan sekali."

Tak terima, Kyungsoo sedikit memundurkan tubuhnya untuk menatap Jongin lalu memberikan pukulan kecil di lengannya. "Menyebalkan!"

"Baiklah, maafkan aku. Terima kasih atas ucapannya." Jongin memberikan satu kecupan kecil pada kening Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum menerima perlakuan lembut Jongin kepadanya kali ini. Setelah merasa ia cukup tenang, Kyungsoo melepaskan pelukannya, memberi akses agar Jongin bisa pulang dan beristirahat kali ini.

"Beristirahatlah, kau pasti kelelahan," ucap Kyungsoo dan Jongin mengangguk singkat.

"Jaga dirimu baik-baik."

Sekali lagi Jongin memberikan sebuah kecupan di kening Kyungsoo. Kecupan yang lebih dalam dari sebelumnya membuat Kyungsoo sendiri semakin yakin bahwa pria ini begitu teramat mencintainya. Setelah sekian lama, hanya untuk kali ini ia benar-benar sangat bersyukur.

Jongin melepaskan kecupannya seraya mengusap lembut pipi Kyungsoo dengan penuh sayang. Ia tersenyum pamit lantas berjalan kembali menuju mobilnya.

Hendak ketika Jongin akan membuka pintu mobilnya, Kyungsoo memanggilnya membuat Jongin seketika mendongak.

"New York fashion week adalah proyek terakhirku," ucapnya tiba-tiba membuat Jongin seketika mengernyit tak mengerti. "Aku akan segera berhenti pada posisiku saat ini dan memberikannya kepada Sehun," lanjutnya.

Kyungsoo memerhatikan reaksi Jongin kali ini. Tetapi sekian detik ia memperhatikannya Kyungsoo sadar bahwa Jongin tidak mengerti dengan apa yang tengah dibicarakannya kali ini sehingga akhirnya ia melanjutkan bicaranya untuk menjelaskan maksud dari perkataannya.

"Jongin, jangan tinggal lagi di rumah sakit," ucapnya dengan nada sedikit membujuk. "Kini kau memiliki alasan untuk pulang karena sekarang kau mempunyai seseorang yang harus kau temui."

Kyungsoo tersenyum dengan tulus untuk mengungkapkan ke sungguhannya kali ini.

"Jongin, pulanglah ke rumah. Aku akan menunggumu, " lanjut Kyungsoo tulus. Senyumannya tersinggung dengan air mata yang menetes jatuh.

Jongin tersenyum. Sama tulusnya seperti yang Kyungsoo tunjukkan kali ini. Jongin mendapatkan pesannya, Jongin mengerti maksud dari perkataannya. Kyungsoo tidak dapat menyembunyikan kesenangannya kali ini ketika Jongin akhirnya menjawab ucapannya.

"Aku akan segera pulang."

***END***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro